- Pengertian Delusi
- Penyebab Delusi 1. Genetik 2. Biologis 3. Lingkungan/Psikologis
- Gejala yang Dirasakan Penderita Delusi
- Cara Menangani Penderita Delusi 1. Bangun Hubungan Interpersonal 2. Identifikasi Jenis Waham 3. Cari Tahu Pengaruh Delusi ke Kehidupan Sosialnya 4. Kaji Intensitas, Frekuensi, dan Durasi 5. Coba Alihkan Perhatian ke Kenyataan
- Perbedaan Delusi, Ilusi, dan Halusinasi Ilusi Halusinasi
Secara umum, delusi adalah masalah kesehatan mental yang tidak dapat membedakan kenyataan dengan bayangan. Namun delusi ini berbeda dengan ilusi dan halusinasi. Simak pengertian, gejala hingga cara menangani delusi di bawah ini.
Pengertian Delusi
Dilansir dari penelitian di laman UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, delusi adalah masalah psikologis yang berkaitan dengan waham atau keyakinan tentang sesuatu yang bertentangan dengan dunia nyata dan tidak bisa diubah melalui penyajian fakta-fakta.
Gangguan mental ini bisa menyebabkan paranoid. Meski demikian, delusi ini tidak hanya bersifat ketakutan, tetapi juga bersifat kebesaran, kecemburuan, erotis, somatis atau campuran. Dilansir dari buku Kajian Gangguan Psikologis (Psychological Disorders) yang disusun Ellenoor Tasya, dkk, macam-macam delusi adalah seperti di bawah ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
- Delusi persecutory yaitu meyakini bahwa ia akan disakiti, dihina oleh orang lain.
- Delusi referential yaitu meyakini bahwa komentar, gerakan tubuh tertentu, atau suatu tanda dari lingkungan diarahkan kepada dirinya.
- Delusi grandiose yaitu keyakinan individu bahwa dirinya memiliki ketenaran, memiliki kemampuan tertentu, atau kekayaan.
- Delusi erotomanic yaitu keyakinan yang salah ketika orang lain jatuh cinta kepadanya.
- Delusi nihilistic yaitu keyakinan akan terjadinya malapetaka atau bencana.
- Delusi somatic yaitu keyakinan terkait masalah kesehatan dan fungsi organ.
Contoh dari delusi ini misalnya merasa dibuntuti penjahat atau polisi tanpa bukti yang jelas, merasa memiliki penyakit tertentu, merasa memiliki nama besar sehingga orang lain menganggap dirinya hebat. Delusi ini menjadi aneh karena keyakinan mereka tidak berdasarkan pengalaman atau berbeda dengan kenyataan yang dialami.
Penyebab Delusi
Dilansir dari situs WebMD, gangguan mental ini belum diketahui penyebabnya. Akan tetapi para ahli menyebut ada faktor risiko yang menyebabkan delusi.
1. Genetik
Gangguan delusi sering terjadi pada seseorang yang memiliki anggota keluarga dengan gangguan kejiwaan serupa, baik delusi ataupun skizofrenia. Hal ini memungkinkan bahwa faktor genetik dapat menurunkan gangguan delusi dari orang tua kepada anaknya.
2. Biologis
Faktor biologis yang dimaksud ialah adanya masalah yang terjadi pada otak. Otak yang abnormal dapat mengontrol persepsi dan keyakinan dengan gejala delusi. Mungkin juga orang dengan penglihatan atau pendengaran buruk bisa mengalami delusi.
3. Lingkungan/Psikologis
Lingkungan yang tidak mendukung bisa memicu stres yang berujung pada gangguan delusi. Penggunaan alkohol dan obat-obatan juga memperparah kondisi tersebut.
Gejala yang Dirasakan Penderita Delusi
Beberapa gejala yang mungkin dirasakan penderita delusi adalah sebagai berikut.
