Ia kebetulan mendapat mandat langsung dari Ketua Penyelenggara G20, Wishnutama.
"Sebenarnya sudah lumayan lama. Sejak Asian Games 2018 ke PON Papua 2022, Dubai Expo. Jadi kebetulan Mas Wishnutama tahu kualitas kami, jadi dia meminta saya untuk menjadi lead choreographer," ungkapnya kepada detikBali, Minggu (20/11/2022).
Ada empat tema koreografi yang ditampilkan pada welcoming dinner G20 yang diselenggarakan di Garuda Wisnu Kencana (GWK), Selasa (15/11/2022) lalu. Tarian Garuda Paksi, Kecak, dan Bujang Ganong ditampilkan pada kesempatan pertama dengan mengusung tema 'Challenge'.
Tarian tersebut mengusung tema 'Nature' yang selaras dengan tema Presidensi G20 Indonesia. Pada pertunjukan ketiga dengan tema 'Recover Together', menampilkan kendang khas Indonesia, yakni Kendang Sunda, Beleq, dan Dol.
Terakhir, dengan tema 'Recover Stronger', menampilkan lagu Malam Indah yang diiringi tari Kipas, tari Payung, dan musik dangdut.
Eko menceritakan, konsep tema koreografi welcoming dinner G20 Bali digodok selama setahun dan proses pematangan sebulan penuh menjelang acara. Ia terinspirasi dengan Tri Hita Karana yang menjadi dasar ajaran Agama Hindu di Bali.
"Kalau konsepnya itu gampang kok yaitu Tri Hita Karana yang menjadi konsep hidup keagamaan di Bali yakni hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan Tuhannya," jelasnya.
Pada saat welcoming dinner G20, sekitar 280-an penari terlibat dan sebagian besar merupakan seniman asli Pulau Dewata.
"Sebanyak 70 persen dari Bali, sisanya yaitu dari Papua, Padang, ada yang dari Jawa, ada yang dari Sulawesi dan Maluku Utara," kata dosen Program Studi Tari, Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta tersebut.
Pria berusia 52 tahun itu mengaku sangat puas dengan hasil pementasan welcoming dinner G20 Bali karena hasil kerja keras semua pihak.
"Puas karena saya merasa tidak kerja sendiri yakni tim. Saya bahagia dan bangga untuk Indonesia bukan hanya untuk saya," ucapnya menambahkan.
(nor/nor)