Kondektur Kereta Api (KA) Turangga Diki Ramdani mengungkap kesaksiannya saat kereta yang dinaikinya terlibat tabrakan maut dengan KA Lokal Bandung Raya di petak Jalan Cicalengka-Haurpugur, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat (5/1/2024). Ia mengaku sempat tak sadar setelah mendengar suara ledakan saat kecelakaan itu terjadi.
"Ada kedengeran suara keras. Setelah itu saya nggak ingat apa-apa. Pas kejadian blank, nggak sadar," ujar Diki di RSUD Cicalengka, Kabupaten Bandung, seperti dikutip dari detikJabar.
Diki menyebut dirinya berada di belakang lokomotif saat tabrakan maut itu terjadi. Para penumpang KA Turangga pun berhamburan keluar dari kereta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Alhamdulillah aman. Pas di TKP akan langsung sadar, selebihnya nggak ingat," imbuhnya.
Akibat kejadian itu, Diki mengalami luka ringan. Ia langsung dievakuasi ke RSUD Cicalengka untuk mendapatkan perawatan.
![]() |
4 Orang Tewas
Empat pegawai PT KAI dinyatakan tewas dalam insiden tabrakan maut antara KA Lokal Bandung Raya dan KA Turangga di wilayah Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung, pada Jumat pagi.
"Korban meninggal dunia empat orang," kata Manager Humas Daop 2 Bandung Ayep Hanapi di lokasi kejadian.
Adapun keempat korban tewas itu, antara lain Julian Dwi Setiyono (masinis), Ponisam (masinis), Ardiansyah (pegawai), dan Enjang Yudi (pegawai). Selain korban tewas, ada pula korban luka berjumlah lebih dari 30 orang. Mereka menjalani perawatan di sejumlah rumah sakit, seperti RSUD Cicalengka, RS Santosa, RS AMC, dan RS Edelweiss.
Sementara itu, sebanyak 287 penumpang KA Turangga terdampak kecelakaan KA Turangga dengan KA Lokal Bandung Raya tujuan Stasiun Bandung. Mereka diangkut menggunakan bus Damri dan Hiace. "Ya itu kendaraan untuk penumpang KA Turangga ke Stasiun Bandung," kata Manager Humas Daop 2 Bandung Ayep Hanapi.
Sulitnya Proses Evakuasi
Sementara itu, proses evakuasi gerbong KA Turangga dan KA Lokal Bandung Raya masih terus dilakukan hingga Jumat siang. Proses evakuasi dilakukan oleh Tim SAR gabungan.
Kepala Kantor SAR Bandung Hery Marantika mengatakan petugas kesulitan dalam melakukan evakuasi gerbong kereta. Pasalnya, area tabrakan berada dalam area 'menantang' karena merupakan lokasi sempit.
"Lokasi kejadian berada di tengah sawah yang dekat dengan permukiman warga. Jadi kesulitannya medan area yang sempit, yang kedua animo masyarakat untuk menonton ini juga menjadi tantangan tersendiri bagi kami, dan ketiga benturan dari badan keretanya yang tinggi," ujar Hery.
Ia menjelaskan sejumlah alat berat diturunkan untuk mengevakuasi gerbong kereta tersebut. Tujuannya untuk memudahkan proses evakuasi. "Alat berat yang dikerahkan ada crane dari PT KAI, ada peralatan SAR dari Basarnas, Brimob, dan TNI," katanya.
Dia menambahkan proses evakuasi akan dilakukan kepada gerbong kereta yang anjlok. Kemudian diangkat menggunakan alat khusus. "Kalau memang ini tidak memungkinkan gerbong ini kami coba usulkan ke PT KAI untuk dipotong sebagian bagian gerbongnya," pungkasnya.
![]() |
Penjelasan KAI soal Jadwal KA Turangga dan KA Lokal Bandung Raya
Beredar kabar bahwa tabrakan maut antara KA Lokal Bandung Raya dan KA Turangga diduga karena pengaturan waktu yang tidak tepat. KA Lokal Bandung Raya disebut-sebut seharusnya menepi dahulu di Stasiun Haur Pugur dan baru melintas ketika KA Turangga sudah melewati Stasiun Haur Pugur.
Seperti diketahui, tabrakan kereta lokal dan kereta jarak jauh itu terjadi di single track yang ada di petak Cicalengka-Haurpugur. Lantas, bagaimana penjelasan KAI terkait hal itu?
"Kejadian terjadi di single track, hanya boleh dilalui satu KA. Karena single track, proses untuk aman-amanan dilakukan oleh PPKA kanan kiri," kata Manager Humas Daop 2 Bandung Ayep Hanapi di lokasi kejadian, Jumat.
Ayep menyebut jadwal perjalanan KA yang mengetahui kondisi lintasan adalah Pengatur Perjalanan Kereta Api atau PPKA. "Dalam arti, kita kasih menunggu, karena ini single track dan pola pengaturan sudah ada," jelasnya.
Ayep enggan menjelaskan ketika disingung terkait apakah ada kesalahan komunikasi antara petugas PPKA di kiri dan kanan. Ia menegaskan hal itu masih dalam penyelidikan.
"Kami belum mengerti, intinya satu KA karena single track. Itu operasional, meski sudah ada waktu operasional itu kembali ke PPKA. Miiskomunikasi atau bukan itu masih dalam penyelidikan," pungkasnya.
(iws/dpw)