Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bali mencatat sepanjang Januari-Oktober 2022 tercatat ada 1.502 kasus HIV AIDS di Bali. Rinciannya, kasus HIV 992 orang dan AIDS 510.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, I Nyoman Gede Anom membeber penularan HIV berasal dari hubungan homoseksual tanpa pengaman mencapai 17% atau sekitar 255 kasus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian, penggunaan jarum suntik tidak steril 3%, dan penularan lainnya 6%. Mayoritas penularan HIV/AIDS masih disebabkan hubungan heteroseksual.
"Ini penemuan kasus di layanan kesehatan Bali, tanpa memandang asal pasien baik warga Bali maupun warna non Bali. Penularan tertinggi melalui hubungan heteroseksual tanpa pengaman 74%," ucap Anom.
Menurutnya, selama ini pihaknya menargetkan 95% orang dengan HIV (ODHIV) dapat mengetahui status HIV-nya. Sementara, kata Anom, hingga saat ini pihaknya barulah mencapai penemuan kasus sebanyak 87%.
Sehingga, tentunya kedepannya pihaknya akan tetap berusaha menemukan kasus-kasus baru yang belum datang ke layanan kesehatan.
"Jadi, bagaimana kita mendorong masyarakat agar mau memeriksakan statusnya dengan tujuan penemuan kasus secara dini sekaligus pengobatan secara dini," ungkapnya.
Untuk diketahui, tahun 2030, Indonesia ditargetkan agar tidak ada lagi adanya penambahan kasus baru HIV AIDS. Terkait hal tersebut, Anom menjelaskan, pihaknya telah melakukan berbagai upaya dalam mewujudkan hal tersebut.
Diantaranya, meningkatkan jumlah layanan testing dan pengobatan, kemudian mewajibkan tes pada ibu hamil, pasien TB, pasien IMS, pasien Hepatitis, populasi kunci, WBP hingga pasangan ODHIV.
Selain itu, pihaknya juga melakukan notifikasi pasangan dan anak, pemberian alat pencegahan, pencegahan penularan dari ibu ke anak, uji saring donor darah, pemberian profilaksis untuk pre dan post pajangan, dan program triple eliminasi HIV-Sifilis-Hepatitis pada ibu hamil.
"Lalu, pemeriksaan early infant diagnosis EID pada bayi baru lahir dan yang utama pemberian ARV pada ODHIV dengan konsep pengobatan juga sekaligus sebagai pencegahan penularan Treatmen as Prevention. Serta terus meningkatkan pemahaman serta menurunkan stigma dan diskriminasi tentang HIV," sebut Anom.
Kemudian, dirinya juga menuturkan, selama ini Pemerintah Provinsi Bali melalui Dinas Kesehatan Provinsi Bali telah menyediakan sarana tes dan pengobatan ARV.
Serta dukungan alat-alat pencegahan penularan, sarana tes, pengobatan IMS, dukungan profilaksis untuk pencegahan TB pada ODHIV, dan dukungan pemeriksaan EID, dukungan pemeriksaan viral load. Selain itu, juga memberikan dukungan dan pendampingan yang bekerjasama dengan LSM.
Di Hari AIDS Sedunia yang jatuh setiap tanggal 1 Desember ini, Anom menyampaikan agar para ODHIV harus tetap bersemangat dalam menjalani hidup, terlebih saat ini penyakit HIV telah ada obatnya.
"Minum yang rutin dan beraktifitaslah seperti biasa. Untuk masyarakat jika belum tes silahkan ke layanan terdekat untuk melakukan tes. Dukung dan dampingi ODHIV agar tetap bisa menjalankan aktifitas dan support mereka agar selalu minum obat tepat waktu. Mari kita hapus stigma dan diskriminasi," tambahnya.
(hsa/dpra)