Hidrosefalus adalah kondisi di mana terjadinya penumpukan cairan berlebihan di otak. Hidrosefalus dapat menyebabkan kerusakan otak secara permanen hingga kematian. Untuk itu, penting untuk mengenai gejala dan penyebab terjadinya kondisi ini.
Untuk kamu yang penasaran, mari belajar bersama-sama mengenai hidrosefalus. Mulai dari pengertian, penyebab, gejala, hingga penanganannya.
Apa Itu Hidrosefalus?
Mengutip laman Kementerian Kesehatan, hidrosefalus adalah kondisi penumpukan cairan serebrospinal (CSS) yang mengakibatkan naiknya tekanan intrakranial (TIK) dan penekanan jaringan normal sekitar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cairan serebrospinal memang penting bagi otak. Namun apabila cairan tersebut menumpuk atau jumlahnya melebihi batas normal, maka otak dapat mengalami kerusakan permanen.
Menurut situs Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, pada keadaan normal, terdapat cairan otak pada ventrikel dalam dengan jumlah tertentu. Hidrosefalus adalah kondisi di mana cairan tersebut berlebih, yang mengakibatkan kerusakan sel otak dan gangguan saraf.
Otak adalah organ yang sangat penting. Untuk itu, kerusakan pada otak dapat berdampak fatal bagi manusia. Hidrosefalus dapat dialami oleh bayi baru lahir sampai orang dewasa. Hidrosefalus yang diderita bayi baru lahir disebut sebagai hidrosefalus kongenital.
Penyebab Hidrosefalus
Terdapat beberapa penyebab terjadinya hidrosefalus, yakni sebagai berikut.
1. Penyebab Hidrosefalus Kongenital
Hidrosefalus kongenital merupakan kelainan cairan otak yang terjadi akibat gangguan di dalam kandungan ibu saat hamil. Menurut situs Ciputra Hospital, penyebab hidrosefalus kongenital adalah sebagai berikut.
- Mengalami infeksi selama masa kehamilan, seperti CMV, mumps, toksoplasma, rubella, dan sifilis
- Kurangnya asupan nutrisi selama masa kehamilan, terutama asam folat
- Mengalami stenosis akuaduktus sylvii
- Mengalami spina bifida
- Mengidap malformasi Chiari
- Memiliki sindrom Dandy-Walker
- Mengidap craniosynostosis
- Mengalami hydranencephaly
2. Penyebab Hidrosefalus yang Didapat
Selain hidrosefalus kongenital, ada pula jenis hidrosefalus lainnya, yakni acquired hydrocephalus atau hidrosefalus yang didapat. Hidrosefalus ini dapat dialami oleh orang dengan segala usia dan kondisi.
Penyebab terjadinya acquired hydrocephalus adalah sebagai berikut.
- Adanya gangguan pada otak, seperti stroke, infeksi, radang selaput otak, cedera otak yang parah, tumor otak, dan lain-lain. Kondisi tersebut membuat sirkulasi cairan otak menjadi terhambat, sehingga terjadilah penumpukkan.
- Meningitis.
Gejala Hidrosefalus
Untuk dapat menangani hidrosefalus lebih dini, maka kamu perlu mengenai gejala-gejala dari kondisi ini. Berikut merupakan gejala dari hidrosefalus.
1. Gejala Hidrosefalus Kongenital
Di Indonesia, kasus hidrosefalus kongenital ini mencapai 55% dari seluruh kasus hidrosefalus. Dilansir laman Healthline, gejala hidrosefalus kongenital adalah sebagai berikut.
- Sakit kepala
- Penglihatan memburam
- Pergerakan mata terlihat aneh, tatapan mata lebih sering ke bawah
- Kepala bayi menjadi lebih besar dibandingkan anak-anak lain seusianya, terutama pada bagian ubun-ubun
- Kulit kepala bayi menjadi lebih tipis dan pembuluh darah kebiruan terlihat jelas
- Sering mengantuk dan kurang responsif terhadap lingkungan sekitarnya
- Mudah lelah
- Mual dan muntah
- Berkurangnya keseimbangan
- Koordinasi tubuh sangat buruk
- Kaki dan tangan terlihat kaku dan sulit digerakkan.
