8 Cerita Rakyat Pendek Menarik dan Terpopuler Beserta Asalnya

8 Cerita Rakyat Pendek Menarik dan Terpopuler Beserta Asalnya

Kholida Qothrunnada - detikBali
Selasa, 24 Jan 2023 18:42 WIB
Cerita Nusantara Malin Kundang
Foto ilustrasi: haibunda.com/Mia Kurnia Sari
-

Cerita rakyat adalah cerita yang berasal dari masyarakat yang juga berkembang dalam masyarakat pada masa lalu. Pada dasarnya, cerita rakyat menjadi ciri khas dari asal usul atau sejarah dari setiap bangsa.

Dalam hal ini, cerita rakyat pendek merupakan cerita yang isinya relatif singkat. Contoh cerita rakyat ada apa saja? Dalam artikel ini, detikcom telah merangkum contoh cerita rakyat pendek yang bagus.

Contoh Cerita Rakyat Pendek dan Pesan Moralnya

Dikutip dari e-book bertajuk Rangkuman 100 Cerita Rakyat Indonesia karya Irwan Rouf dan Shenia Ananda, berikut adalah beberapa contoh cerita rakyat pendek bahasa Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kisah Putri Ular

Pada zaman dahulu kala, ada seorang raja yang baik dan arif yang memimpin suatu negeri di kawasan Simalungun. Raja itu memiliki seorang putri yang rupanya cantik jelita. Hebatnya, kecantikan putri raja itu bahkan telah diketahui ke seluruh pelosok negeri, bahkan sampai diketahui juga oleh seorang raja muda tampan yang memimpin sebuah kerajaan yang letaknya tidak jauh dari kerajaan ayah sang putri cantik itu. Sontak, ketika raja muda itu mendengar kabar kecantikan putri, ia pun berniat untuk melamar sang putri.

Lalu pada keesokan harinya, rombongan utusan raja muda tampan itu datang ke wilayah kerajaan di mana tempat tinggal sang putri. Sesampainya di sana, rombongan itu segera menyampaikan pinangan dari rajanya. Dengan sukacita, pinangan raja muda itu pun diterima oleh ayah sang putri. Mengetahui hal tersebut, raja muda tentu sangat gembira.

ADVERTISEMENT

Pada malamnya, sang raja kemudian memberitahu ke putrinya bahwa ada seorang raja muda yang telah meminangnya. Sang putri pun sontak malu-malu putri, dengan mengangguk bersedia menerima lamaran itu. Namun, sang raja mengingatkan putrinya untuk menjaga diri baik-baik, agar tidak ada sesuatu yang bisa membatalkan pernikahanya.

Di suatu hari, putri sedang mandi si sebuah kolam di belakang istana sambil ditemani beberapa orang dayangnya. Setelah beberapa waktu berendam, sang putri duduk pun duduk di atas batu yang berada di tepi kolam sambil. Ia pun duduk sembari membayangkan betapa bahagianya ia saat pernikahan nanti. Ketika sang putri asyik menghayal, tiba-tiba ada angin yang bertiup kencang. Malangnya, ada sebuah ranting pohon berujung tajam mendadak jatuh, tepat mengenai hidung dan melukai sang putri.

Seketika sang putri pun panik, ia langsung membayangkan pernikahannya dengan raja muda itu akan gagal. Pikiran itu pun terus terbayang di kepalanya hingga ia menjadi putus asa. Sambil bersedih, ia pun berdoa untuk meminta dihukum atas perbuatannya tersebut.

Lalu, tidak lama kemudian ada petir yang menyambar-nyambar di sekitarnya. Petir itu pun seketika menyambar kaki sang putri, anehnya sambaran itu membuat kaki putri mengeluarkan sisik. Lama kelamaan, sisik tersebut semakin merambat ke atas.

Melihat kejadian tersebut, sayang-dayangnya pun terkejut. Ia langsung segera memanggil sang raja yang merupakan ayah sang putri. Sesampainya di lokasi permandian, mereka sudah tidak melihat sang putri lagi. Anehnya, mereka justru hanya melihat seekor ular besar yang bergulung di atas batu.

