Total lima petugas Pemilu 2024 di Bali dan Nusa Tenggara Timur (NTT) meninggal dunia. Sementara, lebih dari 100 orang anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di dua wilayah tersebut jatuh sakit.
Di Bali, ada dua orang yang meninggal dunia setelah menjalankan tugas demi berlangsungnya Pemilu 2024 pada 14 Februari lalu. Dua orang petugas itu terdiri dari Satuan Perlindungan Masyarakat (Linmas) di Jembrana dan panitia pemungutan suara (PPS) di Karangasem.
Tak hanya itu, sebanyak 20 petugas kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS) di Bali jatuh sakit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Data kami per kemarin (Senin) sore, kami menerima data sekitar 20 penyelenggara pemilu dari tingkatan PPK, PPS sampai KPPS dan juga petugas linmas yang mengalami sakit," kata Komisioner KPU Bali I Gede John Darmawan di kantor KPU Bali, Senin (19/2/2024).
"Bahkan, ada satu orang yang meninggal dunia di Kabupaten Jembrana yaitu petugas linmas selama rentan waktu masa tugas mereka," lanjutnya.
Linmas Meninggal Seusai Pembuatan TPS
Petugas linmas yang meninggal dunia bernama Sai'un Anam (58). Dia bertugas di TPS 6, Banjar Puseh, Desa Tuwed, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana.
Anam meninggal pada Selasa (13/2/2024) seusai pembuatan TPS. Berdasarkan dari data KPU Bali, Anam izin pulang untuk mandi dan beribadah untuk melanjutkan berjaga malam di TPS. Namun, Anam tidak sadarkan diri saat di masjid dan meninggal dunia.
Keluarga Anam rencananya akan menerima santunan sebesar Rp 46 juta.
Sekretaris PPS Meninggal di Karangasem
Petugas lainnya yang meninggal adalah I Ketut Tapa (55) pada (5/2/2024). Ia bertugas sebagai sekretaris PPS di Banjar Dinas Sangkungan, Tangkup, Sidemen, Karangasem.
Sementara, kata John, laporan petugas yang jatuh sakit rata-rata sudah dijamin oleh BPJS Kesehatan dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek). Saat ini, KPU kabupaten/kota melakukan proses pendampingan bagi petugas KPPS yang jatuh sakit.
"Yang di Tabanan sudah dijenguk oleh Pak Ketua kemarin ada dua orang, yang satu karena demam berdarah," ujarnya.
20 Anggota KPPS Sakit
KPU Bali merinci 20 petugas KPPS yang sakit di setiap kabupaten/kota. Di Kota Denpasar terdapat dua orang petugas yang sakit. Satu anggota KPPS dilarikan ke UGD karena mengeluh sakit. Satu lagi adalah anggota PPS yang kecelakaan dalam perjalanan mengantar kotak suara dari PPS ke PPK.
Di Badung, sebanyak empat petugas KPPS yang sakit dan rata-rata pingsan saat bertugas. Kemudian, di Tabanan ada dua petugas yang jatuh sakit dikarenakan diagnosa stroke dan demam.
Lalu, di Jembrana ada dua petugas yang sakit dan satu meninggal. Di Kabupaten Bangli didapati satu petugas KPPS yang sakit saat bertugas.
Di Karangasem ada dua petugas yang sakit dan satu meninggal dunia. Kemudian, di Klungkung ada dua petugas KPPS yang sakit saat hari pencoblosan.
Terakhir, di Gianyar ada empat petugas KPPS yang sakit sebelum hari pencoblosan.
"Jadi kami sedang melakukan proses pendataan dan juga melakukan penelusuran ke tingkatan bawah terkait jaminan kesehatan yang mereka dapatkan dalam proses ini," jelas mantan komisioner KPU Kota Denpasar itu.
Tiga Orang Meninggal di NTT
Tiga anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di Nusa Tenggara Timur (NTT) meninggal karena kelelahan setelah pemungutan Pemilu 2024. Sementara, 83 orang lainnya masih terbaring sakit.
"Yang sakit 83 orang dan meninggal tiga orang," ujar Anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) NTT Petrus Nahak kepada detikBali, Sabtu (17/2/2024).
Pertus mengungkapkan tiga petugas yang meninggal dunia itu bertugas di Kabupaten Belu, Alor, dan Malaka. Khusus di Malaka, yang meninggal dunia adalah Marselina Hoar.
Ketua KPPS Meninggal Kelelahan
Marselina merupakan Ketua KPPS di TPS 07 Desa Bakiruk, Kecamatan Malaka Tengah. Dia meninggal dunia pada Jumat, 16 Februari 2024.
"Dugaan kami mereka meninggal ini karena kelelahan. Untuk Marselina Hoar, sebelumnya saya masih sempat monitor di TPS-nya Ibu Marselina," ungkap Petrus.
Satu petugas KPPS yang meninggal di Alor adalah Luther Manetlang (51). Setelah sempat bertugas pada 14 Februari, keesokan harinya Luther meninggal. Dia sempat mengeluh sakit, beberapa hari sebelum pemungutan suara.
Satu lainnya adalah Antonio Silva Maia (55). Almarhum merupakan anggota KPPS di TPS 003, Desa Bauho, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu.
Antonio meninggal di rumahnya pada 15 Februari tengah malam. Pada malam itu, Antonio masih meneken dokumen form C hasil pemilu. Antonio meminta izin kepada ketua KPPS untuk pulang rumah karena merasa demam.
Istri Antonio, Salina Bita, mengungkapkan setelah tiba di rumah, tak beberapa lama kemudian suaminya menghembuskan napas terakhir. Salina menyebut suaminya tak punya riwayat penyakit.
83 Orang Jatuh Sakit
Sementara itu, Petrus melanjutkan, 83 orang anggota KPPS yang jatuh sakit di antaranya ada yang masih dirawat di rumah sakit. Ada pula yang dirawat di rumah.
"83 orang ini penyebarannya di wilayah NTT," ujarnya.
Petrus juga mengungkapkan anggota KPPS yang meninggal dunia mendapat santunan sebesar Rp 36 juta. Hal itu sesuai dengan Peraturan KPU Nomor 59 Tahun 2023. Menurutnya, pemberian santunan berdasarkan kategori sesuai Peraturan KPU.
Antara lain, untuk anggota cacat permanen Rp 30,8 juta, kategori sedang Rp 8,5 juta, dan cacat ringan yang dibuktikan dengan surat rekomendasi dokter mendapat santunan Rp 4 juta.
"Soal santunan itu sudah diatur dalam Keputusan KPU Nomor 59 Tahun 2023," tandas Petrus.
(hsa/hsa)