Stigma adalah suatu hal yang selalu ada di masyarakat. Stigma dapat diterima oleh siapa saja yang melakukan pelanggaran atau penyimpangan tertentu.
Ketika stigma diberikan, orang cenderung menerima perlakuan yang berbeda dari masyarakat sekitar karena kekhawatiran akan suatu hal, entah khawatir terpengaruh atau perasaan lainnya. Berikut akan dijelaskan hal-hal seputar stigma!
Pengertian Stigma
Mengutip situs Kamus Besar Bahasa Indonesia, stigma adalah ciri atau tanda negatif yang menempel pada pribadi seseorang karena pengaruh lingkungannya. Sementara itu, menurut umm.ac.id, stigma adalah bentuk prasangka yang mendiskreditkan atau menolak seseorang atau kelompok karena menganggapnya berbeda dari banyak orang secara umum.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hadirnya stigma dalam lingkungan sosial menimbulkan ketidaksetaraan sosial. Stigma ini tidak hanya merugikan penerimanya, tetapi juga orang di sekitar penerima stigma tersebut. Umumnya, stigma mengakibatkan penolakan, penyangkalan, dan penyisihan dari orang sekitar.
Stigma dapat muncul di lingkungan sosial karena adanya perilaku yang ditimbulkan manusia. Ketika perilaku individu tertentu terlihat dan dirasa berbeda dari apa yang akan orang lakukan pada umumnya, ada kemungkinan suatu stigma muncul dari masyarakat sekitar, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Jenis Stigma
Ketika memberikan stigma yang kemudian berimbas pada bagaimana cara kita memperlakukan orang lain, kita cenderung memberikannya secara langsung tanpa memikirkan jenis dari stigma tersebut. Padahal, stigma sendiri terdiri dari dua jenis yang berbeda. Berikut ini jenis-jenisnya yang dikutip dari repository.um.surabaya.ac.id:
1. Negative Attitudes (Perilaku Negatif)
Jenis pertama dari stigma adalah negative attitudes atau perilaku negatif, perilaku yang tidak sesuai atau bahkan bertentangan dengan nilai-nilai dan norma-norma kehidupan yang berlaku. Dengan kata lain, seseorang memberikan stigma kepada orang lain melalui perilaku seperti pengucilan hingga penindasan, yang mana bertentangan dengan nilai dan norma kehidupan yang berlaku secara umum.
2. Perceived Discrimination (Diskriminasi yang dirasakan)
Perceived discrimination berarti suatu stigma diberikan seseorang melalui diskriminasi dalam berbagai bentuk. Sebagai contoh, kurangnya akses perawatan, kualitas medis, hingga perilaku sinis dari pihak rumah sakit pada pria berkulit hitam dapat menjadi contoh stigma perceived discrimination.
Proses Terjadinya Stigma
Proses pemberian stigma dari masyarakat dibagi menjadi tiga tahap. Ketiga tahap ini umumnya selalu terjadi dalam pemberian stigma. Tahapnya yaitu:
1. Proses Interpretasi
Tahap pertama dalam proses pembentukan stigma adalah proses interpretasi. Proses interpretasi berarti masyarakat berusaha mengartikan pelanggaran norma yang dilakukan seseorang menjadi stigma tertentu. Tidak semua pelanggaran norma yang terjadi dalam masyarakat mendapatkan stigma. Namun, mereka yang mendapatkan stigma umumnya berawal dari penyimpangan perilaku yang sulit diterima masyarakat.
2. Proses Pendefinisian
Proses pendefinisian stigma adalah proses ketika seseorang mulai menentukan stigma yang berlaku dari penyimpangan perilaku tertentu. Proses ini dilakukan setelah tahap pertama (interpretasi) dilakukan.
3. Perilaku Diskriminasi
Tahap terakhir yaitu perilaku diskriminasi. Setelah masyarakat membuat interpretasi dan menentukan stigma yang berlaku pada seseorang, masyarakat cenderung memberikan perilaku yang mendiskriminasi atau berbeda kepada orang tersebut.
Contoh Stigma
Setelah mengetahui pengertian, jenis, dan proses pembentukannya, penting bagi Anda untuk memahami secara jelas seperti apa stigma yang dapat berlaku di masyarakat. Berikut ini berbagai contoh stigma yang berlaku secara umum.
Contoh 1
Seorang perawat yang menangani pasien COVID-19 telah melakukan berbagai protokol seperti:
- Melindungi diri semaksimal mungkin dengan APD sesuai standar.
- Memiliki ilmu pengetahuan yang baik untuk menangani pasien COVID-19.
- Mengikuti syarat ketat untuk melepaskan pakaian dinas saat keluar RS atau bertemu dengan orang lain.
Namun, orang sekitar yang mengetahui pekerjaannya sebagai tenaga medis masih memberikan perilaku diskriminasi seperti menjauhi, menolak, mendiskreditkan ketika bertemu. Bahkan, sang perawat dibicarakan sebagai penular penyakit, alih-alih mengapresiasi upayanya menyelamatkan nyawa banyak orang.
Dalam hal ini, perilaku masyarakat terhadap sang perawat disebut sebagai stigma. Hal yang menjadi stigma adalah perawat tersebut dianggap sebagai penular penyakit karena berurusan dengan pasien COVID-19.
Contoh 2
Mengutip jurnal Pengetahuan dan Stigma Masyarakat terhadap Pasien COVID-19 dan Tenaga Kesehatan di Kota Banjarmasin, seorang warga yang meminta bantuan kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta diusir oleh warga sekitar karena dicurigai terjangkit COVID-19 dan warga takut tertular. Penolakan ini dapat terjadi karena kurangnya pengetahuan masyarakat terkait bagaimana penularan tersebut terjadi dan cara meminimalisasi risiko penularannya.
Contoh 3
Kurangnya pengetahuan masyarakat terkait cara penularan HIV & AIDS menimbulkan stigma di sekitar. Masyarakat mengira penularannya dapat terjadi melalui kontak biasa atau sentuhan tangan sehingga muncul banyak penolakan ketika seseorang yang terjangkit HIV dan AIDS mendekatinya. Padahal, HIV & AIDS ditularkan melalui kontak atau hubungan seksual atau alat medis yang tidak steril.
Itulah penjelasan terkait stigma, mulai dari pengertian, jenis, dan bagaimana stigma terjadi atau terbentuk. Semoga artikel ini memperluas informasi Anda terkait stigma dan memberikan perspektif baru, ya!
(des/row)