Ucapan Sakit Hati PDIP ke Jokowi: Diberi Privilese tapi Tinggalkan Partai

Nasional

Ucapan Sakit Hati PDIP ke Jokowi: Diberi Privilese tapi Tinggalkan Partai

Tim detikNews - detikBali
Minggu, 29 Okt 2023 13:30 WIB
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri membuka acara Pendidikan Kader Perempuan Tingkat Nasional Tahun 2023 di Sekolah Partai PDI Perjuangan, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Kamis (23/2/2023). Sekretaris Jenderal DPP PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan bahwa pendidikan kaderisasi perempuan ini diikuti oleh seluruh kader Partai di seluruh Indonesia secara hybrid.
Megawati Soekarnoputri dan Hasto Kristiyanto. (Foto: Agung Pambudhy)
Denpasar -

PDI Perjuangan (PDIP) disebut sakit hati kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi). Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan partai telah memberikan segalanya untuk Jokowi, namun pada akhirnya ditinggalkan.

Hasto mengatakan sampai saat ini masih banyak kader dan simpatisan PDIP yang tak percaya dengan manuver politik Jokowi dan keluarganya.

"Ketika DPP partai bertemu dengan jajaran anak ranting dan ranting sebagai struktur partai paling bawah, banyak yang tidak percaya bahwa ini bisa terjadi," kata Hasto dalam keterangan tertulisnya, Minggu (29/10/2023), dikutip dari detikNews.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hasto mengatakan PDIP memberikan keistimewaan atau privilese kepada Jokowi dan keluarga. Namun, pemberian partai berlambang banteng itu ditinggalkan Jokowi dan keluarga.

"Kami begitu mencintai dan memberikan privilese yang begitu besar kepada Presiden Jokowi dan keluarga, namun kami ditinggalkan karena masih ada permintaan lain yang berpotensi melanggar pranatan kebaikan dan Konstitusi. Pada awalnya kami hanya berdoa agar hal tersebut tidak terjadi, namun ternyata itu benar-benar terjadi," ujar Hasto.

Seluruh simpatisan, anggota dan kader PDIP, menurut Hasto, sepertinya belum selesai rasa lelahnya setelah berturut-turut bekerja dari lima pilkada dan dua pilpres kepada Jokowi.

"Itu wujud rasa sayang kami. Pada awalnya kami memilih diam. Namun apa yang disampaikan Butet Kartaredjasa, Goenawan Mohamad, Eep Syaifullah, Hamid Awaludin, Airlangga Pribadi dll beserta para ahli hukum tata negara, tokoh pro demokrasi dan gerakan civil society, akhirnya kami berani mengungkapkan perasaan kami," imbuhnya.




(dpw/dpw)

Hide Ads