Agar mampu bertahan hidup, semua hewan memerlukan kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Semua hewan juga perlu memiliki kemampuan tertentu untuk menghadapi berbagai macam rintangan dan tantangan yang ada di alam bebas. Ekolokasi adalah salah satu kemampuan yang khusus dimiliki oleh beberapa hewan tertentu untuk menghadapi kehidupannya.
Lalu, apa itu ekolokasi dan bagaimana cara kerjanya? Untuk mengetahui hal ini, mari simak penjelasannya di bawah ini!
Pengertian Ekolokasi
Ekolokasi atau disebut juga biosonar adalah sonar biologi yang digunakan oleh beberapa jenis binatang. Dilansir dari laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, binatang yang memiliki kemampuan ekolokasi mengeluarkan bunyi dan mendengarkan bunyi yang dipantulkan oleh objek-objek yang ada di sekitarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan menggunakan pantulan bunyi tersebut, binatang itu bisa mengidentifikasi keberadaan objek yang berada di sekitarnya. Ekolokasi juga bermanfaat untuk digunakan binatang sebagai alat navigasi untuk berkelana, berburu, atau menghindar dari predator yang ingin memangsanya.
Jika mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ekolokasi adalah kemampuan makhluk hidup (terutama hewan) dalam mengeluarkan bunyi dan menangkap kembali pantulan bunyi dari objek-objek yang ada di sekitarnya, berfungsi sebagai alat navigasi. Dengan begitu, hewan yang melakukan proses ekolokasi bisa melakukan identifikasi terhadap objek dan bisa juga menavigasi lingkungan di sekitarnya dengan tanpa melihat.
Cara Kerja Ekolokasi
Dilansir dari laman National Geographic, ekolokasi dapat terjadi karena adanya sumber-sumber yang menghasilkan gelombang suara dengan frekuensi yang melebihi 20.000 Hz, yaitu bunyi ultrasonik. Lalu, gelombang suara yang merambat melalui udara atau air akan mengenai suatu objek di sekitarnya dan memantul kembali.
Hewan yang mengeluarkan bunyi ultrasonik tersebut kemudian akan merasakan durasi waktu yang memisahkan gema yang berurutan serta akan mengetahui jarak dengan objek-objek yang sudah dikenai oleh geombang tersebut. Semakin cepat gema yang diterima oleh kelelawar maka jarak kelelawar dengan benda semakin dekat, jika gema semakin lama diterima maka jarak kelelawar dengan bendanya masih jauh.
Ketika objek bergerak, Hewan tersebut juga mampu melakukan deteksi sesuai dengan suara yang dipantulkan. Oleh karena itu, mekanisme ekolokasi adalah salah satu cara suatu hewan untuk berkelana, mencari mangsa, atau menghindar dari predator yang ingin memangsanya.
Hewan dengan Kemampuan Ekolokasi
Ekolokasi adalah salah satu kemampuan yang digunakan oleh beberapa jenis hewan. Hewan yang mampu melakukan hal ini akan mengeluarkan bunyi serta menerima pantulan bunyi untuk mengidentifikasi objek di sekitarnya.
Dilansir dari laman A-Z Animals, berikut ini adalah beberapa hewan yang memiliki kemampuan ekolokasi:
1. Kelelawar
Hewan ini merupakan hewan yang paling terkenal dengan kemampuannya dalam melakukan proses ekolokasi.Sebagai makhluk yang aktif di malam hari, kelelawar menggunakan kemampuan ini untuk mengidentifikasi objek di sekitarnya di kondisi malam hari yang gelap.
Kelelawar menggunakan kemampuan ini untuk menjadi alat navigasi maupun alat untuk mencari mangsa. Gelombang ultrasonik yang dikeluarkan akan diterima kembali oleh kelelawar dia mereka akan mengetahui informasi mengenai ukuran, tekstur, jarak, serta arah dari mangsanya tersebut.
2. Paus
Paus adalah salah satu makhluk laut yang memiliki kemampuan ekolokasi. Semakin dalam laut maka akan semakin gelap juga pencahayaan yang ada. Oleh karena itu, pasu mengeluarkan bunyi dengan frekuensi tinggi untuk mengidentifikasi objek di sekitarnya.
Menariknya, suara ultrasonik yang dirambatkan melalui air ternyata 5 kali lebih cepat dibandingkan dengan suara yang merambat melalui udara. Paus mampu memfokuskan ekolokasi seperti pancaran sonar untuk melacak target yang bergerak dengan cukup cepat. Selain itu, paus mampu memilih target tertentu dan melacaknya pada jarak yang bervariasi.
3. Lumba-lumba
Hewan ini bernapas melalui lubang yang ada di atas kepalanya. Tepat di bawah lubang ini, terdapat kantong kecil yang berisi udara. Dengan mengalirkan udara melalui kantong ini, lumba-lumba mampu menghasilkan gelombang bunyi dengan frekuensi yang tinggi.
Kemudian, bunyi itu akan dipancarkan ke arah sekitarnya secara terputus-putus. Gelombang bunyi lumba-lumba segera memantul setelah membentur suatu objek. Pantulan gelombang tersebut akan ditangkap bagian rahang bawahnya dan diteruskan ke telinga lalu diterjemahkan oleh otak.
Pantulan gelombang suara tersebut akan memberikan informasi rinci tentang jarak berbagai objek dari mereka, ukuran, serta pergerakannya. Dengan ekolokasi, lumba-lumba mampu mengetahui lokasi mangsanya.
4. Celurut
Celurut adalah hewan pemakan serangga yang memiliki tubuh kecil dan penampilannya mirip dengan mencit atau tikus. Hewan ini memiliki kemampuan ekolokasi karena kemampuan penglihatannya yang buruk. Kemampuan ekolokasi digunakan oleh mereka untuk mengidentifikasi objek di sekitar makanan untuk mencari makanan dalam rangka bertahan hidup.
Dari pembahasan di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa ekolokasi adalah kemampuan untuk mengeluarkan bunyi dan menerima pantulan bunyi tersebut sebagai informasi mengenai objek yang berada di sekitarnya. Demikianlah pembahasan mengenai ekolokasi, semoga artikel ini bisa bermanfaat.
(khq/fds)