- Obat Nyeri Otot yang Sering Digunakan 1. Antispasmodics 2. Antispastics 3. Gabapentin 4. Nonsteroidal Anti-inflammatory Drugs (NSAIDs) 5. Acetaminophen 6. Baclofen 7. Benzodiazepines 8. Chlorzoxazone 9. Cyclobenzaprine 10. Dantrolene 11. Metaxalon 12. Methocarbamol 13. Orphenadrine 14. Tizanidine 15. Carisoprodol
Nyeri otot sering disebabkan oleh aktivitas fisik yang berlebihan, kurang tidur, stres, atau cedera. Maka dari itu, sangat perlu untuk menggunakan obat nyeri otot agar aktivitas kita tidak terganggu.
Obat nyeri otot ada yang bisa kita temui dengan mudah, tapi kebanyakan memang butuh resep dari dokter. Penggunaan obat juga harus diimbangi dengan istirahat yang cukup dan gaya hidup yang sehat.
Berikut ini adalah obat nyeri otot yang dapat membantu untuk mengurangi otot yang tegang. Simak selengkapnya di artikel ini!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Obat Nyeri Otot yang Sering Digunakan
Dilansir laman Medical News Today dan Spine Health, berbagai jenis obat nyeri otot antara lain:
1. Antispasmodics
Antispasmodics dapat mengurangi kejang otot dengan mengubah konduksi pada sistem saraf pusat dan dapat merelaksasi otot polos usus sehingga dapat mengatasi nyeri perut.
Ada dua jenis antispasmodics, yaitu benzodiazepin yang bekerja untuk memblokir bahan kimia di otak, dan nonbenzodiazepin yang bekerja di otak dan sumsum tulang belakang.
Efek samping dari konsumsi antispasmodics biasanya berupa pusing dan kantuk.
2. Antispastics
Antispastics adalah salah satu obat yang digunakan untuk pelemas otot dan berguna untuk membantu mengatasi kejang otot yang terjadi secara terus-menerus.
Antispastics bekerja pada sumsum tulang belakang dan sel otot dengan menghambat transmisi neuron di otak.
Efek samping yang biasanya terjadi berbeda-beda tergantung dari keadaan pasien. Umumnya mengalami kantuk dan mual, tapi ada juga sebagian yang merasa sakit kepala dan vertigo.
3. Gabapentin
Gabapentin adalah salah satu antikonvulsan atau obat penghambat kejang.
Biasanya, dokter meresepkannya untuk meredakan nyeri saraf dan mengobati sindrom kaki gelisah atau dorongan untuk selalu menggerakan kaki.
Banyak yang mengira bahwa obat ini dapat mengobati epilepsi, padahal gabapentin hanya berfungsi untuk mengendalikan kejang saja.
Efek samping dari konsumsi gabapentin antara lain sakit kepala, lelah, dan pusing
4. Nonsteroidal Anti-inflammatory Drugs (NSAIDs)
Nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID) atau obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) tidak hanya berfungsi untuk meredakan nyeri, tapi juga menurunkan demam dan membantu mengobati peradangan.
Efek samping dari konsumsi NSAIDs antara lain sakit kepala, kantuk, pusing dan beberapa mengalami masalah pencernaan. Obat ini tersedia dalam berbagai bentuk, mulai dari tablet, kapsul, sampai gel.
5. Acetaminophen
Acetaminophen atau paracetamol adalah analgesik (pereda nyeri ringan) dan antipiretik (pereda demam ringan). Obat ini bisa digunakan untuk mengatasi sakit kepala, nyeri punggung, atau sakit gigi.
Obat ini harus dikonsumsi sesuai dosis atau anjuran dari dokter, karena jika berlebihan dapat menyebabkan kerusakan hati.
Efek samping lainnya dari obat ini antara lain kemerahan, gatal-gatal, atau ruam kulit.
6. Baclofen
Baclofen berfungsi untuk mengurangi ketegangan dan kejang otot. Obat ini bekerja pada sistem saraf pusat untuk melemaskan otot yang kaku.
Selain itu, baclofen juga dapat membantu mengobati nyeri saraf dan multiple sclerosis atau gangguan saraf pada otak, mata, dan tulang belakang.
Beberapa efek samping dari obat ini antara lain kantuk, pusing, sakit kepala, dan mual. Di beberapa kasus yang jarang terjadi juga menyebabkan perubahan mood dan merasa linglung atau kebingungan.
7. Benzodiazepines
Benzodiazepines atau benzo ditujukan untuk pengobatan jangka pendek dan berfungsi untuk membantu mengobati kecemasan, membantu mengobati gangguan tidur, dan nyeri otot.
Obat ini masuk kategori psikoaktif yang diberikan untuk pasien dengan gangguan kecemasan. Maka dari itu, penggunaan obat ini harus diresepkan oleh dokter dan harus diawasi dengan ketat.