- Merasa tidak aneh. Gejala ini paling banyak muncul. Penderitanya tidak merasa aneh dan tidak memperlihatkan sikap-sikap yang aneh.
- Merasa marah atau suasana hati yang buruk.
- Berhalusinasi, seperti melihat, mendengar, mencium sesuatu yang sebenarnya tidak ada.
- Merasa cemas dan terancam.
Cara Menangani Penderita Delusi
Delusi mungkin tidak bisa hilang, kecuali penderitanya menyadari bahwa keyakinannya adalah sesuatu yang salah dan tidak sesuai kenyataan. Terutama untuk keluarga penderita delusi, Anda harus bersabar dan lebih memperhatikannya. Berikut ini beberapa langkah yang bisa Anda lakukan seperti dilansir dari laman British Columbia Schizophrenia Society (BCSS).
1. Bangun Hubungan Interpersonal
Bangun kedekatan dengan mereka sehingga mereka nyaman dengan Anda. Jangan mendebat mereka dengan nalar Anda dan jangan menentang khayalan mereka. Diharapkan mereka bisa terbuka dan mau berbagi cerita dengan Anda.
2. Identifikasi Jenis Waham
Setelah merasa terbuka, mereka mungkin akan menceritakan lebih banyak mengenai keyakinan dalam delusi mereka. Ingat dan catat apa yang mereka sampaikan tanpa memberikan bantahan. Misalnya mereka merasa dibuntuti penjahat, biarkan mereka bercerita bagaimana awal mulanya, siapa yang terlibat, dan sebagainya, tanpa menunjukkan Anda tidak percaya.
3. Cari Tahu Pengaruh Delusi ke Kehidupan Sosialnya
Cari tahu apakah delusi mempengaruhi partisipasinya dalam kehidupan sosial. Tanyakan pula kepada orang di sekitarnya.
4. Kaji Intensitas, Frekuensi, dan Durasi
Kaji gangguan delusi tersebut terjadi seberapa lama, berapa kali sehari, bagaimana intensitasnya, apa pemicunya. Hal ini berguna untuk menghindarkan mereka dari delusi dan memperkirakan tingkat keparahan.
5. Coba Alihkan Perhatian ke Kenyataan
Dengan tetap berempati dan membangun kedekatan, coba perlahan-lahan alihkan perhatian mereka kepada hal-hal yang lebih nyata dan logis. Mungkin Anda bisa memberikan tugas atau mintalah bantuan kecil kepadanya. Cobalah agar dia terus fokus pada kenyataan.
Perbedaan Delusi, Ilusi, dan Halusinasi
Seperti yang kita bahas di awal, bahwa delusi berbeda dengan ilusi dan halusinasi. Dilansir dari buku The Secret Doctrine: Hidup Realistis Namun Bukan Matematis yang disusun Agung Webe, berikut perbedaan delusi dengan ilusi dan halusinasi.
Delusi adalah keyakinan terhadap sesuatu yang tidak nyata, hingga penderitanya sulit membedakan antara nyata dan tidak nyata.
Ilusi
Ilusi adalah kesalahan panca indra manusia dalam mempersepsikan suatu benda. Contohnya Anda melihat orang berkepala burung, padahal kenyataannya adalah manusia normal. Contoh lain, Anda berada di sebuah taman bunga, tetapi Anda melihat taman surga.
Halusinasi
Halusinasi ini juga berbeda dengan ilusi. Jika ilusi membutuhkan benda untuk menjadi pemantik, maka halusinasi ini tidak memerlukan benda. Misalnya Anda melihat wanita berbaju putih di kamar, padahal tidak ada apa-apa.
Demikian tadi telah kita ketahui bahwa delusi adalah masalah kejiwaan yang tidak bisa membedakan kenyataan dengan sesuatu yang hanya berada di alam pikiran. Meski sulit ditangani, langkah-langkah di atas semoga dapat membantu Anda.
(bai/fds)