Ular besar itu merupakan penjelmaan sang putri. Ular itu pun dengan cepat pergi meninggalkan mereka semua dan masuk ke dalam semak belukar. Sang raja, permaisuri, dan dayang-dayang pada saat itu tidak bisa berbuat apa-apa. Akhirnya, dengan sedih mereka pun menyesali nasib malang sang putri cantik tersebut.

Asal-usul Danau Toba

Suatu hari di wilayah Sumatera Utara, hiduplah seorang laki-laki musa. Pada suatu waktu, pemuda itu pergi memancing. Sudah cukup lama melemparkan pancing, namun tak ada seekor ikan pun yang memakan umpannya. Pemuda itu pun akhirnya mencoba sekali melemparkan pancingnya dengan mengarah ke tengah sungai.

Namun, tiba-tiba ada seekor ikan yang menyambar umpan itu. Langsung, pemuda itu pun menarik pancingnya, hingga pada akhirnya tampak seekor ikan yang besar di ujung tali pancingnya. Lalu, dengan senang hati pemuda itu bergegas pulang ke rumah, dan berniat untuk langsung membawa ikan itu ke dapur.

Ketika hendak memasak ikan itu, sayangnya persediaan kayu bakar di dapurnya itu habis. Oleh karena itu, ia pun pergi untuk mengambil persediaan bayu bakar. Tak lama saat ia kembali ke dapur, ikan hasil tangkapannya pun lenyap. Ikan tersebut justru berganti menjadi beberapa keping uang emas. Sontak pemuda itu pun bingung.

Melihat hal itu, pemuda itu pun langsung mengambil kepingan uang emas untuk disimpan di kamar. Betapa terkejutnya ia saat membuka pintu kamar, ia malah melihat seorang gadis cantik yang ternyata jelmaan dari ikan tangkapannya tadi. Gadis cantik itu pun meminta ke pemuda itu, untuk diperbolehkan tinggal di rumahnya.

Singkat cerita, mereka berdua pun jatuh cinta dan hendak menikah. Namun, sebelum menikah gadis jelmaan ikan itu memberi syarat ke sang pemuda, bahwa ia harus bersumpah tidak akan pernah mengungkit asul-usulnya itu yang merupakan ikan.

Setelah menikah memiliki seorang anak laki-laki. Pada suatu hari, ibu menyuruh anak itu untuk mengantarkan bungkusan makan untuk ayahnya di ladang. Namun, ketika di tengah perjalanan, tiba-tiba anak itu merasa lapar. Lalu, ia pun memakan sebagian isi bekal untuk bapaknya itu.

Ketika telah sampai di ladang, sang anak pun segera menyerahkan bungkusan bekal ke ayahnya. Ketika melihat setengah bekal makanya itu telah di makan, sang ayah pun murka.

la pun murka sambil berkata, "Dasar kau anak keturunan ikan!". Secara tak sadar, ia pun melanggar syarat yang diberikan istrinya yang jelmaan ikan itu. Kemudian, anak itu lari pulang dan langsung mengadukan kejadian itu pada ibunya. Sontak, sang ibu pun sedih mendengar cerita itu.

Sang ibu lalu menyuruh anaknya agar naik ke puncak bukit, sembari ia sendiri berlari menuju ke sungai. Saat dirinya berada di tepi sungai, cuaca yang tadinya cerah, tiba-tiba berubah menjadi gelap. Langit bergemuruh kencang yang juga disusul oleh petir dan hujan yang dahsyat.

Pada saat itulah, sang ibu langsung melompat ke dalam sungai. Kemudian, ia berubah menjadi seekor ikan besar. Dalam sekejap, sungai itu pun meluap yang menyebabkan banjir sehingga membentuk bendungan air yang besar yang akhirnya berubah menjadi danau. Dari cerita tersebut, masyarakat setempat menyebut danau sebagai Danau Toba.

Si Malin Kundang

Ada seorang anak laki-laki bernama Malin Kundang yang hidup di pesisir pantai wilayah Sumatera Barat bersama ayah ibunya. Suatu hari, ayahnya memilih pergi mengarungi lautan luas untuk mengadu nasib ke negeri seberang. Hampir setahun ayahnya itu tak pernah kembali hingga dikabarkan telah meninggal.

Sejak saat itu, ibunya lah yang mencari nafkah. Sejatinya, Malin adalah anak yang cerdas walau terkadang nakal. Saking nakalnnya, ia pun suka mengejar ayam hingga pernah membuatnya terjatuh dan meninggalkan bekas luka di lengan.

Ketika Malin dewasa, ia pun merasa kasihan dengan ibunya yang sudah tua namun tetap bekerja. Akhirnya ia pun berniat untuk mencari nafkah ke negeri seberang. Awalnya ibunya tidak setuju, namun akhirnya ia tetap mengizinkan Malin untuk pergi.

Di tengah perjalanan, tiba-tiba kapal yang dinaiki Malin diserang oleh bajak laut. Beruntung ia pun selamat karena bersembunyi di sebuah ruang kecil yang tertutup oleh kayu. Sejak kejadian itu, Malin terkatung-katung di tengah laut, hingga pada akhirnya kapalnya itu terdampar di sebuah pantai.

Dengan lemas, Malin pun mencoba berjalan menuju ke desa terdekat dari pantai yang membuatnya menetap di desa. Ia pun bekerja dengan gigih dan ulet, sehingga bisa menjadi kaya raya di sana. Setelah menjadi kaya raya, ia akhirnya mempersunting seorang gadis.

Berita kesuksesan Malin yang telah menjadi kaya raya daten lah menikah itu juga sampai juga ke telinga ibunya. Mendengar kabar tersebut, Ibu Malin Kundang pun merasa bersyukur dan senang.

Pada suatu hari Malin dan istrinya melakukan perjalanan ke kampungnya dengan berlayar menggunakan kapal yang besar. Ketika sampai, Malin turun dari kapal, dan di sana terlihat ibunya sedang berdiri cukup dekat denganya.

Ibunya pun meyakini bahwa itu anak laki-laki yang turun dari kapal besar itu Malin Kundang, karena ia melihat bekas luka di lengannya. Dengan cepat, sang ibu pun memeluk Malin. Namun, dengan kasarnya Malin justri melepaskan pelukan itu. Malin justru mendorong dan menghinanya, ia pun enggan mengakui bahwa wanita tua itu ibunya.

Melihat perlakuan Malin tersebut, Ibunya pun sangat sedih dan marah. Oleh sebab itu, Ibunya pun segera menengadahkan tangan, dan berkata "Oh Tuhan, kalau benar la anakku, aku akan sumpahi dan kutuk dia menjadi sebuah batu!" Tidak berapa lama, ada angin kencang bergemuruh kencang disertai badai dahsyat. Kemudian, tiba-tiba tubuh Malin Kundang pun perlahan kaku dan berubah menjadi sebuah batu karang.

Batu Belah

Diceritakan bahwa daerah pesisir Tobelo, Maluku Utara, merupakan wilayah yang memiliki kekayaan laut yang melimpah. Salah satu hasil laut yang sangat digemari oleh para nelayan di sana yaitu ikan Papayana karena dagingnya bergizi dan enak.

Orang di sana punya kepercayaan bahwa jika menyimpan telur ikan Papayana di rumah sebelum melaut, hal itu bisa menjaga keselamatan para nelayan ketika sedang melaut.

Ada salah satu nelayan di sana bernama Malaihollo yang tinggal bersama istri dan dua anaknya. Anak sulungnya bernama O Bia Moloku dan si bungsu bernama O Bia Mokara.

Suatu hari, Malaihollo berhasil mendapat seekor ikan Papayana yang cukup besar dan juga bertelur banyak. Sebelum Malaihollo berangkat melaut lagi, ia berpesan kepada sang istri untuk menyimpan telur itu, selama dirinya melaut. Istrinya pun segera menyimpannya di lemari. Sebelum pergi kebun, ibu berpesan kepada anak sulungnya agar tidak memakan telur ikan itu. Pasalnya, jika hal itu terjadi ayahnya akan terancam bahaya di laut.

Tidak lama setelah sang ibu pergi, karena lapar tiba-tiba O Bia Mokara menangis, dan ia ingin makan dengan telur ikan. Sontak sang kakak pun berusaha untuk menjelaskan apa yang telah ibu nasihati. Namun, sang adik terus saja menangis sambil mengguling-gulingkan badannya.

Merasa kasihan, O Bia Moloku kemudian langsung mengambil beberapa telur ikan di lemari lalu, yang kemudian diberikan kepada adiknya. Namun, pada akhirnya O Bia Moloku memberikan semua telur ikan itu agar sang adik tidak merengek-rengek lagi.

Saat sang ibu sampai di rumah ia pun marah mendapati telur ikannya telah habis. Seketika, ia merasakan firasat buruk terhadap suaminya. Ia pun merasa kesal, dan segera berlari menuju pantai.

Sesampainya di pantai, ia pun berdiri di atas sebuah batu besar. Dengan segera ia memohon kepada batu itu untuk menelannya. Sontak batu besar itu pun ter belah menjadi dua. Setelah sang ibu masuk ke dalamnya, batu itu langsung tertutup kembali.

Mengetahui ibunya berlari menuju pantai, O Bia Moloku lari juga menyusulnya sang ibu sambil menggendong adiknya. Ketika sampai di pantai, ia melihat sedikit kain di antara batu besar. Seketika O Bia Moloku dasar kalau ibunya telah ditelan batu. Ia pun bersama adiknya menangis dan menyesal.

Sejak saat itu, batu besar tersebut dinamakan Batu Belah. Batu Belah itu masih bisa ditemukan di daerah Maluku Utara.

Hang Tuah Kesatria Melayu

Pada zaman dahulu, ada seorang kesatria bernama Hang Tuah. Saat berusia 10 tahun, Hang Tuah telah pergi berlayar ke Laut Cina Selatan bersama 4 sahabatnya, yang bernama Hang Kasturi, Hang Jebat, Hang Lekir, dan Hang Lekiu. Saat berada di perjalanan, mereka pun sempat berkali-kali diganggu oleh para bajak laut.

Namun, mereka selalu berhasil mengalahkan gerombolan bajak laut itu. Kabar tersebut pun tersebut terdengar sampai ke telinga Bendahara Paduka Raja Bintan. Lalu singkat cerita, Raja Bintan tersebut mengangkat mereka sebagai anak angkat.

Suatu hari di istana Majapahit, telah terjadi kegaduhan. Di mana, prajurit Majapahit yang sudah tua namun amat tangguh bernama Taming Sari, tiba-tiba mengamuk. Mengetahui keadaan itu, Hang Tuah kemudian membuat pilihan untuk menghadang Taming Sari. Hang Tuah pun berhasil mengalahkannya. Atas kemenangannya tersebut, Hang Tuang lalu diberi gelar "Laksamana" dan dihadiahi keris Taming Sari.

Sejak saat itu, Hang Tuah menjadi laksamana yang amat disayang dan dipercaya raja. Namun, hal itu justru menimbulkan rasa iri pada Patih Kerma Wijaya, sehingga ia pun menoba menyebar fitnah kepada Hang Tuah. Fitnah itu kemdian dipercaya raja, sekitika itu baginda raja pun marah lalu mengusir Hang Tuah,untuk meninggalkan Melaka.

Hang Tuang lalu pergi ke Indrapura. Ketika di sana, Hang Tuah kedatangan tamu dari Melaka yang memintanya untuk kembali ke Melaka. Ia mendapat tugas menjadi Laksamana Melaka lagi. Suatu hari, Hang Tuah melakukan pelayaran ke Cina.

Di pelabuhan negeri Cina, rombongannya sempat berselisih paham dengan orang-orang Portugis. Saat perjalanan pulang kembali ke Melaka, mereka akhirnya diserang oleh Portugis. Namun, ia mampu selamat dari serangan itu.

Mendengar kemenangan Hang Tuah, Gubernur Portugis di Manila pun sangat marah. Sehingga, sebagai balas dendam ia melakukan penyerangan ke Selat Melaka. Pada saat itu raja di sanamemerintahkan Tuan Bendahara untuk meminta bantuan Hang Tuah.

Hang Tuah pun tetap memimpin pasukan, walaupun sedang dalam keadaan sakit. Namun, ada sebuah peluru Portugis yang menghantam Hang Tuah. Sehingga, membuatnya terlempar sejauh 7 meter dan terjatuh ke laut. Tapi beruntung, Hang Tuah berhasil diselamatkan.

Peperangan itu pun berakhir tanpa pemenang dan si kalah. Setelah sembuh, Hang Tuah tak lagi menjabat sebagai Laksamana Melaka. Ia menjalani hidupnya dengan menyepi di puncak bukit Jugra di Melaka.

Asal Usul Nama Kota Dumai

Di daerah Dumai, Kepulauan Riau, berdiri sebuah kerajaan Seri Bunga Tanjung. Kerajaan itu dipimpin oleh seorang ratu bernama Cik Sima. Ratu itu memiliki 7 orang putri yang cantik dan rupawan, yang dikenal dengan Putri Tujuh. Dari ke-7 putri tersebut, putri bungsulah bernama Mayang Sari yang dianggap paling cantik.

Pada suatu hari, 7 putri itu sedang mandi dilubuk Sarang Umal. Namun, tanpa sadar, ternyata ada beberapa pasang mata yang sedang mengamati mereka, yakni Pangeran Empang Kuala dan para pengawalnya. Pangeran itu telah terpesona oleh kecantikan Putri Mayang Sari, dan jatuh cinta kepadanya.

Pangeran Empang Kuala pun sering bergumam "Gadis cantik di lubuk Umai... cantik di Umai. Ya, ya... dumai... dumai". Dari cerita itu, konon nama kota Dumai berasal.

Beberapa hari kemudian, pangeran mengirim utusan untuk meminang putri Mayang Sari. Pinangan itu disambut baik oleh Ratu Cik Sima. Namun, berdasarkan adat kerajaan, putri yang tertua yang berhak menerima pinangan terlebih dahulu.

Mengetahui pinangannya ditolak, Pangeran Empang Kuala pun naik pitam karena malu. Lalu, ia pun segera memerintahkan para panglima dan prajuritnya untuk menyerang Kerajaan Seri Bunga Tanjung.

Mengetahui hal itu, Ratu Cik Sima segera melarikan ke-7 putrinya ke dalam hutan dengan membekali mereka makanan untuk 3 bulan. Setelah itu, ratu kembali ke kerajaan untuk melawan pasukan Pangeran Empang Kuala.

Sudah 3 bulan berlalu, pertempuran antara kedua kerajaan itu tak usai-usai. Di suatu senja, pasukan Pangeran Empang Kuala tengah beristirahat di hilir Umai dan berlindung di bawah pohon bakau. Ketika menjelang malam, tiba-tiba mereka tertimpa beribu-ribu buah bakau yang jatuh hingga menusuk ke badan mereka.

Saat pasukan Kerajaan Empang Kuala tak berdaya, datanglah utusan Ratu Cik Sima yang meminta pangeran untuk menghentikan peperangan ini. Seketika, Pangeran Empang Kuala menyadari kesalahannya dan dengan segera menghentikan peperangan.

7 Anak Lelaki

Ada sebuah kampung di wilayah Nanggroe Aceh Darussalam yang tengah dilanda musim kemarau yang berkepanjangan. Banyak tumbuhan yang mati, sehingga membuat persediaan makanan semakin menipis. Atas keadaan tersebut, ada sepasang suami-istri yang mempunyai tujuh orang anak laki-laki yang masih kecil, lemas kelaparan.

Suami istri itu pun mencoba untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, dengan menanam sayuran untuk dimakan lalu sisanya dijual ke pasar. Keadaan kemarau yang berkepanjangan itu semakin membuat mereka tidak sanggup, untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

Sehingga pada suatu malam, mereka sepakat untuk membuang semua anaknya ke sebuah hutan yang jauh dari perkampungan. Namun,salah seorang anaknya mendengar pembicaraan orang tuanya itu.

