Inilah Penyebab Keputihan Berwarna Coklat dan Cara Mengatasinya

Inilah Penyebab Keputihan Berwarna Coklat dan Cara Mengatasinya

Adelaide Wreta - detikBali
Rabu, 09 Nov 2022 13:16 WIB
Keputihan normal dan bedanya dengan tanda hamil
Foto: Getty Images/iStockphoto/Tharakorn
-

Umumnya, keputihan atau Fluor Albus pada perempuan diperlukan untuk daerah rahim. Dalam kondisi normal, cairan keputihan yang dikeluarkan cenderung bening. Namun, bagaimana jika keputihan yang keluar berwarna cokelat? Apakah warna tersebut menandakan penyakit berbahaya? Berikut akan dijelaskan dalam artikel ini!

Penyebab Keputihan Berwarna Coklat

Ada berbagai faktor yang menjadikan keputihan berwarna cokelat. Pada kondisi tertentu, keputihan berwarna cokelat tidak menjadi tanda yang membahayakan. Berikut ini berbagai penyebabnya:

1. Awal atau Akhir Periode

Mengutip healthline.com, aliran menstruasi menjadi lebih lambat pada awal atau akhir periode. Ketika darah meninggalkan tubuh dengan cepat, darah yang muncul berwarna merah. Namun, ketika aliran darah melambat, darah memiliki waktu untuk oksidasi sehingga warnanya menjadi cokelat, bahkan menuju hitam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

2. Ketidakseimbangan Hormon dalam Siklus Menstruasi

Melalui wawancara dengan detikcom pada Selasa (7/11/2022), Dr dr Taufik Jamaan, SpOG, selaku dokter spesialis kandungan dan kehamilan di RSIA Bunda Jakarta menjelaskan cairan keputihan yang berwarna cokelat dapat terjadi karena gangguan hormon yang menyebabkan menstruasi terjadi di luar siklus. Akhirnya, peluruhan dinding rahim menjadikan keputihan berwarna cokelat.

Estrogen membantu menstabilkan lapisan endometrium atau rahim. Oleh karena itu, estrogen yang terlalu sedikit dapat merusak lapisan pada titik yang berbeda-beda sepanjang siklus.

ADVERTISEMENT

Estrogen yang rendah dapat disebabkan oleh:

  • Hot flashes
  • Insomnia
  • Perubahan suasana hati atau depresi
  • Kesulitan berkonsentrasi
  • Infeksi saluran kemih
  • Penambahan berat badan

3. Bercak Ovulasi

Sebuah studi tahun 2012 menyatakan 3% partisipannya mengalami mengalami bercak ovulasi pada tengah siklus menstruasi mereka. Bercak ovulasi berarti kondisi ketika sel telur dilepaskan dari ovarium.

Kadar estrogen yang naik turun dapat memicu bercak. Warnanya dapat berkisar dari merah, merah muda, atau cokelat dan mungkin juga bercampur dengan cairan bening.

Gejala lain dari ovulasi meliputi:

  • Keluarnya cairan yang memiliki konsistensi putih telur
  • Nyeri perut bagian bawah (Mittelschmerz)
  • Perubahan suhu tubuh basal

4. Kista Ovarium

Kista ovarium adalah kantong berisi cairan yang berkembang di dalam ovarium. Kista fungsional, misalnya, dapat berkembang ketika folikel yang melepaskan sel telur tidak menyusut kembali ke ukuran setelah ovulasi atau ketika sel telur gagal dilepaskan. Kista ini mungkin tidak menimbulkan gejala apa pun dan hilang dengan sendirinya setelah beberapa bulan.

Namun, kista terkadang tak sembuh dan dapat tumbuh lebih besar. Jika hal ini terjadi, bercak cokelat hingga perasaan nyeri atau berat di panggul dapat muncul.

5. Infeksi Bacterial Vaginosis (BV) atau Penyakit Radang Panggul (PID)

Infeksi Menular Seksual (IMS) dapat menyebabkan bercak coklat atau pendarahan. Beberapa infeksi seperti gonore atau klamidia mungkin tidak menimbulkan gejala pada tahap awal.

Pada waktunya, gejala yang mungkin terjadi adalah rasa sakit saat buang air kecil, tekanan di panggul, bercak di antara periode, atau keputihan yang berbeda warna atau baunya dari keputihan yang biasa.

Bacterial Vaginosis (BV) menjadi kemungkinan infeksi lain yang tidak ditularkan melalui kontak seksual, tetapi dapat dipicu oleh hubungan seks dan menempatkan penderita pada risiko yang lebih tinggi terkena IMS.

IMS yang tidak diobati dapat menyebabkan penyakit radang panggul (PID). Keluarnya cairan berwarna coklat pekat dengan bau yang menyengat dapat terlihat bersamaan dengan nyeri panggul, rasa tidak nyaman saat berhubungan seks, dan nyeri saat buang air kecil.

6. Endometriosis

Penyebab selanjutnya dari keputihan cokelat adalah endometriosis, kondisi di mana jaringan yang mirip dengan lapisan rahim tumbuh di tempat-tempat di luar rahim, seperti ovarium dan tuba falopi.

Tanpa cara untuk keluar dari tubuh ketika diluruhkan, jaringan menjadi terperangkap dan menyebabkan rasa sakit yang parah hingga keluar cairan berwarna coklat dan mempengaruhi masalah kesuburan.

Gejala lain mungkin termasuk:

  • Menstruasi yang menyakitkan dan berat
  • Bercak di antara periode
  • Kembung
  • Mual
  • Kelelahan
  • Sembelit
  • Diare
  • Buang air kecil yang menyakitkan
  • Nyeri saat berhubungan seks vaginal

7. Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS)

Sindrom ovarium polikistik (PCOS) adalah kondisi hormonal yang menyebabkan tubuh memproduksi hormon androgen dalam kadar yang lebih tinggi. Hal ini dapat menyebabkan periode menstruasi yang tidak teratur atau jarang, seperti lebih dari 35 hari di antara setiap periode.

Waktu yang lama di antara periode tersebut dapat menyebabkan keluarnya cairan berwarna coklat. Anda mungkin juga mengalami kista ovarium dan keluarnya cairan berwarna coklat di antara periode karena ovulasi yang terlewat.

Gejala lain dari PCOS dapat mencakup:

  • Sakit kepala
  • Jerawat
  • Kulit menjadi gelap
  • Rambut menipis atau pertumbuhan rambut yang tidak diinginkan
  • Depresi, kecemasan, dan perubahan suasana hati lainnya
  • Penambahan berat badan
  • Masalah kesuburan

8. Implantasi

Implantasi terjadi apabila sel telur yang telah dibuahi, menempel pada lapisan rahim. Hal ini terjadi sekitar satu hingga dua minggu setelah pembuahan dan dapat menyebabkan pendarahan ringan dengan berbagai warna, termasuk coklat.

Gejala awal kehamilan lainnya mungkin termasuk:

  • Kram rahim
  • Kembung
  • Mual
  • Kelelahan
  • Payudara yang sakit

Pertimbangkan untuk melakukan tes kehamilan di rumah jika menstruasi terlambat atau mengalami bercak coklat di tempatnya.

9. Kehamilan Ektopik

Terkadang, sel telur yang telah dibuahi dapat menanamkan dirinya sendiri ke dalam tuba falopi, ovarium, perut, atau leher rahim hingga menyebabkan keputihan cokelat. Hal ini disebut kehamilan ektopik.

Selain bercak coklat, kehamilan ektopik dapat menyebabkan:

  • Nyeri tajam di perut, panggul, leher, atau bahu
  • Nyeri panggul satu sisi
  • Pusing
  • Pingsan
  • Tekanan rektal

10. Keguguran

Pendarahan pada awal kehamilan tidak selalu memprihatinkan, tetapi penting untuk diwaspadai bila keluar cairan berwarna coklat atau gejala lainnya yang tidak biasa karena hal ini dapat menandakan keguguran. Gejalanya mungkin datang tiba-tiba dan salah satunya adalah cairan cokelat atau pendarahan merah yang berat.

