Feri Sulistiyono (26), sopir truk boks PT JAPFA, mengaku merasakan kekosongan solar di Tabanan, Bali, sejak empat hari lalu. Hari ini saja, ia sudah mendatangi empat SPBU untuk mendapatkan solar sebelum berangkat ke Banyuwangi.
Kekosongan solar di Tabanan membuat pengiriman logistik antardaerah, bahkan antarpulau, tersendat. Antrean panjang truk yang hendak mengisi solar terjadi di Jalur Denpasar-Gilimanuk, Senin (5/12/2022).
"Ini SPBU keempat yang saya datangi. Sudah dua jam lebih saya antre, yang di Bypass Ir Soekarno kosong, di Wiros dan Sayan Mengwi juga kosong," kata Feri Sulistiyono, di sela antre menuju SPBU Abiantuwung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Feri sendiri berencana ke Banyuwangi untuk mengantarkan telur. Ia berangkat dari Baturiti. Tapi perjalanannya ke Banyuwangi sejak pagi jadi terhambat karena kesulitan memperoleh solar.
"Sekarang ini (truk) paling masih isi (solar) sekitar 10 liter. Tapi mau bagaimana lagi. Kan mesti diisi dulu biar bisa jalan," tuturnya.
Seingat Feri, kekosongan solar ini sudah mulai dirasakannya sejak empat hari lalu. Waktu itu, ia dalam perjalanan menuju Pasuruan untuk mengantarkan telur.
Sekali antar muatan ke Jawa, setidaknya ia perlu 75 liter solar dengan ongkos sekitar Rp 600 ribuan. Tapi dengan stok solar yang kosong, terkadang kapasitas itu tidak tercukupi.
"Paling maksimal bisa isi Rp 300 ribuan sekarang ini. Katanya, kalau punya aplikasi (My Pertamina) bisa full. Itu katanya ya," ungkap Feri.
Ia sendiri mengaku sudah membuat akun di aplikasi My Pertamina. Namun, ia belum bisa memakai aplikasi itu karena masih ada proses verifikasi.
"Masih tunggu verifikasi. Saya kira, kalau sudah punya aplikasi juga akan susah. Kalau stok solarnya terbatas pasti dibatasi juga. Bagaimana mau isi full," kata Feri menyudahi obrolannya karena harus memajukan truknya.
(irb/hsa)