Design thinking adalah proses pemecahan masalah yang kreatif dan didasarkan pada kebutuhan manusia.
Prinsip dari design thinking banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk membuat setiap hal menjadi lebih nyaman digunakan.
Design thinking dapat digunakan dalam user interface, user experience, dan lain-lain.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk kamu yang penasaran, simak lebih lanjut mengenai design thinking, mulai dari pengertian, manfaat, hingga prosesnya.
Pengertian Design Thinking
Dilansir dari e-book bertajuk Design Thinking in Student Affairs: A Primer karya Julia Allworth, Lesley D'Souza, dan Gavin W. Henning, design thinking adalah serangkaian proses pemecahan masalah yang menekankan manusia.
Hal ini berarti design thinking mengedepankan kebutuhan dan kenyamanan dari pengguna desain.
Dengan demikian, dalam melakukan design thinking, perlu dilakukan pemahaman yang mendalam mengenai kebutuhan manusia dan memastikan kebutuhan tersebut terpenuhi.
Karakteristik dari design thinking adalah sebagai berikut.
- Digunakan untuk menyelesaikan masalah yang mengganggu.
- Menggunakan empati dalam desainnya.
- Menggunakan pendekatan kolaboratif, di mana desain dibuat bersama pengguna, bukan untuk pengguna.
- Menekankan pembelajaran dari kegagalan yang sudah ada.
- Design thinking adalah metode dan juga pola pikir.
Manfaat Design Thinking
Pernahkah kamu melihat produk di pasaran yang kamu anggap tidak ada gunanya? Bukannya sayang membuat inovasi produk yang tidak dibutuhkan masyarakat? Untuk itulah, design thinking hadir.
Design thinking meletakkan fokus utamanya pada kebutuhan manusia dan sudut pandang mereka. Suatu produk diciptakan untuk memenuhi kebutuhan manusia, bukan sebaliknya.
Jadi, urutannya adalah dari kebutuhan manusia, kemudian lahirkan produk inovasi. Bukan dari produk lalu dicari kebutuhan manusianya.
Untuk itu, dapat dilihat bahwa manfaat utama design thinking adalah untuk menyelesaikan masalah yang rumit yang dihadapi manusia.
Selain manfaat utama, manfaat lain dari design thinking adalah sebagai berikut.
- Melahirkan inovasi baru yang dapat meningkatkan profit bagi bisnis.
- Mempererat hubungan dengan konsumen karena secara langsung melibatkan mereka dalam proses design thinking.
- Mendorong terciptanya ide-ide yang kreatif dan inovatif guna memecahkan masalah.
- Dapat diterapkan di segala bidang, meski kini lebih banyak digunakan dalam bidang teknologi.
- Mengurangi risiko produk tidak laku di pasaran.
- Meningkatkan kepuasan pelanggan.
Elemen dalam Design Thinking
Terdapat beberapa elemen dalam design thinking. Dilansir dari laman Barki Universitas Medan Area, simak penjelasannya berikut ini.
1. People Centered
Elemen utama dari design thinking adalah people centered. Sesuai dengan pengertiannya, design thinking berfokus pada manusia dan masalah yang dihadapinya.
Design thinking berusaha menyediakan solusi terhadap masalah yang dihadapi pengguna.
Untuk itu, empati merupakan dasar dari design thinking. Perancang tidak boleh sembarangan membuat produk tanpa ada masalah yang diselesaikannya.
2. Iterative
Proses dalam design thinking bersifat iteratif. Iteratif berarti memungkinkan terjadinya pengulangan.
Proses dari design thinking akan diulang terus hingga dilahirkannya solusi terbaik yang dapat menjawab masalah pengguna.
Oleh sebab itu, design thinking memang bukanlah proses yang mudah.
Setelah dihasilkan prototype dan diuji terhadap pengguna, tidak menutup kemungkinan perancang harus kembali ke tahap pertama dan membuat ulang prototype.
3. Highly Creative
Design thinking membutuhkan kreativitas yang sangat tinggi dalam merancang solusi yang inovatif.
Perancang harus bisa memposisikan diri dari sudut pandang pengguna dan mencari solusi-solusi baru yang kreatif.
4. Hands On
Elemen terakhir dalam design thinking adalah hands on. Design thinking harus menghasilkan prototype sebelum produk akhirnya benar-benar dihasilkan.
Prototype dapat menjadi media untuk memperoleh umpan balik dari pengguna. Dengan demikian, produk yang dihasilkan telah dipastikan dapat benar-benar menjawab kebutuhan pengguna.
Untuk itu, sebelum sampai ke tangan pengguna, rancangan hasil design thinking harus dicoba digunakan dahulu dan dipastikan semuanya telah berjalan baik.
Proses Design Thinking
Proses design thinking terdiri atas 6 tahapan, diawali dari empathize hingga implementation. Simak proses design thinking berikut.
1. Empathize
Design thinking menekankan fokusnya pada kebutuhan manusia. Untuk itu, proses design thinking diawali dengan mengerti dan memahami kebutuhan manusia.
Sebelum bisa memulai desain, perancang harus memahami terlebih dahulu masalah apa yang akan terselesaikan dengan produk rancangannya.
