Tiba Meka merupakan tarian khas dari Manggarai yang dipentaskan untuk menyambut 11 kepala negara dalam acara KTT ASEAN ke-42 di Labuan Bajo pada 9-11 Mei 2023.
Tari Tiba Meka merupakan salah satu dari tiga jenis tarian daerah yang disiapkan Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTT, selain Rangkuk Alu dan Caci, dalam rangka penyambutan tamu konferensi tingkat tinggi tersebut.
Sebagai informasi, Tiba Meka memiliki makna yang mendalam dan keunikan tersendiri. Yuk, kenali lebih jauh tarian khas Manggarai ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
MAKNA
Ada alasan tari Tiba Meka disuguhkan untuk menyambut 11 kepala negara yang hadir dalam KTT ASEAN 2023. Salah satunya adalah makna mendalam dari tarian ini.
Tiba artinya terima, menadah, tangkis, setuju, atau menyambut. Sedangkan, meka artinya tamu. Sehingga, Tiba Meka memiliki arti tarian menyambut atau menerima tamu.
Makna tersebut dikutip dari Jillis A.J Verheijen, seorang antropolog dan misionaris kelahiran Zevenaar, Belanda, dalam 'Kamus Manggarai: Manggarai-Indonesia' yang dilansir dari laman resmi Indonesia.go.id.
Istilah Tiba Meka biasanya dipakai untuk menyambut kelahiran bayi atau biasa disebut meka weru (tamu yang baru dilahirkan).
SEJARAH
Tiba Meka juga merupakan sebuah ritual tradisi nenek moyang suku Manggarai, berupa tata cara ketika menyambut tamu penting atau agung untuk menjalin persaudaraan dan memupuk silaturahmi antara warga dan tamu yang berkunjung.
Dikutip dari laman Indonesia.go.id, Tiba Meka awalnya digunakan untuk menyambut kedatangan misionaris yang menyebarluaskan agama Katolik di Pulau Flores, tepat Labuan Bajo berada, ratusan tahun lampau.
Sampai saat ini, Tiba Meka terus dipertahankan dan diwariskan secara turun temurun. Termasuk saat menyambut kunjungan uskup dan imam Katolik yang baru ditahbiskan, atau tamu-tamu penting lainnya.
KEUNIKAN DALAM KTT ASEAN 2023
Dalam KTT ASEAN 2023, Tiba Meka dimaknai sebagai ungkapan kegembiraan masyarakat Labuan Bajo dan Manggarai Barat karena dikunjungi 10 kepala negara ASEAN, kata pelatih Tari Tiba Meka Ayuni Praise.
Sebagai bentuk penghormatan, kata Ayuni, penari menyuguhkan sirih pinang kepada tamu. Suguhan tersebut diletakkan pada wadah bernama lopa.
Selain itu, para penari juga wajib menampilkan ekspresi wajah gembira sebagai bentuk terima kasih karena sudah berkunjung ke Labuan Bajo.
KOSTUM
Sebagaimana dijelaskan Ayumi, kostum wajib Tiba Meka terdiri dari mahkota kepala (bali belo) dan baju adat Manggarai yang disebut mbero. Dilansir dari Indonesia.go.id, mbero dikenakan dengan tenun ikat songke.
Selanjutnya, kostum Tiba Meka juga dilengkapi dengan sebilah sundang atau parang yang panjang dan tajam, khas suku Manggarai. Sundang ini bisa diganti dengan kope banjar atau parang biasa maupun keris.
Untuk alasan keamanan acara, benda-benda tersebut tidak dipakai saat pementasan di hadapan tamu negara.
Artikel ini ditulis oleh Dewa Gede Kumara Dana, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(efr/efr)