10 Keunikan Desa di Bali Beserta Nama Daerahnya

10 Keunikan Desa di Bali Beserta Nama Daerahnya

Bayu Ardi Isnanto - detikBali
Minggu, 06 Nov 2022 16:32 WIB
Desa Wisata Panglipuran Bali
Desa Panglipuran, salah satu desa unik di Bali. Foto: shutterstock
-

Bali kental akan kebudayaan dan tradisi. Bahkan banyak desa tua di Bali yang masih melangsungkan tradisi-tradisi peninggalan nenek moyang. Tradisi ini ada yang mengagumkan, namun ada juga yang menyeramkan. Berikut ini adalah 10 desa di Bali yang memiliki tradisi unik.

Daftar Desa di Bali Beserta Keunikannya

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Desa Penglipuran

Desa Panglipuran BaliDesa Panglipuran Bali Foto: dok. Kemenparekraf

Desa adat Panglipuran menjadi salah satu tempat wajib ketika berwisata di Bali. Desa ini sangat tenang dan nyaman. Dikutip dari laman Pemprov Bali, desa ini unik karena seluruh rumah yang ada di sini seragam bentuknya.

Rumah-rumah ini bahkan saling terhubung dengan lorong. Lokasi desa berada di Kelurahan Kubu, Kabupaten Bangli, yakni di dataran tinggi sekitar kaki Gunung Batur. Tak heran udara di sini juga sejuk.

ADVERTISEMENT

Nama Panglipuran diambil dari nama asalnya, yaitu Pengeling Pura. Maksudnya ialah tempat suci untuk mengenang para leluhur.

Masih banyak aturan adat yang masih dijalankan warga, misal larangan pria memiliki istri lebih dari satu. Jika melanggar, warga tersebut akan dikucilkan di sebuah tempat bernama Karang Memadu.

Detikers bisa menginap di homestay di desa ini untuk lebih mengenal kebudayaan warga Desa Panglipuran. Jangan lupa cicipi makanan khas Bali bernama sueg dari umbi-umbian.

Jarak dari Denpasar ke Panglipuran sekitar 44 km atau dalam waktu 1 jam 20 menit. Sedangkan dari Ubud, jaraknya 25 km yang bisa ditempuh selama 1 jam. Sampai di lokasi, wisatawan harus memarkir kendaraan di lahan parkir. Wisatawan harus jalan kaki ketika di Desa Panglipuran.

2. Desa Tigawasa

Desa Tigawasa ini merupakan tempat tinggal masyarakat Bali Mula atau orang Bali asli. Mereka memiliki tradisi dan kebudayaan yang unik. Salah satunya, warga Tigawasa tidak mengenal Ngaben atau pembakaran mayat. Di sini, mayat akan dikubur dengan dibungkus kain batik.

Tak hanya soal kebudayaannya, Desa Tigawasa memiliki pemandangan yang memesona. Detikers bisa melihat banyak perkebunan dan persawahan hijau yang membentang luas. Udara di sini sejuk kaena berada di ketinggian sekitar 500-700 meter.

Desa ini juga merupakan penghasil kopi robusta. Kalian bisa menikmatinya langsung dari kebun para petani. Dari sini, detikers bisa membeli kerajinan anyaman bambu yang bernama sokasi dan bedeg.

Wilayah desa ini masuk dalam Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng. Jarak dari Denpasar yakni 75 km yang ditempuh dalam waktu 2 jam 15 menit. Sedangkan dari Pelabuhan Gilimanuk, jaraknya 82 km dengan waktu tempuh sekitar 1 jam 50 menit.

3. Desa Sidatapa

Desa Sidatapa masuk dalam wilayah Banjar, Buleleng, memiliki ketinggian 450 mdpl. Selain wisata alamnya memesona, desa ini memiliki kebudayaan yang masih kuat.

Di sini terdapat rumah adat kuno Bale Gajah Tumpang Salu yang dibangun sejak sekitar 785 M. Rumah ini bangunannya membelakangi jalan. Temboknya terbuat dari tanah dan memiliki 12 tiang kayu sebagai penyangga.

Di desa ini, wisatawan dapat menyaksikan ritual adat dan tari-tarian khas Desa Sidatapa. Jika sudah berkeliling desa, mampirlah ke Air Terjun Mampah yang berada di tengah hutan dengan suasana masih alami.

Desa ini berada 79 km dari Denpasar dengan waktu tempuh 2 jam 20 menit. Jika dari Pelabuhan Gilimanuk, jaraknya 76 km yang bisa ditempuh dalam waktu 1 jam 40 menit.

4. Desa Cempaga

Tarian sakral Desa Cempaga, Kabupaten Buleleng.Tarian sakral Desa Cempaga, Kabupaten Buleleng. Foto: Pemkab Buleleng

Desa Cempaga masih memiliki tradisi kebudayaan yang kuat. Masih banyak tarian sakral yang dilakukan warga setempat di Pura Desa Cempaga antara lain tari baris, tari pendet, tari jangkang, tari rejang.

Wisatawan bisa menyaksikan pertunjukan tari pada waktu-waktu tertentu. Beberapa upacara agama dan adat budaya juga masih dilakukan warga Cempaga misal Mecacar, Galungan di pura sekitar pukul 01.00 WITA, dan Karya Agung Muayon.

Desa Cempaga berada di Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng. Jarak dari Pelabuhan Gilimanuk yaitu 79 km atau waktu 1 jam 50 menit. Sedangkan dari Denpasar, jaraknya 78 km dengan waktu tempuh 2 jam 20 menit.

5. Desa Tenganan

Desa Tenganan di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem ini dikenal kuat memegang awig-awig atau aturan adat yang sangat kuat. Salah satunya masih mempertahankan rumah dan adat dari nenek moyang.

Awig-awig di desa ini sudah ada sejak abad ke-11 dan baru diperbarui pada 1842. Aturan unik lain adalah kerbau yang dilepaskan warga. Kerbau bahkan bebas masuk ke pekarangan rumah warga.

Tiket masuk desa ini tidak dikenakan biaya, namun silakan memberi sumbangan seikhlasnya. Untuk sampai ke desa ini, pengunjung harus menempuh jarak sekitar 55 km dari Denpasar atau selama 1 jam 40 menit.

6. Desa Jatiluwih

Obyek wisata Jatiluwih, Tabanan.Obyek wisata Desa Jatiluwih, Tabanan. Foto: Pemkab Tabanan

Desa Jatiluwih telah ditetapan UNESCO sebagai warisan budaya dunia pada tahun 2012. Desa ini juga mendapat apresiasi dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif karena telah mengembangkan desa berbasis wisata berkelanjutan.

Tradisi yang masih dijalankan antara lain terkait pertanian. Desa tersebut merupakan penghasil beras merah. Dalam proses menanam hingga panen harus menjunjung nilai Tri Hita Karana dan sesuai aturan adat atau awig-awig.

Warga masih menggunakan pupuk organik yaitu dari kotoran hewan. Beras merah yang dihasilkan pun berjenis organik. Apabila awig-awig dilanggar, maka akan dikenakan sanksi adat.

Untuk mencapai lokasi ini, diperlukan waktu sekitar 1 jam 40 menit atau jarak 46 km dari Denpasar. Dalam sehari ada sekitar 1.000 kunjungan wisatawan di desa ini.

7. Desa Munggu

Sekaa Gong Mangu Puspa Kencana, Desa Adat Munggu, Kecamatan Mengwi, Badung, baru-baru ini merekonstruksi gending-gending klasik karya Maestro Lotring dalam Pesta Kesenian Bali (PKB) 2022.Sekaa Gong Mangu Puspa Kencana, Desa Adat Munggu, Kecamatan Mengwi, Badung, baru-baru ini merekonstruksi gending-gending klasik karya Maestro Lotring dalam Pesta Kesenian Bali (PKB) 2022. Foto: Dinas Kebudayaan Provinsi Bali

Tak terlalu jauh dari ibu kota Provinsi Bali, ada desa wisata yang masih memegang teguh aturan adat hingga kini. Desa tersebut adalah Munggu di Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung.

Dilansir dari laman Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, tradisi yang masih dilakukan adalah mekotek. Tradisi ini membentuk gunung atau piramida dari susunan tongkat panjang. Tradisi itu sebagai simbol kemenangan dan tolak bala.