Pada hari yang ditentukan, suami dan istri itu mengajak ketujuh anaknya untuk mencari kayu bakar ke hutan. Saat sedang istirahat makan siang, suami istri itu berpura-pura pergi untuk mencari air minum. Memasuki senja, ketujuh anak itu mulai cemas, karena orang tuanya belum juga kembali. Lalu, salah satu anak menghalangi niat saudara-saudaranya yang hendak mencari orang tua mereka, ia pun akhirnya menceritakan semua pembicaraan orang tuanya.

Mendengar cerita tersebut, ketujuh kakak beradik itu sedih. Lalu mereka memutuskan untuk menyusuri hutan hingga menemukan sebuah rumah besar. Ternyata rumah itu adalah milik seorang raksasa yang baik hati. Sontak, mereka masuk dan disuguhi makanan enak diberi emas serta intan untuk melanjutkan perjalanan.

Emas dan intan akhirnya mereka jual pada seorang saudagar kaya. Hasilnya digunakan untuk membangun rumah masing-masing. Setelah bertahun- tahun bekerja keras dan saling membantu, mereka berhasil memiliki harta kekayaan yang melimpah.

Suatu hari, mereka pun berinisiatif untuk mencari orang tuanya. Setelah perjalanan panjang, mereka berhasil menemukan dan memilih untuk membawa orang tua mereka agar tinggal bersama di rumah yang bagus. Akhirnya, suami istri itu bisa berkumpul kembali dan hidup bahagia bersama anak-anaknya.

Asal-usul Tari Guel

Di suatu hari, hidup kakak beradik putra Sultan Johor, Malaysia, bernama Muria dan Sangede. Suatu ketika mereka sedang menggembala itik di tepi laut, sambil bermain layang-layang. Namun, tiba-tiba datang badai dahsyat yang membuat layang-layang mereka pun putus. Membuat mereka harus mengejar layang-layang tersebut sehingga lupa akan itik-itiknya.

Setiba di rumah, ayah mereka pun menyuruh untuk mencari itik itu. Mereka tidak boleh pulang jika belum berhasil menemukannya. Sudah berbulan-bulan, mereka berjalan ke sana ke mari mencari itik hingga sampai di Kampung Serule. Lalu, mereka dibawa oleh orang kampung yang menghadap ke istana Raja Serule.

Di luar dugaan, mereka justru diangkat anak oleh baginda raja di sana. Mereka dianggap memiliki kesaktian, dan karena kesaktian kedua anak tersebut, rakyat Serule hidup makmur, aman, dan sejahtera.

Hal ini membuat Raja Linge iri, sehingga mengancam akan membunuh kedua anak itu. Malang bagi Muria, ia pun berhasil dibunuh.

Suatu hari, para raja berkumpul di istana Sultan Aceh untuk mempersembahkan upeti kepadanya.Ketika itu Sangede juga ikut datang, sambil menunggu ayah angkatnya.

la menggambar seekor gajah berwarna putih, dan lukisan Sangede itu telah menarik perhatian putri sultan. Sang putri kemudian meminta dicarikan gajah putih yang mirip pada gambar itu. Saat itu juga, Sultan pun memerintahkan Raja Serule dan Raja Linge untuk menangkap gajah putih untuk dipersembahkan kepada Sultan.

Pada Pagi harinya, Sangede dan Raja Serule pergi ke Samarkilang sebagaimana perintah dalam mimpi Sangede. Benar, mereka menemukan gajah putih itu sedang berkubang di pinggiran sungai.

Dengan cepat, Sangede dan Raja Serule memasang tali di tubuh gajah. Namun, saat akan menghelanya, gajah itu lari sekuat tenaga. Dalam usaha mengejar gajah itu, mereka berinisiatif untuk bernyanyi sambil menari untuk menarik perhatian gajah.

Di luar dugaan, gajah putih itu pun tertarik dan mau mengikuti gerakan-gerakan mereka. Mereka terus menari sambil berjalan, supaya gajah itu mau mengikuti langkahnya hingga berhasil tiba di istana. Nah, tarian itulah yang disebut tarian Guel hingga saat ini.

Itu dia kumpulan contoh cerita rakyat pendek beserta asal daerahnya. Semoga dengan membaca artikel ini, bisa menambah pengetahuan detikers tentang berbagai cerita rakyat pendek yang ada ya!




(khq/fds)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads