Komunitas Muslim Banjar Tunggal Sari, Desa Dauh Peken, Kecamatan/Kabupaten Tabanan, Bali, melakukan halal bihalal dan silaturahmi lintas usia untuk memaknai hari raya Idul Fitri 1444 Hijriah. Mereka memiliki tradisi unik yang disebut Malaidinan atau daerah lain di Bali menyebutnya Kamratan.
Tradisi Malaidinan dilakukan anak-anak hingga remaja. Mereka datang beramai-ramai dari rumah ke rumah warga sambil melantunkan tahlil, takbir, salawat, hingga doa.
Setelah bersalawat dan berdoa, mereka akan bergilir menerima jajanan, makanan, hingga uang dari si pemilik rumah yang didatangi. Sesekali, mereka tampak saling berebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebetulnya, ini tradisi Islami yang berakar pada halal bi halal," jelas Ustaz Bukhari, salah seorang guru Pesantren An Nur di Banjar Tunggal Sari, Sabtu (22/4/2023).
Anak-anak hingga remaja yang mengikuti tradisi ini sudah mulai berkeliling sejak pukul 10.00 Wita. Mereka melaksanakan tradisi itu hingga selesai Asar dan tanpa merasa lelah.
Ustaz Bukhari tidak mengetahui pasti awal mula tradisi ini berkembang. Menurutnya, tradisi ini sudah diwariskan secara turun-temurun hingga sekarang. Sebagian besar tetua di Banjar Tunggal Sari mendapati tradisi ini sudah ada.
"Dan tradisi ini, sepengetahuan saya, adanya di Tunggal Sari. Selain waktu Idul Fitri, biasanya pada saat Idul Adha," sebutnya.
Tradisi ini dimungkinkan ada seiring berkembangnya komunitas Muslim di Tunggal Sari dan sekitarnya. Ustaz Bukhari menduga, penyebutan istilah Malaidinan kemungkinan mengarah pada kata Minal Aidin dari kalimat Minal Aidin Wal Faizin.
"Menurut analisis saya karena diungkapkan anak-anak dan agar mereka lebih mudah mengungkapkan akhirnya menjadi Malaidinan," ujarnya.
Sebelumnya, warga Banjar Tunggal Sari juga menyambut Idul Fitri 1444 H dengan takbir keliling pada Jumat (21/4/2023) malam. Iringan takbir keliling ini mulai bergerak dari depan Balai Banjar Tunggal Sari selepas Isya.
Selain mengumandangkan takbir, warga juga menabuh bedug ditimpali Hadrah. Bunyi-bunyian ritmis itu diiringi rombongan anak-anak dan para remaja yang membawa obor serta lampion.
Takbir keliling kali ini berbeda dari yang sudah pernah dilakukan karena dilakukan dengan berjalan kaki. Sebelum-sebelumnya, takbir keliling dilakukan dengan mengendarai sepeda motor atau mobil.
(iws/efr)