Filosofi Desain Jukung Mecadik Pola Gajah Mina Pelabuhan Sanur

Filosofi Desain Jukung Mecadik Pola Gajah Mina Pelabuhan Sanur

I Wayan Sui Suadnyana - detikBali
Minggu, 30 Okt 2022 16:19 WIB
Pelabuhan Sanur, Denpasar, Bali, dengan desain jukung mecadik pola gajah mina.
Pelabuhan Sanur, Denpasar, Bali, dengan desain jukung mecadik pola gajah mina. Foto: Dok. Popo Danes
Denpasar -

Pembangunan Pelabuhan Sanur di Kota Denpasar, Bali, sudah hampir rampung. Proyek yang tergabung dalam pelabuhan segitiga emas itu memiliki desain unik karena berisi patung kepala gajah dengan berekor ikan.

Nyoman Popo Priyatna Danes, arsitek yang membidani Pelabuhan Sanur menjelaskan makna dari desain tersebut. Menurut Popo Danes, Pelabuhan Sanur memiliki desain jukung mecadik dengan pola gajah mina sebagai ikon dari wilayah setempat.

"Kalau yang di Sanur itu kan yang pertama kita ingin menggali ikonnya Sanur untuk bisa dituangkan menjadi ikon bangunan (pelabuhan) itu, apa yang paling mengesankan di Sanur," kata Popo Danes kepada detikBali.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Guna mencari ikon yang tepat, Popo Danes kemudian berbincang-bincang dengan tokoh-tokoh budaya di Sanur. Dari perbincangan itu, Popo Danes mengaku diingatkan bahwa ikon Sanur adalah jukung mecadik.

"Tetapi jukung mecadik yang asli, yang lama itu memang pakai pola gajah mina. Jadi ada gajah di kepalanya, ekornya ikan," ungkap Popo Danes.

ADVERTISEMENT

Jukung mecadik dengan pola gajah mina memiliki beberapa makna. Salah satunya, gajah ini dianggap memiliki rumah di darat atau hutan. Sedangkan mina yang berarti ikan keberadaan rumahnya tentu di laut. Maksudnya adalah orang Bali berharap keselamatan dengan tetap terkoneksi dengan daratan meski pergi ke rumah ikan.

"Jadi orang Bali merasa harus tetap terkoneksi baik. Kalau kita habis mengunjungi rumahnya ikan, harus kembali ke rumahnya gajah dengan selamat," terang Popo Danes.

Selain keselamatan, desain jukung mecadik dengan pola gajah mina juga bisa disebutkan sebagai simbol keseimbangan lewat simbol lingga dan yoni. Sebab, gajah dianggap lebih maskulin, sementara ikan dilihat menggambarkan sifat feminim.

"Jadi gajah itu kan lebih maskulin dia di darat dengan hutan-hutan yang vertikal. Dan ikan itu lebih feminim di laut. Jadi ada konsep lingga-yoni juga di sana antara maskulin dengan feminim," jelasnya.

"Jadi intinya masalah keseimbangan dan secara umum itu dianggap image-nya Sanur. Ya itu kan kita mencoba perlihatkan bangunan sebagai perahu," imbuh Popo Danes.

Bangunan Pelabuhan Sanur yang berkonsep jukung mecadik dengan pola gajah mina ini dibuat Popo Danes lebih tinggi di bagian utara. Bagian utara didesain lebih tinggi karena ada pemandangan yang indah.

Bila mata memandang jauh ke utara di Pelabuhan Sanur, maka akan terlihat gunung-gunung seperti Gunung Batukaru dan sebagainya. Tak hanya di bagian utara, mata juga bisa memandang Gunung Agung bisa menoleh ke arah timur laut.

"Jadi ini juga upaya kita karena kita kan menyesuaikan dengan kebutuhan ruang-ruangan di sana. Jadi ruangan-ruangan kebetulan cukup terbatas dan space yang tersedia untuk kita olah. Sehingga akhirnya dengan membuat pola ini, tiang bisa menghadirkan teras-teras di lantai atasnya," tutur Popo Danes.

Diminta Menhub

Popo Danes menceritakan, dirinya mulai mendesain Pelabuhan Sanur sejak 2020 dan langsung dilakukan peletakan batu pertama (ground breaking) pada akhir tahun yang sama. Karena itu, ia mendesain Pelabuhan Sanur dengan cukup cepat.

Bahkan Popo Danes mendesain Pelabuhan Sanur karena mendapat permintaan khusus dari Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi. Secara kebetulan, Menhub Budi Karya merupakan seniornya bidang arsitektur yang tamat di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

Di dalam proses desain Pelabuhan Sanur itu, Menhub Budi Karya langsung berinteraksi memberikan masukan-masukan positif. Sebab, menurut Popo, Menhub Budi Karya cukup berpengalaman dalam mengelola fasilitas-fasilitas publik dan komersial.

"Jadi kita akhirnya senang sekali lah. Jadi ada semacam kolaborasi kemudian dalam perjalanannya kolaborasi kita diperluas," paparnya.

Kemudian pada akhirnya Popo Danes tak sendirian dalam proses mewujudkan patung gajah mina. Ia dibantu seniman patung bernama Wayan Winten asal Banjar Teges, Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, yang mewujudkan gajah mina secara ornamental.

Setelah mulai terlihat menarik, berbagai seniman di wilayah Sanur, mulai antusias. Popo Danes kemudian meminta seorang sahabat senimannya bernama Kadek Dwi Armika dan Ni Nyoman Sani untuk membuat mural-mural di Pelabuhan Sanur.

"Jadi akhirnya terlibat juga beberapa seniman lain. Seniman-seniman Sanur terlibat untuk estetika di dalam ruangannya. Jadi kita senang, semakin banyak yang terlibat semakin banyak yang memiliki rasa bangga dan punya rasa memiliki terhadap bangunan itu," tutur Popo Danes.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: H+5 Lebaran, Pelabuhan Sanur Dipadati Wisatawan ke Nusa Penida"
[Gambas:Video 20detik]
(irb/hsa)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads