Manusia bisa terobsesi pada suatu hal, entah itu terhadap seseorang ataupun benda mati. Namun, obsesi sering kali membuat kita jadi lupa untuk berpikir logis, sehingga beberapa di antaranya ada yang mengalami gangguan kejiwaan.
Namun, banyak masyarakat yang masih bingung dalam membedakan antara obsesi dengan cinta. Karena, menurut sebagian orang hal itu terasa sama saja.
Lantas apa sih obsesi itu? Lalu apa yang membedakan antara obsesi dan cinta? Simak pembahasannya secara lengkap dalam artikel berikut ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Arti Obsesi
Obsesi adalah kecenderungan untuk memikirkan atau memfokuskan perhatian secara berlebihan pada suatu hal atau pikiran yang terus-menerus, sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari dan berpotensi mengganggu kesehatan mental seseorang. Menurut KBBI Daring, obsesi diartikan sebagai ide atau perasaan yang sangat merasuki pikiran.
Selain itu, obsesi juga diartikan sebagai gangguan jiwa berupa pikiran yang selalu menggoda seseorang dan sangat sulit dihilangkan. Oleh sebab itu, obsesi bisa menjadi gejala dari berbagai kondisi mental, seperti gangguan kecemasan dan obsessive-compulsive disorder (OCD).
Orang yang mengalami obsesi akan merasa kesulitan untuk mengendalikan pikiran dan perasaannya terhadap suatu hal. Selain itu, obsesi dapat menghabiskan banyak waktu dan energi karena selalu memikirkan atau memperhatikan hal yang ia obsesikan.
Apa Bedanya Obsesi dan Cinta?
Sekilas, obsesi dan cinta memiliki suatu kesamaan, yaitu melibatkan perasaan yang kuat terhadap seseorang atau suatu benda. Namun, keduanya tetap memiliki perbedaan lho, detikers.
Dilansir situs medicinenet.com, seseorang yang jatuh cinta akan melibatkan perasaan positif yang sehat. Lain halnya dengan obsesi, di mana seseorang melibatkan kecenderungan yang tidak sehat untuk memikirkan dan memfokuskan perhatian secara berlebihan pada seseorang.
Lalu, cinta melibatkan keinginan untuk saling memberi dan menerima antara pasangan. Dalam obsesi, seseorang hanya ingin menguasai atau memiliki orang tersebut. Jika berhasil mendapatkannya, maka ia akan melakukan hal-hal sesuka hati.
Orang yang jatuh cinta akan merasakan bahagia dan damai di dalam hatinya, karena ia benar-benar sayang terhadap seseorang. Berbeda dengan obsesi, di mana seseorang hanya fokus pada detail-detail kecil yang membuat ia amat tertarik, sehingga jika gagal mendapatkannya maka berujung cemas dan stres.
Jadi, meskipun obsesi mungkin terlihat seperti cinta, tetapi ada sejumlah perbedaan yang bisa dirasakan. Cinta yang sehat dan positif selalu didasarkan pada penghargaan, pengertian, dan rasa saling percaya. Sementara itu, obsesi selalu didasarkan pada keinginan yang tidak sehat dan mungkin berbahaya.
Ciri-ciri Obsesi
Seseorang yang memiliki obsesi dapat dilihat dari ciri-cirinya. Dikutip dari situs Healthline, berikut ciri-ciri obsesi:
1. Perasaan Cemas yang Kuat
Seseorang yang mengalami obsesi sering merasa khawatir atau cemas terhadap suatu hal atau pikiran tertentu. Kecemasan ini sering kali berlebihan dan sulit dikendalikan oleh dirinya sendiri.
2. Selalu Terbayang di Otak
Obsesi dapat dikaitkan dengan pikiran-pikiran yang terus menerus muncul dalam otak dan sulit untuk dihentikan. Pikiran ini bisa berupa ketakutan, kekhawatiran, atau obsesi terhadap kebersihan, keamanan, dan performa yang tidak wajar.
