Ada Tower Internet Bambu di Desa Tembok, Warga 'Pelosok' Bisa Online

Ada Tower Internet Bambu di Desa Tembok, Warga 'Pelosok' Bisa Online

Made Wijaya Kusuma - detikBali
Senin, 24 Okt 2022 18:58 WIB
Tower internet dari bambu yang dibangun di Desa Tembok, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng.
Foto: Tower internet dari bambu yang dibangun di Desa Tembok, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng. (Made Wijaya Kusuma/detikBali)
Buleleng -

Tower internet setinggi 15 meter yang terbuat dari bambu dibangun di Banjar Dinas Sembung, Desa Tembok, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng, Bali. Tower internet tersebut dibangun untuk mengatasi kesenjangan layanan internet antara wilayah perkotaan dan pedesaan yang masih terjadi dengan membangun infrastruktur jaringan internet.

"Sehingga masyarakat di Desa Tembok dan sekitarnya bisa mendapat akses internet yang merata," kata Asisten Administrasi Umum Setda Buleleng Nyoman Genep pada saat meresmikan tower internet bambu di Desa Tembok, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng, Bali, Senin (24/10/2022).

Genep menyebut Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buleleng telah memasang jaringan internet melalui program Bali Smart Island. Jaringan internet itu dipasang di seluruh desa adat, daya tarik wisata dan puskesmas yang ada di Buleleng.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, karena kondisi topografi di Buleleng diapit perbukitan dan lautan (nyegara gunung), masih banyak daerah yang termasuk ke dalam wilayah blank spot, seperti di Desa Tembok. Pembangunan tower tersebut pun diharapkan dapat mengurangi jumlah blank spot di Buleleng.

"Sangat diharapkan dapat mengurangi blank spot, bahkan dapat digunakan untuk menunjang sistem pelayanan masyarakat," katanya.

Sementara itu Perbekel Desa Tembok Dewa Komang Yudi Astra mengatakan bahwa dipilihnya lokasi tersebut sebagai tempat pembangunan tower. Dikarenakan Banjar Dinas Sembung merupakan titik terjauh pusat pemerintahan. Oleh karena itu diharapkan masyarakat, dapat lebih mudah mengakses internet sehingga bis mengatasi kesenjangan akses terhadap internet guna menunjang perekonomian masyarakat khususnya di Desa Tembok.

"Dua hal penting ini menjadi konsen kami dengan pihak Common Room Network Foundation dan rekan dari Institut Teknologi Bandung dalam membangun infrastruktur," katanya.

Di sisi lain, Kepala Pusat Penelitian dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung, Adi Nugraha mengatakan, pemilihan bambu sebagai bahan dasar pembuatan tower, dikarenakan harganya yang lebih ekonomis, dibandingkan bahan lainnya seperti logam. Selain itu bahan bambu, kata Adi sangatlah mudah untuk dicari apalagi di wilayah pedesaan.

Adapun biaya yang digunakan untuk membangun tower bambu tersebut, berkisar antara Rp 10-15 juta, dengan daya tahan 10 tahun asalkan tidak terkena hujan dan panas matahari secara langsung. Kemudian ketinggian Menara yang mencapai 15 meter, dapat menyediakan jaringan internet dengan jangkauan radius 10-20 kilometer.

"Secara ongkos pastinya lebih murah daripada struktur besi, ongkos termahal di sini itu biaya pengerjaannya tapi dengan adanya gotong royong dari masyarakat itu ditekan, jadi kira-kira dengan uang Rp 10 - 15 juta sudah bisa membangun tower ini. Perkiraan awetnya ini sampai 10 tahun, asal gak kena panas dan hujan langsung maka dari itu kita pasang juga atap di atasnya," jelasnya.




(hsa/dpra)

Hide Ads