Sepsis Adalah Respon Tubuh Terhadap Infeksi, Kenali Penyebab dan Pengobatannya

Sepsis Adalah Respon Tubuh Terhadap Infeksi, Kenali Penyebab dan Pengobatannya

Bayu Ardi Isnanto - detikBali
Senin, 27 Feb 2023 12:10 WIB
Illustration of rod-shaped bacteria in a blood vessel with red blood cells and leukocytes.
Ilustrasi bakteri dalam darah akibat infeksi sepsis. Foto: Getty Images/Science Photo Libra/KATERYNA KON
-

Sepsis adalah suatu respons tubuh terhadap infeksi yang ditandai dengan beberapa gejala klinis. Sepsis menjadi banyak masalah di negara berkembang maupun negara maju.

Kenali gejala, penyebab, cara mengobati dan pencegahannya di sini.

Apa Itu Sepsis?

Berdasarkan buku Penyakit Infeksi di Indonesia yang disusun Nasronudin, sepsis adalah sindrom klinis yang muncul akibat infeksi. Kondisi ini ditandai dengan sejumlah gejala, seperti demam, hipotermia, leukositosis, leukopenia, takikardia dan takipnea.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dilansir dari buku Skin Infection: It's A Must Know Disease yang disusun Sri Linuwih Sw Menaldi, dkk, infeksi pada sepsis yang masuk pada aliran darah dapat mengancam nyawa dengan cepat. Infeksi dalam hal ini termasuk infeksi kulit, paru-paru, saluran pencernaan, dan saluran kencing.

Sepsis berat dan syok septik merupakan masalah kesehatan yang serius hingga mempengaruhi jutaan individu di seluruh dunia. Disebutkan bahwa kondisi ini mengakibatkan kematian pada satu dari empat pasien, bahkan mungkin lebih.

ADVERTISEMENT

Salah satu yang mempengaruhi hasil terapi adalah pemberian antibiotika sesegera mungkin setelah timbul sepsis berat.

Penyebab Sepsis

Dilansir dari penelitian di laman Universitas Brawijaya, penyebab sepsis adalah karena mikroorganisme dari berbagai kelas. Hal ini bisa menyebabkan inflamasi lokal hingga kerusakan organ yang jauh serta hipotensi.

Pada kasus severe sepsis, ditemukan 20-40 persen bakteri atau jamur pada kultur darah, sedangkan pada kasus syok sepsis ditemukan sekitar 40-70 persen. Sedangkan penyebab terbesar dari sepsis adalah bakteri gram negatif dengan persentase 60-70 persen.

Bakteri ini memunculkan berbagai macam produk yang bisa menstimulasi sel imun, kemudian dapat melepaskan mediator inflamasi. Salah satu produk yang dihasilkan dalam sepsis adalah lipopolisakarida (LPS). LPS merangsang peradangan pada jaringan, demam dan syok pada pasien yang mengalami infeksi.

Sementara dalam buku Asuhan Keperawatan Anak dengan Penyakit Infeksi yang disusun Sharely Nursy Siringoringo, dkk, dijelaskan bahwa mikroorganisme penyebab sepsis ini bisa berupa bakteri, virus, jamur dan parasit.

Persentase kasus sepsis yang disebabkan bakteri gram negatif ialah sekitar 12-28 persen, bakteri gram positif sekitar 16-30 persen, bakteri jenis lain 0,4-0,7 persen, virus 11-21 persen, jamur 4-13 persen, dan patogen yang tidak teridentifikasi sebesar 35-37 persen.

Gejala Sepsis

Dalam penelitian di laman Universitas Diponegoro, berikut ini beberapa gejala dari sepsis.

1. Gejala Umum

Beberapa gejala yang umum terjadi pada sepsis adalah sebagai berikut.

  • Demam hingga suhu mencapai lebih dari 38,3°C.
  • Hipotermia dengan suhu pusat tubuh kurang dari 36°C.
  • Detak jantung lebih dari 90/menit atau lebih dari dua standar deviasi di atas nilai normal usia.
  • Takipnea atau peningkatan frekuensi pernapasan.
  • Perubahan status mental.
  • Edema signifikan atau keseimbangan cairan positif lebih dari 20 mL/Kg selama lebih dari 24 jam
  • Hiperglikemia dengan glukosa plasma lebih dari 140 mg/dL atau 7,7 mmol/L dantidak diabetes

2. Inflamasi

Pada gejala inflamasi, berikut ini beberapa ciri-ciri pada sepsis.

  • Leukopenia dengan hitung sel darah putih kurang dari 4000 μL -1
  • Leukositosis dengan hitung sel darah putih lebih dari 12.000 μL -1
  • Lebih dari 10 persen hitung sel darah putih normal ditemukan dalam bentuk imatur
  • C-reactive protein plasma berada lebih dari dua standar deviasi diatas nilai normal
  • Prokalsitonin plasma lebih dari dua standar deviasi diatas nilai normal

3. Hemodinamik

Pada kondisi hemodinamik, hipotensi arteri atau tekanan darah sistolik kurang dari 90 mmHg, MAP kurang dari 70 mmHg, atau tekanan darah sistolik turun lebih dari 40 mmHg pada dewasa, atau lebih rendah dua standar deviasi dibawah nilai normal umur.

4. Disfungsi Organ

Pada gejala disfungsi organ, akan terjadi beberapa hal berikut.

  • Hipoksemia arterial dengan PaO2/FiO2 kurang dari 300.
  • Terjadi peningkatan kreatinin lebih dari 0,5 mg/dL atau 44,2 μmol/L
  • Oliguria akut dengan jumlah urin kurang dari 0,5 mL/Kg/jam selama minimal 2 jam
    walaupun resusitasi cairan adekuat.
  • Koagulasi abnormal dengan INR lebih dari 1,5 atau aPTT lebih dari 60 s
  • Ileus atau masalah usus.
  • Trombositopenia dengan hitung trombosit kurang dari 100.000 μL -1
  • Hiperbilirubinemia dengan bilirubin plasma total lebih dari 4 mg/dL atau 70 μmol/L

5. Perfusi Jaringan

Beberapa gejala pada perfusi jaringan adalah sebagai berikut.

  • Hiperlaktatemia lebih dari 1 mmol/L
  • Penurunan kapiler refil

6. Sepsis Berat

Kriteria pada sepsis berat adalah sebagai berikut.

  • Jumlah urin kurang dari 0,5 mL/kg/jam, selama lebih dari 2 jam meskipun pun resusitasi cairan adekuat
  • Sepsis-induced hypotension
  • Laktat di atas batas atas nilai normal laboratorium
  • Kreatinin lebih dari 2,0 mg/dL (176,8 μmol/L)
  • Bilirubin lebih dari 2 mg/dL (34,2 μmol/L)
  • Acute Lung Injury dengan PaO2/FiO2 kurang dari 250, tanpa pneumonia sebagai sumber infeksi
  • Acute Lung Injury dengan PaO2/FiO2 kurang dari 200 tanpa adanya pneumonia sebagai sumber infeksi
  • Hitung platelet kurang dari 100.000 μL
  • Koagulopati (international normalized ratio > 1,5)

Cara Mengobati Sepsis

Dilansir dari laman CDC, pengobatan paling umum yang cepat dan efektif adalah pemberian obat yang tepat, terutama antibiotik. Penanganan yang dilakukan juga dengan menjaga aliran darah ke organ. Terkadang, pembedahan juga dilakukan untuk mengangkat jaringan yang rusak karena infeksi.

Antibiotik ini merupakan obat yang penting dalam mengobati infeksi apapun, termasuk sepsis yang mengancam nyawa. Akan tetapi ketika terjadi peningkatan resistensi antibiotik, infeksi bisa menjadi lebih sulit diobati.

Cara Mencegah Sepsis

Dilansir dari laman Sepsis Alliance, sepsis tidak selalu dapat dicegah. Akan tetapi, beberapa langkah berikut ini bisa mengurangi risiko terkena sepsis.

1. Vaksinasi

Vaksinasi dilakukan untuk mencegah infeksi. Vaksinasi atau imunisasi ini mampu membuat tubuh kebal karena memiliki antibodi agar tidak mengalami sakit akibat penyakit yang sama. Vaksin ini ada bermacam-macam, misalnya cacar air, tetanus, polio, influenza, COVID-19.

2. Merawat Luka

Setiap luka yang terjadi pada kulit, baik itu goresan, sayatan bedah, dan sebagainya, memungkinkan bakteri masuk ke tubuh hingga berpotensi menyebabkan infeksi. Maka pastikan Anda merawat luka dengan baik, yakni dengan membersihkannya menggunakan alkohol, mungkin perlu mendapatkan jahitan.

Saat menyentuh luka, tangan pun harus selalu bersih, atau gunakan sarung tangan khusus.

3. Pantau Infeksi

Pantau luka yang terjadi pada kulit. Jika terjadi tanda-tanda infeksi, maka harus segera ditangani. Dokter mungkin akan memberikan antibiotik jika penyebabnya bakteri. Dosisnya harus sesuai ketentuan dari dokter karena antibiotik tidak bisa sembarangan dikonsumsi.

4. Mencuci Tangan

Mencuci tangan adalah segalanya. Ajarkan ini juga kepada anak-anak Anda.

Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir adalah hal paling efektif untuk mencegah segala penyakit. Lakukan hal ini terutama saat setelah bepergian, hendak makan, setelah dari kamar mandi, setelah membuang ingus atau batuk, setelah menyentuh hewan, dekat dengan orang sakit.

Nah demikian tadi penjelasan mengenai sepsis yang merupakan respon tubuh terhadap infeksi. Sepsis termasuk kondisi berbahaya yang bisa menyebabkan kematian jika tidak ditangani dengan baik.

Segera dapatkan penanganan dokter jika mengalami gejala tersebut. Jangan lupa untuk selalu melakukan tindakan pencegahan.




(bai/khq)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads