Kongres Pemuda II merupakan salah satu momentum yang tidak bisa dilupakan oleh masyarakat Indonesia. Hasil dari pelaksanaan Kongres Pemuda II pada 28 Oktober ini adalah Sumpah pemuda. Setiap tahunnya, setiap tanggal tersebut masyarakat Indonesia akan memperingatinya.
Di balik peringatan ini, ada tokoh-tokoh penting yang berperan sebagai pencetus hingga penyusun teks Sumpah Pemuda. Penasaran dengan tokoh-tokoh tersebut? Berikut merupakan informasi mengenai 13 tokoh Kongres Pemuda II yang berjasa dalam peringatan Sumpah Pemuda.
Tokoh-tokoh Penting dalam Sumpah Pemuda
1. Moehammad Yamin
![]() |
Moehammad Yamin merupakan orang yang dikenal sebagai pemula bentuk soneta dalam kesusastraan Indonesia modern. Tokoh ini lahir di Sawahlunto, Sumatera Barat pada 23 Agustus 1903 ini merupakan suami dari Raden Ajeng Sundari Mertoatmadjo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
M Yamin bergabung ke dalam beberapa organisasi, salah satunya Yong Sumatramen Bond (Organisasi Pemuda Sumatera) pada tahun 1926 - 1928. Ia juga terlibat dalam Kongres Pemuda II, yakni 28 Oktober 1928 yang secara bersamaan usulnya mengenai penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dalam ikrar Sumpah Pemuda disepakati.
Selain usulan penggunaan bahasa Indonesia, Yamin juga berperan sebagai penyusun teks Sumpah Pemuda. Setelah Indonesia merdeka, Moehammad Yamin pernah menjabat sebagai Menteri Kehakiman (1953 - 1955), Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan (1953 - 1955), Ketua Dewan perancang Nasional (1962), dan Ketua Dewan Pengawas IKBN Antara (1961 - 1962).
2. Soenario Sastrowardoyo
Tokoh ini lahir di Madiun pada 28 Agustus 1902 dan merupakan anak dari Sutejo Sastrowardoyo, mantan wedana yang membawahi Kecamatan di kabupaten Madiun. Soenario merupakan alumnus Universitas Leiden Belanda di jurusan Hukum dengan gelar Mr (Meester in de Rechten) atau ilmu hukum.
Saat Kongres Pemuda II dilaksanakan, Soenario merupakan penasihat panitia sekaligus pembicara dengan makalah berjudul Pergerakan Pemuda dan Persatuan Indonesia. setelah Indonesia merdeka, jabatan yang pernah didapatkan oleh Soenario adalah anggota Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat, Menteri Luar Negeri (1953 - 1955), duta besar di Inggris (1956 - 1961).
3. Amir syarifuddin Harahap
![]() |
Amir Syarifuddin merupakan kelahiran Medan, Sumatera Utara pada 27 April 1907 dan merupakan tokoh pemuda dari organisasi Jong Batak Bond. Amir merupakan aktivis yang anti terhadap Jepang dan aktif dalam diskusi kelompok Kristen, salah satunya kelompok CSV-op Jawa.
Perannya dalam Kongres Pemuda II adalah bendahara serta memberikan ide-idenya saat perumusan sumpah pemuda. Selama Indonesia merdeka, Amir pernah menjadi Menteri Penerangan (1945 - 1946), Menteri Keamanan Rakyat (1945 - 2946), Menteri Pertahanan (1947 - 1948).
4. Djoko Marsaid
![]() |
Tirtodiningrat atau yang lebih dikenal dengan Djoko Marsaid merupakan salah satu tokoh Sumpah Pemuda dengan peran yang cukup penting. Marsaid merupakan wakil ketua Kongres Pemuda II sekaligus ketua organisasi pemuda Jawa (Jong Java).
5. Soegondo Djojopoespito
![]() |
Soegondo Djojopoespito merupakan salah satu tokoh Kongres Pemuda II yang lahir di Tuban, Jawa Timur pada 22 Februari 1904. Saat berada di Jakarta, Soegondo sering dikunjungi dan ikut dalam diskusi Indonesisch Club Gebow di Jalan Kramat Raya 106.