Dilansir dari e-book bertajuk The Design Thinking Playbook karya Michael Lewrick, Patrick Link, dan Larry Leiter, tahap empathize dibagi menjadi 2, yakni:
- Understand
Understand berarti proses memahami dan mengerti masalah yang terjadi, pasar yang ingin dijawab kebutuhannya, teknologi yang tersedia, keterbatasan yang ada, larangan-larangan, dan lain-lain.
Hal ini bertujuan untuk bisa menumbuhkan empati terhadap pengguna dan melahirkan ide-ide yang bisa dikembangkan menjadi produk. Produk inilah yang akan menjawab kebutuhan pengguna.
- Observe
Pemahaman bisa diperoleh melalui observasi. Perancang dapat mengamati langsung lingkungan di mana permasalahan tersebut terjadi untuk mendapat pemahaman lebih dalam.
Pada tahap ini, pengguna dapat turut berkontribusi. Selain observasi, dapat pula dilakukan survei atau wawancara. Pengguna dapat secara langsung menyampaikan apa yang menjadi keluhan dan harapan mereka.
Dengan demikian, perancang dapat lebih memahami dan merasakan posisi pengguna. Desain yang dihasilkan dari proses design thinking harus dapat menjadi solusi dari masalah yang dihadapi pengguna.
2. Define
Define adalah proses mendefinisikan hasil pengamatan yang telah dilakukan untuk memperoleh masalah utama yang akan dicarikan solusinya.
Ada beragam masalah yang dihadapi manusia dan tidak semua bisa selesai melalui design thinking.
Dalam fase ini, perancang sebaiknya tidak hanya fokus pada kepentingan pribadi atau perusahaan, melainkan lebih fokus untuk menjawab kebutuhan pengguna.
Produk yang menjawab kebutuhan pengguna pasti dengan sendirinya akan laris manis di pasar.
3. Ideate
Tahap berikutnya dalam proses design thinking adalah ideate. Setelah mengetahui dan memahami masalah yang terjadi, kini saatnya menerjemahkan kebutuhan tersebut dalam bentuk ide-ide dan solusi inovatif.
Proses ini biasanya dilakukan dengan brainstorming. Semakin banyak orang berembuk, semakin beragam pula ide yang dihasilkan.
Pastikan seluruh ide mengenai masalah tersebut telah teridentifikasi, bahkan yang tidak masuk akal sekalipun.
Selain brainstorming, ada metode lain yang bisa kamu lakukan, yakni:
- Focus group discussion
- Mind mapping
- 5 whys
- Brainwriting
4. Prototype
Pada tahap prototype, perancang akan menghasilkan prototype sesuai dengan ide yang telah dikembangkan.
Tidak semua ide akan dibuat prototipenya. Hal ini dikarenakan tidak semua ide benar-benar masuk akal dan dapat dijadikan produk.
Kadang, ada beberapa ide yang tidak bisa diwujudkan karena keterbatasan teknologi, biaya, dan lain-lain. Untuk itu, perlu dilakukan penyaringan sebelum bisa masuk ke tahap prototype.
Hanya ide yang benar-benar terpilihlah yang akan dibuat prototipenya karena biaya untuk membuat prototype tidaklah sedikit.
Prototype akan dibuat berulang kali hingga dihasilkan produk yang benar-benar dapat menjawab kebutuhan pengguna.
5. Test
Setelah prototype, maka tahap selanjutnya adalah test atau tahap pengujian.
Prototype yang telah dikembangkan akan diujikan secara langsung dengan pengguna untuk memastikan semuanya telah berjalan dengan baik.
Setiap masukan dari pengguna akan ditampung. Apabila perlu, dapat dibuat prototype ulang dan pengujian kembali setelahnya.
Biasanya, terdapat beberapa hal yang diujikan dalam tahap ini, yakni:
- Kemudahan penggunaan
- Efisiensi penggunaan
- Seberapa sering kesalahan muncul
- Kepuasaan pengguna selama memakai produk
6. Implement
Tahap terakhir dari design thinking adalah implement. Desain yang telah dirancang akan dipakai secara langsung oleh pengguna dalam menyelesaikan masalahnya.
Contoh Penerapan Design Thinking
Contoh penerapan design thinking biasanya banyak ditemukan dalam bidang teknologi.
Sederhananya, ketika membuat aplikasi baru, perancang tentu takkan sembarangan membuat aplikasi tanpa adanya latar belakang yang jelas.
Perancang terlebih dahulu berempati terhadap calon pengguna dan berusaha memahami apa saja kebutuhannya. Setelah itu, barulah disusun aplikasi sebagai jawaban atas permasalahan tersebut.
Dengan demikian, design thinking sangat mengedepankan manusia dan kebutuhannya dalam membuat desain. Semua dirancang untuk dan bagi manusia.
Banyak aplikasi yang kamu gunakan saat ini yang dirancang berdasarkan prinsip design thinking.
Misalnya saja, aplikasi belanja online, aplikasi konsultasi dengan dokter secara online, aplikasi transportasi online, dan lain-lain.
Itulah dia beberapa hal seputar design thinking, mulai dari pengertian, proses, hingga contohnya. Bagaimana, sudah tidak lagi bingung dengan istilah satu ini bukan?
(elk/inf)