Bali dan Nusra Mulai Alami Hari Tanpa Bayangan, Cek Tanggalnya di Sini

Bali dan Nusra Mulai Alami Hari Tanpa Bayangan, Cek Tanggalnya di Sini

Zheerlin Larantika Djati Kusuma - detikBali
Kamis, 22 Feb 2024 07:29 WIB
ilustrasi bayangan
Ilustrasi bayangan. Foto: Getty Images
Denpasar -

Hari Tanpa Bayangan atau Kulminasi Utama merupakan fenomena yang terjadi dua kali dalam setahun. Fenomena ini terjadi di Indonesia dikarenakan posisi Indonesia berada di sekitar ekuator.

Saat terjadinya fenomena ini, matahari akan tepat berada di atas kepala atau di titik zenit. Peristiwa tersebut membuat bayangan dari objek yang berdiri akan tampak 'lenyap' karena bertumpuk dengan objek itu sendiri. Maka dari itu, fenomena ini sering juga disebut dengan Hari Tanpa Bayangan.

Wilayah Bali hingga Nusa Tenggara pun ikut terdampak fenomena ini. Berikut penjelasan mengenai Hari Tanpa Bayangan menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), yang dilansir dari laman resminya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Waktu Terjadinya Hari Tanpa Bayangan

Fenomena Hari Tanpa Bayangan juga akan dirasakan oleh Bali dan Nusa Tenggara. Menurut BMKG, fenomena ini akan berlangsung selama beberapa waktu.

Wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi pelopor Indonesia bagian tengah pertama, yang terdampak fenomena Hari Tanpa Bayangan. Hari Tanpa Bayangan di NTT akan dimulai pada 21 Februari 2024 di Kota Baa dan akan berakhir 28 Februari 2024.

Belum berhenti di sana, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Bali juga akan terdampak. Hari Tanpa Bayangan di Nusa Tenggara Barat akan terjadi pada tanggal 26 Februari 2024 hingga 28 Februari 2024. Di sisi lain, Hari Tanpa Bayangan juga akan terjadi di Bali pada 27 Februari 2024 hingga 28 Februari 2024.

Oleh karena itu, pada periode waktu tersebut, jangan heran apabila bayangan diri kalian lenyap ketika berada di bawah panas matahari. Bisa jadi, ini efek dari adanya Hari Tanpa Bayangan yang sedang terjadi.

Alasan Terjadinya Hari Tanpa Bayangan

Hari Tanpa Bayangan atau Kulminasi terjadi ketika matahari mencapai titik tertinggi di langit. Hari Tanpa Bayangan terjadi karena bidang ekuator bumi tidak tepat berimpit dengan bidang revolusi bumi.

Maka, posisi matahari dari Bumi akan tampak terus berubah secara bervariasi antara 23,5 derajat lintang utara (LU) sampai 23,5 derajat lintang selatan (LS). Hal ini dikenal dengan gerak semu harian matahari.

Artikel ini ditulis oleh Zheerlin Larantika Djati Kusuma, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(nor/nor)

Hide Ads