3. Hilang Kontrol
Seseorang yang mengalami obsesi akan merasa sulit untuk mengendalikan pikiran atau perasaan mereka. Hal ini membuat mereka merasa tidak berdaya dan sulit untuk mengubah pikiran atau tindakan yang dilakukan.
4. Perubahan Perilaku
Obsesi juga bisa merubah perilaku seseorang. Mereka mungkin menghabiskan banyak waktu untuk memikirkan atau memperhatikan hal yang menjadi obsesinya. Tak hanya itu, mereka juga kesulitan dalam menjalani kehidupan sehari-hari karena terobsesi pada suatu hal.
5. Gangguan Emosional
Obsesi dapat menyebabkan seseorang merasa stres, cemas, bahkan depresi. Biasanya, orang yang memiliki obsesi akan kesulitan untuk menikmati hal-hal yang biasanya mereka nikmati. Selain itu, mereka dapat kehilangan minat pada kegiatan sosial atau hobi.
Faktor yang Dapat Menyebabkan Obsesi
Ada berbagai faktor yang dapat menyebabkan seseorang memiliki obsesi pada suatu hal. Dilansir situs Medical News Today, berikut sejumlah penyebabnya.
- Gangguan kecemasan, seperti obsessive-compulsive disorder (OCD), generalized anxiety disorder (GAD), dan post-traumatic stress disorder (PTSD).
- Trauma di masa lalu, seperti pernah mengalami pelecehan, kekerasan, atau pengalaman yang menyakitkan hati.
- Gangguan kepribadian, seperti obsessive-compulsive personality disorder (OCPD) dan borderline personality disorder (BPD).
- Adanya stres dan tekanan dalam hidup, seperti pekerjaan, hubungan asmara, atau masalah keuangan.
- Mengalami berbagai kondisi medis, seperti gangguan tiroid, gangguan otak, atau gangguan saraf yang akhirnya dapat menyebabkan seseorang menjadi terobsesi.
Tips Berhenti Terobsesi pada Seseorang
Sebenarnya ada sejumlah cara untuk berhenti terobsesi pada seseorang. Mengutip situs Healthline, berikut beberapa tipsnya.
1. Cari Tahu Apa Penyebab Obsesi
Tips yang pertama, detikers harus memahami apa yang memicu obsesi dan bagaimana pola pikirnya terkait dengan obsesi tersebut. Hal ini dapat membantu kamu mengenali tanda-tanda obsesi dan mulai mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah tersebut.
2. Melakukan Aktivitas Seru
Salah satu cara untuk mengatasi obsesi adalah dengan mengalihkan perhatian pada aktivitas yang menyenangkan. Kamu dapat mencoba hobi baru, berolahraga, yoga, atau melakukan hal-hal yang bikin bahagia agar bisa mengurangi kecemasan dan stres.
3. Cari Dukungan Sosial
Mendapatkan dukungan dari teman, keluarga, atau saudara dapat membantumu dalam mengatasi obsesi. Jadi, sebaiknya cari teman atau keluarga yang bisa diajak bicara sehingga detikers lebih tenang.
4. Berhenti Melihat Media Sosial Miliknya
Melihat media sosial milik seseorang yang kamu obsesikan dapat membangkitkan kembali perasaan yang seharusnya kamu hilangkan. Hal tersebut dapat berdampak negatif pada kesehatan mental detikers.
Oleh sebab itu, hal terbaik yang dapat dilakukan adalah menjauhkan diri dari media sosial. Atau, kamu juga bisa memblokir media sosialnya sehingga tidak akan tahu kehidupan dia seperti apa sekarang.
5. Konsultasi dengan Psikolog
Jika obsesi terus mengganggu kehidupan sehari-hari, sebaiknya pertimbangkan untuk mencari bantuan dari psikolog. Terapi kognitif dapat membantu mengatasi obsesi dan mencegahnya datang kembali.
Nah, itu dia penjelasan mengenai obsesi beserta ciri-ciri, faktor yang dapat menyebabkan obsesi, tips berhenti obsesi pada seseorang, dan perbedaannya obsesi dengan cinta. Semoga artikel ini dapat membantu detikers yang ingin menghilangkan obsesi.
(ilf/des)