"Di tahun 2024, RS harus bisa melakukan bedah otak terbuka dan PON (RS Pusat Otak Nasional Prof Dr dr Mahar Mardjono Jakarta) juga harus memastikan 514 Kabupaten/Kota bisa melakukan intervensi non bedah seperti coiling," kata Budi Gunadi.
Budi Gunadi mengingatkan bahwa hal tersebut merupakan tugas bagi PON. Terlebih PON telah ditunjuk menjadi koordinator dalam melakukan transformasi bidang pelayanan kesehatan, khususnya stroke dan juga otak.
Dalam kesempatan tersebut, Budi Gunadi juga berpesan kepada PLT Dirut PON, Dr Mursyid Bustami,Sp.S (K), KIC.MARS agar segera memberikan jadwal terkait dimulainya pelaksanaan operasi bedah otak terbuka dan intervensi non bedah seperti coiling di rumah sakit yang ada di 34 provinsi di Indonesia.
"Saya mau lihat progresnya setiap bulan dan saran saya itu harus dilakukan setiap Minggu dengan rumah sakit PON. Targetnya 2024 sudah terkejar semuanya dan juga harus terlihat progresnya karena sampai sekarang saya belum tahu (progres terbarunya)," ucapnya tegas.
Dirinya pun meminta agar PON yang dalam hal ini bertugas sebagai pengampu RS dapat segera meluncurkan program operasi bedah otak terbuka dan intervensi non bedah seperti coiling setiap bulannya.
Budi Gunadi kemudian menyarankan agar PON bisa memenuhi target pada 2024. Dalam sebulannya pihak PON haruslah bisa meluncurkan program tersebut di 24 Kabupaten/Kota di Indonesia dan dengan cara merangkul rumah sakit vertikal, seperti RSUP Prof Ngoerah.
"Bapak Mursyid bisa mendistribusikan beban tersebut ke RSUP Prof Ngoerah karena RSUP ini tidak hanya bertanggung jawab pada Denpasar saja tapi, dia harus mampu jadi sentra regional untuk mengampu rumah sakit di Bali maupun Nusa Tenggara," sebut Budi Gunadi.
(nor/hsa)