Warga Desa Adat Bila Tua, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng, kecewa proyek renovasi Pura Taman Sari mangkrak sudah tiga bulan. Padahal, rencana pembangunan pura tersebut merupakan janji pemerintah saat membangun Bendungan Danu Kerthi.
Pasalnya, pura tersebut terdampak genangan air Bendungan Danu Kerthi. Dari pantauan detikBali, Selasa (2/5/2023), tidak ada aktivitas pengerjaan proyek. Bangunan pura seolah-olah terlantar begitu saja, terhenti di tahap pembuatan kerangka.
Di sekitar lokasi juga terdapat beberapa bahan bangunan dari kayu yang kondisinya sudah hampir rusak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perbekel Desa Bila Ketut Citarja Yudiarda mengaku mendapat informasi proyek mangkrak dari warga. Warga menduga proyek tersebut dihentikan karena tidak ada proses pengerjaan di lokasi sejak tiga bulan yang lalu.
Yudiarda mengaku telah bersurat ke beberapa pihak, seperti Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali Penida, PT PP Adi Jaya KSO, Bupati Buleleng, hingga Gubernur Bali.
Namun hingga saat ini, belum ada respons terkait surat tersebut. "Sudah lebih dari tiga bulan tidak ada aktivitas pengerjaan lagi," ujar Yudiarda saat ditemui detikBali, Selasa.
Dia dan warga desa pun berharap pembangunan pura tersebut segera dirampungkan. Sebab, pada 27 Nopember 2023 nanti tepatnya pada purnama sasih kelima, desa adat akan menggelar upacara melaspas dan ngenteg linggih di Pura Taman Sari.
"Sesuai dengan jadwal yang kami sepakati di desa, pada purnama kelima adalah pejantenan atau tegak piodalan. Jadi, kami harap agar dipercepat pembangunannya," jelasnya.
Renovasi Pura Taman Sari milik Desa Adat Bila Tua tersebut sudah dimulai sejak 20 November 2022. Pura ini ditinggikan dari kondisi awalnya lantaran terdampak genangan air bendungan.
Sebelum renovasi dimulai, desa adat telah melaksanakan upacara pundut, di mana Ida Bhatara yang malinggih di Pura Taman Sari dipindahkan sementara ke Pura Bale Agung supaya warga bisa tetap melaksanakan persembahyangan.
Pura tersebut didirikan di atas lahan seluas 4,6 are dengan konsep tri mandala, yakni jabaan, madya, dan jeroan. Adapun, anggaran renovasi proyek diperkirakan menelan biaya Rp 4 miliar.
"Surat itu kami harap bisa jadi acuan. Di atasnya ada ornamen. Bagian ornamen orang sini (warga Desa Bila) yang buat, tetapi kaki dan daknya dibuat kontraktor dari luar. Sekarang logikanya kalau di bawahnya belum selesai bagaimana bisa mengerjakan di atasnya? Yang di atasnya sudah selesai hanya tinggal pasang saja," tuturnya.
Sementara itu, Bendesa Adat Bila Tua I Ketut Darmawan menyebut pura tersebut diempon oleh Desa Adat Bila Tua, dengan krama sebanyak 322 orang. Ia menyayangkan tidak ada koordinasi dari kontraktor kepada desa adat terkait kendala renovasi pura hingga mangkrak.
"Surat itu tujuannya untuk memberikan klarifikasi terkait apa masalah atau kendala, sehingga renovasi pura terhenti. Tidak ada koordinasi dari pemborong, PP dan BWS," tandasnya.
(BIR/hsa)