Ratusan karung sampah tersusun rapi di gudang sampah ecoBali Recycling yang berada di Jalan Raya Padonan, Tibubeneng, Badung, Bali, Jumat (3/11/2023). Karung sampah tersebut berisi sampah anorganik.
ecoBali Recycling didirikan oleh I Ketut Mertaadi pada 2006. Dia membangun badan usaha pengelolaan sampah itu berdasarkan saran dari sejumlah temannya yang merupakan ekspatriat.
Baca juga: Malu Dong Buang Sampah Sembarangan |
"Mereka (teman) bilang sampah ini akan menjadi suatu masalah yang besar dan mereka meyakinkan saya untuk membangun usaha ini," tuturnya kepada detikBali, Jumat (3/11/2023). Mendapat saran itu, pria berkaca mata yang sempat tinggal di Batam, Kepulauan Riau, itu lalu pulang ke Bali.
Sampah di Bali tengah menjadi sorotan sejak Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Suwung terbakar pada Kamis (12/10/2023). Terbakarnya TPA di Denpasar itu mengakibatkan sejumlah tempat penampungan sementara (TPS) di Ibu Kota Provinsi Bali itu penuh sampah.
Data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebutkan volume timbulan sampah di Pulau Dewata sepanjang 2022 mencapai 1,02 juta ton. Jumlah itu meningkat dibandingkan setahun sebelumnya yang hanya 915,5 ribu ton timbulan sampah.
Denpasar menjadi kota penghasil sampah di Bali terbesar yakni mencapai 316.312,65 ton pada 2022. Kedua adalah Gianyar dengan 196.698,5 ton.
Pada awal terbentuk ecoBali Recycling berbentuk sebuah CV (Commanditaire Vennootschap). Empat tahun kemudian berubah menjadi PT Bumi Lestari Bali. Kini, ecoBali Recycling berada di bawah PT Waste4Change Alam Indonesia.
Mertaadi menjelaskan perubahan bentuk badan usaha dilakukan demi keberlanjutan ecoBali Recycling. "Kami harus memastikan keberlanjutan usaha ini, salah satunya melalui badan hukum usaha" paparnya.
ecoBali Recyling memiliki sejumlah program penanganan sampah. Misalkan, jasa angkut sampah, jual-beli barang daur ulang, pengelolaan limbah di suatu acara, hingga pemasangan alat pengomposan.
Mertaadi menerangkan untuk jasa angkut sampah pelanggan cukup membayar Rp 130 ribu per bulan. Selain mendapatkan layanan penjemputan sampah anorganik, pelanggan juga akan mendapatkan kantong merah untuk sampah plastik, gelas, botol, hingga kaleng; serta kantong hijau untuk sampah kertas dan sejenisnya.
Pada awal berdirinya ecoBali Recycling, pelanggannya hanya sebatas teman-teman Mertaadi saja. Kini, jumlah pelanggan beragam program ecoBali Recycling mencapai 1.900 orang.
ecoBali Recyling tidak menerima jasa angkut dan pengolahan sampah organik. Perusahaan itu meminta masyarakat mengolah sampah organiknya menjadi kompos. "Kami mengajarkan orang untuk membuat kompos," tutur pria berusia 63 tahun tersebut.
Unit bisnis apalagi yang dimiliki oleh ecoBali Recyling? Baca selengkapnya di sini.
Simak Video "Video Ilmuwan Serbia Latih Ulat Hongkong Agar Dapat Makan Plastik"
(gsp/hsa)