Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bali menegaskan, penyebab maraknya kasus gangguan ginjal akut misterius bukan hanya karena obat-obatan sirup yang sekarang ditarik peredarannya. Kadinkes Gede Anom menjelaskan, banyak faktor yang diduga bisa menyebabkan kematian akibat ginjal akut ini. Untuk itu, pihaknya akan melakukan survei demi menemukan penyebab penyakit misterius tersebut.
Menurut Anom, butuh waktu cukup lama untuk melakukan penelitian sehingga ditemukan penyebab munculnya kasus yang sudah merenggut nyawa sekitar 192 anak-anak di seluruh Indonesia ini.
Anom menjelaskan, di Bali bakal digencarkan survei terkait anak-anak yang sakit. Ini sesuai arahan Kementerian Kesehatan (kemenkes).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Banyak penyebab ya, kita masih nunggu penelitian dari Kemenkes, BPOM. Dari Kemenkes saat ini sudah menugaskan kami dan dari provinsi melanjutkan ke kota untuk menggencarkan survei. Jadi foto anak-anak sakit, yang minum obat apa saja, nanti kita lakukan. Jadi kalau ada apa-apa saat ke rumah sakit mungkin kita sudah tahu," urai Anom dalam konferensi pers di Kantor Dinkes Provinsi Bali, Denpasar.
Lanjut Anom sejauh ini di Bali belum ada tambahan kasus gagal ginjal akut misterius. Berdasar data, dari 17 pasien yang ditangani, 11 orang meninggal. Tapi bukan semua pasien dari Bali. Dua merupakan rujukan dari Nusa Tenggara Barat (NTB)
"Sebaran kasus, dua orang dari luar Bali (NTB), terbanyak dari Denpasar, ada juga dari Bangli Klungkung, Gianyar satu-satu kayaknya."
Simak video 'BPOM Segera Rilis Daftar Obat Sirup Tanpa Polietilen Glikol':
Datang ke RS ketika ginjal sudah parah, baca halaman berikut
Gede Anom juga mengatakan belum mendapat data terkait jumlah pasien yang meninggal di luar rumah sakit.
"Saat ini data yang diperoleh Kemenkes datang dari rumah sakit, mungkin dari dokter anak yang merawat pasien yang ada di rumah sakit," lanjutnya.
Sementara itu, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDAI) Cabang Bali, dr. I Gusti Ngurah Sanjaya Putra, Sp.A, mengatakan korban meninggal dunia hingga saat ini merupakan akumulasi sekitar tiga bulan terakhir.
"Kita berproses awal ada kasus (kematian akibat ginjal akut) puncaknya Agustus-September lalu. Kita lakukan penyimpanan lab-lab yang kita curigai sebelum ribut masalah etilen glikol, kita sebenarnya curiga MIS-C (sindrom langka pada anak)," katanya.
Ngurah Sanjaya juga menjelaskan, untuk saat ini pihaknya masih menunggu hasil sampel beberapa pasien yang telah disimpan di laboratorium.
Lebih jauh, Ngurah Sanjaya mengklaim, pasien yang meninggal di RSUP Prof. Ngoerah, Sanglah kebanyakan datang dalam kondisi yang sudah memburuk.
"Fungsi ginjal yang rata-rata di bawah 15, itu artinya sudah sangat berat. Apalagi yang datang pada Agustus-September awal itu, masyarakat belum ngeh, dokter di pusat kesehatan belum ngeh, datangnya sudah dalam keadaan berat," tuturnya.
Hingga saat ini, belum ada penambahan kasus terkait kasus ginjal akut di RSU Sanglah dan sudah ada enam pasien yang keadaannya membaik.
"Hasilnya sudah membaik (fungsi ginjal). Jadi tidak perlu dikhawatirkan," ucapnya menambahkan.