Gejala lainnya mungkin termasuk:

  • Kram atau nyeri di perut bagian bawah
  • Jaringan yang lewat atau gumpalan darah dari vagina
  • Pusing
  • Pingsan

11. Lochia

Setelah melahirkan, keluarnya cairan hingga 6 minggu yang terdiri dari darah dan isi lain dari rahim dapat terjadi. Hal ini umumnya dimulai dari aliran merah yang deras. Setelah beberapa hari, pendarahan biasanya melambat dan mungkin menjadi cokelat. Keputihan ini kemudian berubah lagi setelah sekitar 10 hari menjadi lebih berwarna kuning atau krem sebelum benar-benar hilang.

12. Perimenopause

Bulan-bulan dan tahun-tahun sebelum menopause dikenal sebagai perimenopause. Kebanyakan orang memulai perimenopausenya sekitar usia 40-an. Kadar estrogen yang berfluktuasi selama periode ini dapat menyebabkan perdarahan atau bercak yang tidak teratur, yang mungkin berwarna coklat, merah muda, atau merah.

Hal-hal berikut ini juga dapat terjadi:

  • Hot flashes
  • Insomnia
  • Mudah tersinggung dan perubahan suasana hati lainnya
  • Kekeringan vagina
  • Inkontinensia
  • Perubahan libido

13. Kanker

Setelah mencapai menopause, bercak atau pendarahan di antara periode atau setelah berhubungan seks, dengan warna atau konsistensi apa pun, adalah tanda paling umum dari kanker endometrium. Keputihan yang berbeda dari keputihan biasanya juga merupakan tanda potensial kanker serviks. Gejala di luar keputihan umumnya tidak muncul sampai kanker telah berkembang.

Tanda-tanda kanker stadium lanjut dapat meliputi:

  • Nyeri panggul
  • Merasakan adanya massa
  • Penurunan berat badan
  • Kelelahan yang terus-menerus
  • Kesulitan buang air kecil atau buang air besar
  • Bengkak di kaki

Cara Mengatasi Keputihan Berwarna Cokelat

Dr dr Taufik Jamaan, SpOG, dalam wawancaranya dengan detikcom menyatakan hasil pap smear, inspeksi Visual Asam Asetat (IVA), dan metode diagnosis lain serta konsultasi dengan dokter menjadi deteksi dini yang menentukan penanganan selanjutnya. Penanganan yang tepat memungkinkan perempuan kembali mengalami keputihan normal, yaitu keluarnya lendir bening tanpa bau dari vagina dan leher rahim.

Berikut beberapa cara mengatasi keputihan berwarna coklat:

1. Terapi Hormon

Cara pertama dalam mengatasi keputihan berwarna cokelat adalah terapi hormon. Penanganan ini diterapkan pada pasien yang didiagnosa mengalami ketidakseimbangan hormon atau kadar estrogen terlalu rendah dalam tubuh hingga mengakibatkan keputihan berubah warna.

2. Pil Kontrasepsi

Selanjutnya, keputihan cokelat dapat diatasi dengan pil kontrasepsi. Peresepan pil kontrasepsi biasanya dilakukan pada perempuan dengan hasil diagnosis adanya kista. Pil kontrasepsi diharapkan bisa mencegah ovulasi dan kista dari pertumbuhan yang semakin besar.

Dalam banyak kasus, keputihan cokelat hanyalah darah lama yang membutuhkan waktu ekstra untuk meninggalkan rahim. Hal ini seringkali terjadi di awal atau akhir periode menstruasi. Namun, bentuk, gejala lain, dan waktu terjadinya keputihan cokelat perlu diperhatikan untuk menentukan apakah keputihan yang muncul tergolong berbahaya atau tidak.

Segera temui dokter bila terjadi perubahan pada keputihan selama kehamilan, mengalami gejala infeksi, hingga mengalami pendarahan atau bercak yang tidak teratur setelah menopause.




(ilf/fds)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads