.webp)
Ia berkolaborasi dengan I Gede Nandya Oktora selaku dosen pengampu mata kuliah tersebut.
Pada kesempatan itu, Prilly bercerita bagaimana dia ketagihan mengajar. Sebelumnya, ia juga mendapat tawaran mengajar di Universitas Gajah Mada (UGM).
"Waktu itu saya berdialog dengan Mas Menteri (Nadiem), waktu di acara UMKM saya tahu Kemenristek punya program Praktisi Mengajar dan saat itu juga langsung apply (melamar)," ujarnya.
Lamaran itu pun, lanjut Prilly, tidak menggunakan 'orang dalam'. "Benar-benar apply pakai CV, ijazah, dan dokumen lainnya ikut semua aturan Praktisi Mengajar," ungkapnya kepada detikBali.
Dari sana, Prilly mendapat tawaran mengajar di UGM sebanyak dua kelas. Ia pun mulai ketagihan mengikuti program Praktisi Mengajar. Menurutnya, ia tak hanya mengajar, tapi juga ikut belajar.
"Saya ikut belajar melihat pandangan mahasiswa. Saya juga harus belajar materi yang harus saya bagikan, karena untuk menyusun materi ini pastinya saya berdiskusi dengan dosen pengampunya. Seperti hari ini dengan Bapak Nandya," tutur Prilly.
"Mahasiswa sampai mana sih belajarnya dan saya pelajari lagi teorinya. Saya sambungkan dengan experience (pengalaman) saya di pekerjaan. Jadi, saya ikut belajar lagi dan itu menjadi pengalaman yang luar biasa untuk saya," katanya.
Khusus di Unud, Prilly mengaku memang meminta mengajar di kampus negeri Bali tersebut. Alasannya, ia jatuh cinta dengan Bali. Bahkan, ia menjadikan Bali sebagai tujuan utamanya.
"Bali memiliki tempat tersendiri di hati saya. Jadi, kenapa nggak saya ngajar di Unud," imbuhnya.
Responsnya, ia melanjutkan sangat baik dari Unud. Ia pun dikenalkan ke rektor dan dosen pengampu dan berlanjut diskusi online untuk menyusun materi pembelajaran.
"Sehingga, terjadi lah hari ini dan saya harap ini bukan pertama atau terakhir. Saya berharap ada kelas lanjutan," tandasnya.
(BIR/iws)