Warga juga menjalankan tradisi melukat, yakni upacara pembersihan diri yang turun temurun dilaksanakan umat Hindu di Pulau Dewata. Desa Munggu juga dikenal dengan wisata kekinian, seperti bali swing, tubing dan olahraga air.

Desa Munggu berada di Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Letaknya sekitar 15 km sebelah barat dari Kota Denpasar, serta menempuh perjalanan sekitar 1 jam dari Bandara Ngurah Rai

8. Desa Trunyan

Desa TrunyanDesa Trunyan Foto: CXO Media

Seperti Desa Tigawasa, warga di Desa Trunyan termasuk masyarakat Bali Mula atau orang Bali asli. Dilansir dari penelitian Universitas Udayana, salah satu tradisinya ialah mengubur jenazah dengan dibungkus kain batik, bukan dengan upacara Ngaben seperti daerah Bali lainnya.

Saat di kuburan, hanya laki-laki yang boleh masuk. Kuburan tua desa tersebut hanya diperuntukkan orang dewasa yang memang sudah waktunya meninggal. Selain itu ada kuburan khusus anak dan kuburan untuk orang yang meninggal tidak wajar.

Kuburan ini pun menjadi salah satu daya tarik wisatawan. Banyak wisatawan yang ingin berfoto bersama tengkorak-tengkorak. Jika ingin ke sana, Anda sebaiknya menggunakan pemandu wisata lokal. Untuk menuju kuburan tersebut, warga maupun wisatawan harus menggunakan perahu.

Namun demikian, Desa Trunyan juga terkenal dengan wisata alamnya, seperti camping ground dengan menikmati panorama Danau Batur yang sangat cantik.

Desa Trunyan berada di kawasan Danau Batur, tepatnya di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Jarak dari Denpasar yakni sekitar 70 km dengan waktu tempuh sekitar 2 jam 15 menit.

9. Desa Bayung Gede

Dilansir dari penelitian Universitas Udayana, Desa Bayung diisi masyarakat Bali Mula atau Bali asli dan Bali Aga atau Bali keturunan. Desa ini berada di dataran tinggi sejuk pegunungan Kintamani, yakni sekitar 900 mdpl.

Jarak Desa Bayung Gede dari Denpasar sekitar 52 km atau sekitar 1 jam 40 menit. Dilansir dari situs agen travel, mayoritas penduduk Bayung Gede hidup sebagai petani dengan hasil kebun jeruk, kopi berbagai jenis sayuran. Sebagai desa tua, Bayung Gede masih mempertahankan adatnya.

Beberapa tradisi yang masih dipertahankan, antara lain tidak mengenal catur kasta ataupun catur warna, sehingga tidak ada nama Ida Bagus, Anak Agung, I Gusti, I Dewa ataupun Cokorde. Kemudian adanya larangan poligami, atau akan mendapatkan sanksi diberhentikan hak-haknya jika tetap tinggal di desa tersebut.

10. Desa Kaliasem

Desa Kaliasem yang terletak di Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng memiliki keunikan tersendiri. Mereka masih melakukan tradisi Sampi Gerumbungan atau perlombaan sapi. Jika ada tradisi Makepung di Jembrana yang merupakan balap kerbau, maka Sampi Gerumbungan ini lebih pada kontes keindahan.

Dilansir dari penelitian di Universitas Pendidikan Ganesha, tradisi ini berawal dari para petani terdahulu. Mayoritas penduduk memang bekerja sebagai petani. Perlombaan ini diadakan paling tidak setahun sekali oleh Pemkab Buleleng.

Untuk menuju Desa Kaliasem menempuh 80 km atau waktu perjalanan sekitar 2 jam 20 menit dari Denpasar. Sedangkan dari Pelabuhan Gilimanuk yang jaraknya 77 km dapat ditempuh sekitar 1 jam 40 menit.

Demikian tadi 10 desa di Bali dengan keunikan tradisinya masing-masing. Tradisi ini menjadi daya tarik wisata tersendiri. Kalau ke Bali, jangan lupa berkunjung ke desa-desa ini ya.




(bai/row)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads