Esensi adalah suatu kata yang cukup sering kita gunakan dalam percakapan sehari-hari. Lalu, apakah kamu sudah benar-benar mengerti makna dari esensi? Nah, untuk membahasnya, mari kita simak ulasan berikut ini!
Pengertian Esensi
Dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian esensi adalah hakikat, inti, dan hal yang pokok. Secara bahasa, istilah ini bersumber dari bahasa Latin, yaitu dari kata "essentia" yang artinya ada.
Dikutip dari buku Jejak Pena Pustakawan yang ditulis oleh Atin Istiarni dan Triningsih, esensi adalah apa yang membuat sesuatu menjadi apa adanya. Esensi mengacu pada aspek-aspek yang lebih permanen dari sesuatu yang berlawanan dengan yang berubah-ubah. Dalam logika, esensi secara tradisional mengacu pada sifat-sifat khas yang pasti dimiliki oleh setiap anggota dalam suatu spesies atau kelompok supaya masuk spesies atau kelompok itu
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun pengertian esensi menurut para ahli adalah sebagai berikut:
1. Plato
Pengertian esensi menurut Plato adalah lebih nyata daripada kalau berpartisipasi dalam materi dan bila mengasimilasikan eksistensi pada esensi maka materi akan berasosiasi dengan bukan ada.
2. Louis O. Kattsoff
Menurut Kattsoff, definisi esensi adalah hakikat dari barang sesuatu.
3. Aristoteles
Berdasarkan pemikiran Aristoteles, esensi didefinisikan sebagai substansi. Esensi adalah apa yang membuat sesuatu menjadi apa adanya.
Ciri-ciri Esensi
Secara umum, ciri-ciri esensi bisa kita tinjau dari pengaruh yang diberikannya. Berikut ini adalah penjelasan selengkapnya:
1. Terkandung Sudut Pandang Manusia
Esensi adalah cara manusia untuk memandang sebuah hal, baik sesuatu itu nyata adanya atau tidak nyata. Meski demikian, esensi juga tidak selalu sesuai dengan wujud nyata yang bisa disaksikan oleh manusia.
Ketika esensi sesuatu itu dianggap ada oleh seseorang, itu tidak berarti sesuatu tersebut benar-benar tampak nyata bentuknya. Pada akhirnya, esensi akan kembali kepada relativitas atau sudut pandang dari manusia.
Memahami esensi dari suatu hal bisa dilakukan dengan cara menentukan sudut pandang yang jelas dan menghargai sudut pandang yang lain. Maka dari itu, esensi adalah sesuatu yang sifatnya relatif dan bisa membuat maknanya berbeda, tergantung pada masing-masing individu.
2. Mencakup Bidang Keilmuan
Esensi adalah kata yang mengakomodir suatu bidang keilmuan. Maksudnya, perbedaan makan oleh para ahli terjadi akibat cakupan ilmu yang berbeda. Contohnya seperti perbedaan antara ahli di bidang filsafat dan metafisika tentu akan berbeda dalam memaknai esensi.
3. Terasosiasi dengan Kata Lain
Esensi selalu diasosiasikan dengan pilihan kata atau diksi lain, seperti eksistensi. Usaha mengasosiasikan ini juga ternyata berperan dalam membeli makna yang berbeda dan menjadikan kosa kata tersebut memiliki ciri khas tersendiri.
Misalnya, antara ahli yang menyelaraskan esensi dan eksistensi, tentu akan berbeda pendapat dengan lainnya. Hal ini berarti di dalam esensi terkandung upaya asosiasi berbagai frasa. Lalu, memunculkan arti yang beraneka ragam, di mana seluruhnya bisa menghadirkan tindakan atau sifat variatif sebagai konsekuensi terkaitnya.
4. Sarat Kepentingan
Tidak dapat dipungkiri bahwa semua orang memiliki penafsiran esensi masing-masing yang terkait dengan suatu hal. Oleh karena itu, biasanya akan selalu ada kepentingan, baik kepentingan pribadi maupun kepentingan kelompok yang ada di dalamnya. Masing-masing kepentingan akan lahir dari sudut pandang tertntnu dan akan memberikan sumbangsuh aerti yang berbeda pada kosa kata itu sendiri.
Contoh Esensi
Contoh esensi bisa kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Setiap hal yang ada di dunia bisa kita temukan esensinya. Berikut ini adalah beberapa contohnya:
Contoh 1
Sebagai contoh, esensi demokrasi menurut Montesquieu adalah kekuasaan yang harus dibagi untuk menghindari pemerintahan yang absolut untuk menjamin terlaksananya kedaulatan rakyat. Dalam hal ini, Montesquieu menciptakan sistem pembagian kekuasaan yang disebut dengan trias politika.
Trias politika membagi kekuasaan terhadap 3 lembaga, yaitu eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Maka dari itu, jika sebuah negara tidak menjalankan sistem ini, maka tidak bisa disebut sebagai negara demokratis karena tidak menjalankan esensi dari demokrasi.
Contoh 2
Menurut filsuf, Aristoteles, esensi kebahagiaan terbagi ke dalam dua hal, yaitu hedonia dan eudaimonia. Hedonia berarti rasa bahagia yang muncul dari hal yang menyenangkan. Umumnya, berkaitan dengan rasa senang yang muncul saat melakukan hal yang disukai, menyayangi diri sendiri, dan perasaan yang muncul saat merasa puas.
Sementara itu, eudaimonia memiliki arti tentang pencarian tentang makna hidup. Esensinya adalah perasaan memiliki nilai dan tujuan hidup. Oleh karena itu, hal ini berkaitan dengan pemenuhan tanggung jawab, perhatian terhadap kesejahteraan orang lain, atau menjalankan hidup sesuai nilai atau idealisme yang diyakini.
Dari pembahasan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa esensi adalah apa yang membuat sesuatu menjadi apa adanya. Itu dia pembahasan mengenai esensi, mulai dari pengertian, ciri-ciri, dan contohnya, semoga artikel ini bisa bermanfaat untuk para pembaca dalam menambah wawasan.
(khq/fds)