Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengupdate jumlah kasus gangguan gagal ginjal akut misterius pada anak di Indonesia bertambah. Data terbaru tercatat total ginjal akut misterius sebanyak 245, 141 anak di antaranya meninggal dunia dan sebelumnya 131.
"Data per 22 Oktober, 245 kasus. 141 pasien di antaranya meninggal dunia," ujar juru bicara Kemenkes RI Mohammad Syahril, Senin (24/10/2022) seperti dikutip dari detikHealth.
Data tersebut merupakan kolektif atau total kumulatif yang dilaporkan dari 26 provinsi RI.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Data sebelumnya dari Kemenkes RI pada Jumat (21/10/2022), tercatat jumlah pasien gangguan ginjal akut misterius ada sebanyak 241, dengan kasus kematian sebanyak 131.
Hingga kini, belum ada kepastian perihal penyebab gangguan ginjal akut. Terdapat dugaan, kasus tersebut dipicu oleh kandungan etilen glikol (EG) pada produk obat berbentuk cair atau sirup. Kemarin, Minggu (23/10/2022), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI melaporkan tiga produk obat cair dengan cemaran EG melebihi ambang batas.
Ketiga produk tersebut adalah Unibebi Cough Syrup (Universal Pharmaceutical Industries), Unibebi Demam Drop (Universal Pharmaceutical Industries), dan Unibebi Demam Syrup (Universal Pharmaceutical Industries).
Gejala Gangguan Ginjal Akut Misterius
Sebelumnya, Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinkes DKI Jakarta dr Ngabila Salama mengungkapkan gejala pada pasien-pasien gangguan ginjal akut misterius. Menurutnya, pada banyak kasus, gejala awal yang muncul serupa dengan infeksi saluran cerna hingga batuk-pilek.
Keluhan awal terbanyak meliputi malaise, muntah, mual, kehilangan nafsu makan, nyeri bagian perut.
"Gejala yang paling banyak pertama adalah demam, lalu lemas dan gangguan saluran cerna dalam hal ini nyeri perut, mual, muntah," terang dr Ngabila dalam siaran YouTube Dinkes DKI, Sabtu (22/10/2022).
"Dari waktu antara ada gejala yang pertama kali sampai dengan tidak ada kencing sama sekali itu sekitar rata-ratanya lima sampai 9 hari," pungkasnya.
(nor/hsa)