- Kurangnya nafsu makan
- Terlalu sering buang air kecil
- Sering kejang-kejang
- Napas tidak teratur
- Perkembangan bayi sangat terlambat. Misalnya saja, usia 6 bulan belum bisa tengkurap atau di usia 9 bulan belum bisa duduk.
2. Gejala Hidrosefalus yang Didapat
Gejala hidrosefalus yang didapat adalah sebagai berikut.
- Sakit kepala
- Mudah lesu dan mengantuk
- Muntah
- Sering terlihat bingung
- Kejang
- Demam tinggi
- Leher terasa kaku
- Keseimbangan dan koordinasi menjadi sangat buruk
- Sering buang air kecil dan sulit menahan rasa ingin buang air kecil
- Masalah pada penglihatan, seperti pandangan kabur, double vision, dan lain-lain
- Penurunan memori, konsentrasi, dan kemampuan berpikir yang akan mempengaruhi kehidupan sehari-hari, terutama di sekolah atau di dunia kerja.
Secara khusus, gejala hidrosefalus yang diderita oleh orang tua di atas usia 60 tahun adalah sebagai berikut.
- Kesulitan berjalan
- Hilangnya koordinasi dan keseimbangan
- Tubuh sering dibungkukkan ke depan, kaki dibuka lebar, dan berjalan perlahan
- Demensia ringan yang melibatkan hilangnya minat dalam kegiatan sehari-hari, pelupa, kehilangan memori jangka pendek, dan lain-lain.
- Penurunan kemampuan berpikir, seperti lambat memproses sesuatu, apatis, perubahan kepribadian dan perilaku
Penanganan Hidrosefalus
Apabila kamu mengalami gejala-gejala di atas, segeralah periksakan diri ke dokter. Beberapa pemeriksaan yang biasanya akan dilakukan adalah sebagai berikut.
- USG kehamilan untuk melihat apakah ada pembesaran kepala dan penumpukan cairan otak pada janin selama masa kehamilan
- CT Scan pada kepala
- MRI Kepala
Hidrosefalus biasanya ditangani melalui operasi khusus. Operasi ini bertujuan untuk mengurangi kelebihan cairan yang menumpuk di otak. Beberapa jenis operasi yang dilakukan untuk menangani hidrosefalus adalah sebagai berikut.
1. Operasi Pemasangan Selang Otak
Jenis operasi pertama yang dilakukan adalah operasi pemasangan selang otak (shunt). Shunt adalah alat khusus menyerupai selang yang akan dimasukkan ke dalam kepala oleh ahli bedah. Tujuannya adalah untuk mengalirkan cairan berlebih di otak ke bagian tubuh lain.
Biasanya, cairan berlebih tersebut dialirkan ke bagian rongga perut untuk kemudian diserap oleh pembuluh darah. Selain perut, biasanya cairan juga dialirkan ke jantung.
2. Operasi ETV
Operasi endoscopic third ventriculostomy (ETV) adalah salah satu alternatif penanganan hidrosefalus lainnya. Pada operasi ETV, cairan serebrospinal yang berlebih akan dialirkan dengan menciptakan saluran baru.
ETV bertujuan agar cairan otak dapat tersebar merata di seluruh bagian otak dan tidak menumpuk di lokasi tertentu saja. Operasi ini biasanya diterapkan pada hidrosefalus yang dipacu akibat adanya penyumbatan ventrikel otak.
Pencegahan Hidrosefalus
Mencegah tentu lebih baik dari mengobati. Ini dia beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah hidrosefalus.
- Selama masa kehamilan, lakukan pemeriksaan secara rutin.
- Pastikan asupan nutrisi tetap seimbang, jangan lupa konsumsi vitamin dan serat.
- Bawa buah hati untuk melakukan pemeriksaan medis secara rutin.
- Lakukan vaksinasi untuk mencegah penyakit dan infeksi pada otak.
- Gunakan alat pelindung seperti helm ketika naik motor untuk mengurangi risiko cedera otak.
- Pasang kursi mobil khusus anak-anak untuk mencegah cedera pada buah hati.
Itulah dia penjelasan lengkap seputar hidrosefalus, mulai dari penyebab, gejala, hingga cara menangani dan mencegahnya. Apabila kamu merasa mengalami gejala-gejala hidrosefalus di atas, segeralah konsultasikan diri ke dokter. Tetap waspada karena hidrosefalus dapat menyerang siapa pun tanpa melihat usia dan jenis kelamin.
(des/des)