Tempat tersebut sering dikunjungi para aktivis pemuda untuk rapat sekaligus mewakili salah satu tempat berlangsungnya Kongres Pemuda II. Pada September 1926, ia bersama rekan-rekannya membentuk PPPI (Perhimpoenan Pemoeda Peladjar Indonesia) dan menjadi ketua di tahun 1927.
Selama Kongres Pemuda II, Soegondo berperan sebagai ketua dan setelahnya, ia pindah ke Yogyakarta pada tahun 1929 untuk menjadi guru di Perguruan Tinggi Siswa Yogyakarta. Jabatan yang pernah dipegang saat Indonesia merdeka adalah Menteri Pemuda dan Pembangunan Masyarakat (1950).
6. Johannes Leimena
![]() |
Lahir di Lateri, Ambon, Provinsi Maluku, Johannes Leimena merupakan anak yang berasal dari lingkungan guru sekolah. Leimena merupakan lulusan STOVIA (1930-1939) dan memperoleh gelar dokter bidang penyakit dalam.
Salah satu organisasi yang diikuti adalah Jong Ambon dan perannya dalam Kongres Pemuda II yakni anggota panitia mewakili organisasinya. Jabatan yang sempat dipegang oleh dokter ini adalah Menteri Kesehatan (1957), Menteri Kompartemen Distribusi, dan beberapa Menteri Pertama dalam beberapa kabinet.
7. Sarmidi Mangoensarkoro
![]() |
Pria yang menjadi tokoh Kongres Pemuda II ini berasal dari Surakarta, Jawa Tengah dan lahir pada 23 Mei 1904. Sarmidi merupakan lulusan Sekolah Teknik Prinses Juliana School (S-I-PJS) Yogyakarta pada 1923 - 1925). Gelar yang disandang adalah diploma Opzichter (Pengawas Pembangunan).
Selama Kongres Pemuda II berlangsung, Sarmidi bertugas sebagai pembicara yang berbicara tentang masalah pendidikan. Selain menjadi dokter, Sarmidi juga aktif sebagai guru di HIS Budi Utomo dan HIS Marsudi Rukun sebagai kepala sekolah.
8. Johan Mohammad Cai
Selama Kongres Pemuda II, Johan berperan sebagai Pembantu I dan sekaligus peranakan Tionghoa yang terlibat aktif dalam Kongres Pemuda sekaligus mewakili Jong Islamieten Bond.
9. Rumondor Cornelis Lefrand Senduk
Senduk merupakan tokoh Kongres Pemuda III yang berperan sebagai Pembantu III dari Jong Celebes. Tokoh kelahiran 1904 ini merupakan dokter sekaligus politikus Indonesia yang berasal dari Minahasa, Sulawesi Utara.
10. Mohammad Rochjani Su'ud
Tokoh ini berperan sebagai Pembantu V di Kongres Pemuda II sekaligus tergabung sebagai Ketua Pemuda Kaoem Betawi.
11. R Katja Soengkana
Katja Soengkanana merupakan Pembantu II di Kongres Pemuda Tahun 1928. Selain itu, Katja juga berperan sebagai perwakilan organisasi Pemoeda Indonesia atau Jong Indonesia.
12. Wage Rudolf Soepratnman
W.R. Soepratman lahir pada 9 Maret 1903 serta pernah menempuh pendidikan di Normaalschool (Sekolah Pendidikan Guru). Karir Soepratman juga berkembang di dunia musik dan dibuktikan dengan lagu-lagu perjuangan yang diciptakannya, salah satunya Indonesia Raya. Saat Kongres Pemuda II, Soepratman berperan dalam memperdengarkan lagu Indonesia Raya pertama kali dengan iringan gesekan biola di depan seluruh peserta.
13. Theodera Athia Salim (Dolly Salim)
Putri dari Agus Salim berperan sebagai pelantun lagu Indonesia Raya untuk pertama kali. Saat WR Soepratman selesai menggesek biola dengan lagu Indonesia Raya, para peserta kongres memintanya menyanyikan lagu tersebut lagi dan Dolly Salim dipilih.
Dolly Salim melafalkan lirik lagu itu dengan sedikit perubahan pada kata "merdeka" menjadi "mulia" karena kata tersebut dilarang dan pelaksanaan Kongres Pemuda dijaga oleh polisi Belanda.
Artikel ini ditulis oleh Ni Kadek Restu Tresnawati peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(nor/nor)