Pemilik sekaligus pengelola fast boat Amed-Gili Trawangan I Wayan Lambih Arnawa harus mengalami kerugian mencapai Rp 150 juta. Kerugian dialami sejak penutupan penyeberangan pada 1 Maret 2023.
Arnawa mengatakan dalam sehari ia bisa melayani 1-2 trip. Rata-rata penumpangnya 150-300 orang.
Ia mengaku pada 28 Februari 2023 adalah keberangkatan terakhir fast boatnya ke Gili Trawangan. Sedangkan mulai 1 Maret 2023 sampai saat ini tidak ada keberangkatan karena penyeberangan ditutup.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami sudah beberapa kali melakukan koordinasi dengan KSOP tapi jawabannya tetap harus ada dermaga terlebih dahulu baru bisa dibuka kembali," ungkap Arnawa, Selasa (14/3/2023).
Arnawa mengatakan akibat ditutupnya penyeberangan Amed-Gili Trawangan, kerugian yang dialami mencapai ratusan juta. Ia sangat berharap bisa dicarikan solusi yang terbaik.
Akibat penyeberangan ditutup sejak 1 Maret 2023, masyarakat yang ada di sekitar Amed ikut terdampak. Mulai dari pelaku pariwisata, masyarakat, hingga pengusaha fast boat.
Akibatnya pada Selasa (14/3/2023) puluhan warga mendatangi gedung DPRD Karangasem untuk menyampaikan aspirasi. I Wayan Sentuni Artana, mewakili warga, mengaku datang ke DPRD Kabupaten Karangasem untuk meminta dicarikan jalan keluar.
Pasalnya, sejak penutupan penyeberangan fast boat Amed-Gili Trawangan dampaknya sangat terasa, terutama yang bekerja di pariwisata maupun yang bekerja sebagai porter.
"Semenjak ditutup (penyeberangan fast boat), hunian hotel yang ada di wilayah Amed turun hingga 30 persen. Begitu pula dengan masyarakat yang berprofesi sebagai porter. Saat ini, mereka kembali menganggur," tuturnya, Selasa (14/3/2023).
(nor/gsp)