Penampakan Pura Uluwatu Usai Terbakar gegara Tersambar Petir

Badung

Penampakan Pura Uluwatu Usai Terbakar gegara Tersambar Petir

Agus Eka Purna Negara - detikBali
Rabu, 09 Nov 2022 12:09 WIB
Kondisi palinggih meru tumpang tiga Pura Luhur Uluwatu, Pecatu, Badung, Bali, yang rusak di bagian puncaknya, Rabu (9/11/2022).
Kondisi palinggih meru tumpang tiga Pura Luhur Uluwatu, Pecatu, Badung, Bali, yang rusak di bagian puncaknya, Rabu (9/11/2022). Foto: Agus Eka/detikBali
Badung -

Kebakaran melanda palinggih meru tumpang tiga Pura Luhur Uluwatu, Desa Pecatu, Kuta Selatan, Badung, Bali, Selasa (8/11/2022). Syukurnya tidak ada benda pusaka atau pralingga yang tersimpan di dalamnya.

Pralingga sudah disimpan di pura lain dan hanya ditempatkan kembali di Uluwatu saat pujawali pada hari suci Anggara Kasih Medangsia. "Ini (rusak) parah. Palinggih ini punya tiga tingkat berbahan ijuk. Tingkat paling atas dan kedua yang rusak," ungkap Pemangku Pura Luhur Uluwatu, Jero Mangku Gede Sentana, Rabu (9/11/2022).

Jero Mangku mengakui malam kejadian itu tengah menunggu dua pamedek atau umat yang tengah sembahyang. Ia juga ditemani tiga pengurus pura lainnya, termasuk pecalang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Situasi pura yang tak terlalu ramai memang dilanda hujan dan beberapa kali disertai kilatan petir. Sekira pukul 20.00 Wita, kilat mulai terasa keras. Ia merasakan selang 10 menit, sambaran petir secepat kilat menggelegar hingga lampu penerang pura padam.

"Seperti video yang tersebar di media sosial. Itu kejadiannya betul. Perempuan sedang sembahyang membawa tirta (air suci). Petir tiba-tiba menyambar. Saat lampu mati sudah terlihat ada titik api di atas meru tumpang tiga," tutur Mangku Gede Sentana.

ADVERTISEMENT

Ia kemudian menghubungi pangempon pura, desa adat, dan pemadam kebakaran. Medan yang sulit diakui menyusahkan proses pemadaman. Apalagi posisi objek yang diapit tebing memaksa petugas berhati-hati. Pemadaman berhasil setelah Dinas Damkar Badung menambah armada.

Pasca kebakaran, area utama mandala Pura Luhur Uluwatu sementara disterilkan. Para pamedek diizinkan sembahyang di area tengah. Ini karena kondisi area utama belum diperbaiki.

Saat ini para pengurus pura tengah menentukan hari baik untuk upacara pembersihan, termasuk rencana perbaikan bagian palinggih yang rusak terbakar. "Sementara masih dibahas pangempon. Untuk awal perlu upacara guru piduka. Langkah selanjutnya belum," ucap Bendesa Adat Pecatu I Made Sumerta.

Pernah Terbakar 1995

Sebelumnya, palinggih utama pura juga sempat terbakar pada 1995 akibat peristiwa yang sama. Kondisi bangunan rusak parah hingga dilakukan pemugaran dan upacara besar pada 1997. Setahun kemudian, palinggih lagi-lagi disambar petir, namun dampaknya tak begitu parah.

"Tahun 1970an juga diceritakan pernah terjadi. Jadi kalau dikaitkan dengan adanya peristiwa aneh, saya rasa tidak begitu. Ini murni akibat alam, tidak ada pertanda apa atau kelalaian atau kecerobohan pun," ucapnya.

Catatan singkat yang didapat detikBali, Pura Luhur Uluwatu diperkirakan dibangun Mpu Kuturan di masa raja bergelar Sri Haji Marakata yang memerintah mulai 944 tahun Caka atau 1032 Masehi hingga tahun 948 Caka atau 1036 Masehi.

Pura ini dibangun sebagai tempat pemuliaan raja-raja leluhur, kemudian sebagai tempat pemujaan atau stana Batara Rudra. Pada masa pemerintahan Raja Dalem Waturenggong, Dang Hyang Nirartha berhasil mencapai Moksa di pura ini. Karena itu, Pura Luhur Uluwatu juga sebagai tempat pemuliaan Danghyang Nirartha.

Sejak pemerintahan raja-raja Bali Kuna, Pura Luhur Uluwatu diempon raja yang berkuasa pada waktu itu. Akan tetapi saat pemerintahan Raja Badung sekitar tahun 1812 Saka atau tahun 1900 Masehi, pura ini selanjutnya diempon atau dikelola baginda raja dan keluarga beliau secara bergiliran.

Kemudian telah ditetapkan pangempon pura saat ini, yakni Puri Agung Jro Kuta, pangempon purajurit Puri Jambe dan pangemong Desa Adat Pecatu. Dalam beberapa catatan purana disebutkan bahwa Pura Luhur Uluwatu merupakan salah satu pura Sad Kahyangan dan Dang Kahyangan yang ada di wilayah Bali.

Oleh Karena itu, pura juga disungsung oleh seluruh umat Hindu Bali. Sisi lain dari Uluwatu, panorama pura dengan tebing dan samudera luasnya menjadi gambaran identitas Bali yang akhirnya mendunia.




(irb/dpra)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads