Ketua Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Bali Anak Agung Ngurah Adhi Ardhana merespons rencana pembangunan light rail transit (LRT) bawah tanah di Pulau Dewata. Ia meminta pembangunan LRT bawah tanah itu memperhatikan fasilitas bagi pejalan kaki. Termasuk dengan menyiapkan pedestrian yang baik dan nyaman.
"Menurut saya, fasilitas berjalan kaki yang baik dan terkoneksi mendahului terkait LRT," kata Adhi Ardhana kepada detikBali, Rabu (27/9/2023).
Adhi menilai keberadaan LRT akan berhasil jika diimbangi dengan minat masyarakat untuk menggunakan transportasi publik itu. Ia meminta fasilitas LRT terkoneksi dengan titik-titik tujuan warga. "Tentu agar trase yang direncanakan harus memiliki tingkat keberminatan tinggi," imbuh politikus PDI Perjuangan itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, Badan Perencanaan Nasional (Bappenas) mengungkapkan LRT di Bali bakal dibangun di bawah tanah alias underground. Alasannya, ada banyak aturan pembangunan di Pulau Bali yang mesti dihormati dalam melakukan pembangunan. Di antaranya, bangunan yang tidak boleh tinggi dan juga tidak boleh menggusur pura.
"Seperti yang diketahui di Bali akan susah untuk membuat di atas (melayang) atau kalau ke samping akan butuh biaya yang sangat besar dalam pembebasan lahannya dan akan memakan waktu yang lama," tulis Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Baplenas Ervan Maksum kepada detikBali melalui pesan Whatsapp, Selasa.
Pertimbangan lainnya, kata Ervan, ketidakpastian yang tinggi ini akan berdampak pada biaya dan harga investasi yang semakin tinggi. "Dan kemungkinan dapat terjadi cost over run selama proses pembangunannya," sambungnya.
Secara estetika, Ervan menilai LRT lebih bagus dibangun di bawah tanah. Rencana tersebut juga sudah diputuskan setahun lalu oleh Kementerian Bappenas bersama Gubernur Bali periode 2018-2023 Wayan Koster.
(iws/gsp)











































