Sejumlah nelayan di Desa Adat Kedonganan, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Bali, curhat kepada Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kaesang Pangarep. Mereka minta dibuatkan kanal atau terusan air agar nelayan mudah melintasi hutan mangrove dengan perahu kecil.
Ketut Mamor (46), wakil ketua kelompok nelayan, bercerita soal sulitnya menentukan waktu melaut. Sebab sewaktu-waktu air bisa surut ataupun pasang.
Maklum, para nelayan yang tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama (KUB) Segara Ayu Desa Adat Kedonganan memanfaatkan jalur hutan mangrove untuk menuju laut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami sekarang nelayan di sini, tidak bisa 24 jam masuk keluar laut itu. Padahal kerja kami cuma dua jam saja. Jadi kami harus menunggu air pasang atau air surut. Yang mana kami mau pilih untuk bekerja," ungkap Ketut Mamor kepada Kaesang, Minggu (1/10/2023).
Mamor menyebut kalau air pasang, nelayan bisa melaut 24 jam dan bisa dengan mudah menggunakan perahu menuju laut. Namun, saat air surut, mereka harus berjalan kaki di tengah hutan mangrove untuk menuju laut yang jaraknya 500 meter hingga 600 meter.
"Salah satunya kami ingin memperdalam, dibikinkan (terusan) kanal. Itu pendalaman kanal, jadi air selalu menggenang. Lebih mudah masuk ke Teluk Benoa," ucapnya.
Kata dia, seandainya terusan itu bisa dibikinkan, nelayan tidak mesti menunggu air pasang. Bisa melaut kapanpun. Mereka juga meminta kalau bisa kanal dibuat dengan lebar 6-8 meter.
"Itu kanalnya cuma dalam satu meter. Nah kayak tadi ini, kan surut. Kalau dibikinkan kanal, jadi akses masuk ke dalam Teluk Benoa itu jadi cuma 500-600 meter. Dengan lebar 6-8 meter gitu, perahu kecil bisa papasan. Kami kecil-kecil kok, nggak besar," kata Mamor.
Selain itu, kelompok nelayan juga minta agar Kaesang bisa memfasilitasi ke berbagai pihak untuk dibantu dibuatkan jalur inspeksi. Warga menyebut demikian karena para nelayan juga rutin membantu patroli di kawasan mangrove sepekan dua sampai tiga kali.
"Kedua, tadi kami mohon, ya siapa tahu kan, ya Mas Kaesang kan banyak link, banyak anu. Kami ingin dibikinkan, apa namanya, jalan inspeksi. Jalan inspeksi untuk bisa mengawasi mangrove ini," ungkap Mamor.
Mereka ingin jalur khusus itu dibuat dengan bahan kayu yang salah satunya terdapat di kawasan Tahura Ngurah Rai. Jalur khusus inspeksi ini menurutnya lebih mudah bagi petugas untuk keliling kawasan bakau.
"Kami masuk untuk mengawasi mangrove kami. Monitoring lah istilahnya. Salah satu yang menjadi kendala adalah ada olahraga water sport yang ke sini, yang masuk-masuk ngawur," tukasnya.
Baca selengkapnya di halaman selanjutnya...
Kaesang sempat berbaur dengan para pemuda kampung setempat, melihat anak-anak belajar menari, menengok cara ibu-ibu membuat kerajinan simpul tali, dan tentunya mendengar curhatan para nelayan. Kaesang juga masuk ke kawasan bakau untuk melihat nelayan melaut.
"Ya tadi intinya nelayan sampaikan, supaya mereka punya akses. Untuk mereka melaut selama 24 jam. Itu saja," ucap putra bungsu Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu, seusai keliling mangrove.
Kaesang juga banyak menerima cerita para nelayan yang mendapat hasil tangkapan yang sedikit sehingga pendapatan minim. Selain itu akibat kendala akses maupun cara mereka menangkap ikan yang masih tradisional.
"Ya, salah satunya kan tadi kan saya juga sudah dengar. Ternyata di sini kan beda dengan yang bagian (pantai) barat. Yang di mana, di sini jauh lebih konvensional. Apa sih masalahnya yang dihadapi, selain ya, yang mereka biasanya untuk membeli sesuatu untuk anak sekolah, harus pinjam duit atau apa," pungkasnya.
Simak Video "Video: Kaesang Jelaskan Makna Logo Gajah PSI ke Prabowo"
[Gambas:Video 20detik]
(dpw/nor)