Efek samping dari benzodiazepines antara lain sakit kepala, kantuk, dan penglihatan kabur.
Jika sudah timbul efek seperti gangguan koordinasi, gemetar, gelisah dan linglung, segera hubungi dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.
8. Chlorzoxazone
Chlorzoxazone berfungsi untuk mengatasi tegang otot yang dapat menyebabkan nyeri atau kram. Penggunaan chlorzoxazone juga harus dibarengi oleh terapi fisik rutin serta istirahat yang cukup.
Efek samping yang umum terjadi adalah kantuk, pusing, dan mual. Penggunaan chlorzoxazone tidak dianjurkan untuk penderita penyakit hati.
Selain itu, belum ada penelitian yang menganjurkan obat ini untuk dikonsumsi ibu hamil.
9. Cyclobenzaprine
Cyclobenzaprine adalah obat yang digunakan untuk mengobati kejang otot dan melemaskan otot.
Sama seperti chlorzoxazone, penggunaan cyclobenzaprine juga harus dibarengi dengan terapi fisik dan istirahat yang cukup.
Obat ini hanya dianjurkan untuk pemakaian jangka pendek, umumnya kurang dari tiga minggu.
Tidak disarankan untuk orang yang punya masalah jantung, atau penyakit hati.
Efek samping dari obat ini antara lain pusing, mual, kelelahan dan kehilangan nafsu makan.
10. Dantrolene
Dantrolene atau dantrium dapat membantu mengobati cedera tulang belakang. Fungsinya dapat mengurangi tegang otot dan kram.
Biasanya obat ini juga diberikan pada penderita stroke, multiple sclerosis, dan cerebral palsy.
Efek samping yang ditimbulkan dari obat ini antara lain pusing, lemas, kantuk, mual, dan sakit perut. Perlu diingat bahwa obat ini tidak dapat diminum oleh orang dengan penyakit hati.
11. Metaxalon
Metaxalon adalah salah satu obat nyeri otot yang dapat membantu mengatasi sakit dan kejang otot akibat keseleo, kram dan cedera.
Metaxalone umumnya tidak direkomendasikan untuk orang dengan kecenderungan yang diketahui untuk menjadi anemia, dan yang memiliki penyakit ginjal atau hati.
Umumnya, metaxalone tidak direkomendasikan untuk penderita anemia, penyakit ginjal, atau penyakit hati. Selain itu, penggunaan metaxalone juga dapat mempengaruhi tes gula darah untuk penderita diabetes.
12. Methocarbamol
Methocarbamol adalah obat nyeri otot yang digunakan untuk mengobati tegang dan kejang otot. Biasanya obat ini harus dibarengi dengan terapi fisik serta istirahat yang cukup.
Efek samping yang umum terjadi antara lain pusing, sakit kepala, mual, dan penglihatan kabur.
Methocarbamol tidak dianjurkan untuk penderita gagal ginjal, atau orang yang memiliki reaksi alergi terhadap obat tersebut.
13. Orphenadrine
Orphenadrine adalah obat yang digunakan untuk mengurangi rasa sakit dan kaku yang akibat cedera otot. Dalam menggunakan obat ini, pasien juga harus melakukan terapi fisik dan istirahat.
Efek samping yang umum terjadi antara lain mulut kering, pusing, sulit buang air kecil, mual, perut mulas, dan muntah.
Orang dengan penyakit jantung, ginjal, hati, atau kecanduan alkohol wajib berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.
14. Tizanidine
Tizanidine berfungsi untuk mengobati kejang otot yang disebabkan cedera tulang belakang atau multiple sclerosis. Penggunaan obat ini dapat membuat otot lebih rileks dan lemas.
Efek samping yang bisa ditimbulkan obat ini antara lain pusing, kantuk, mulut kering, diare, mual dan muntah.
Penggunaan obat ini tidak dianjurkan untuk pasien yang mengkonsumsi fluvoxamine atau ciprofloxacin, serta memiliki penyakit hati.
15. Carisoprodol
Carisoprodol adalah obat yang berfungsi untuk meredakan nyeri dan melemaskan otot, biasanya disebabkan oleh masalah tulang dan cedera.
Penggunaan obat jenis ini tidak bisa sembarangan dan harus diresepkan oleh dokter.
Dilansir laman Badan POM, pada tahun 2013 izin pengedaran obat dengan kandungan carisoprodol sudah ditarik oleh BPOM karena dampak penyalahgunaannya sangat besar, yaitu dapat menimbulkan halusinasi dan kecanduan.
Itulah sederet obat nyeri otot. Perlu diingat, beberapa obat tersebut harus didapatkan menggunakan resep dokter dan penggunaannya harus dengan dosis yang tepat. Semoga informasi ini bermanfaat, ya!
(elk/inf)