Salah satu sesepuh atau tokoh yang dituakan di kawasan Legian, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Pak Wan (71) menceritakan kesaksiannya soal banjir yang terjadi di wilayahnya. Pak Wan yang sejak lahir tinggal di Legian menceritakan soal banjir di Legian.
"Jadi kalau banjir itu air sungai Tukad Mati tidak mengalir ke laut, tapi balik lagi ke sini (di Jalan Pandawa)," terang mantan guru yang lahir tahun 1951 saat ditemui detikBali, Minggu (9/10/2022).
Menurut Pak Wan banjir pada Sabtu (8/10/2022) air mulai surut pada Minggu (9/10/2022) pukul 15.00 Wita.
Banjir yang terjadi kemarin itu bukanlah apa-apa baginya. Sebab Pak Wan mengungkap kejadian banjir terparah di tahun 1995.
"Dulu kan di sini masih sawah, biasa petani tanam padi. Sampai tahun 1998 masih ada tanam padi di sini," jelasnya.
Pada tahun 1999-2000 barulah mulai dilakukan pembangunan di kawasan Legian. Padahal, menurutnya, kawasan tersebut adalah daerah terendah yang sebelum menjadi sawah adalah rawa-rawa yang ditumbuhi rotan.
"Tahun 1999-2000 mulai ada pembangunan, di LC (Lean Concrete) di Jalan Dewi Sri. Di sini daerah terendah, sebelum jadi sawah memang rawa-rawa hutan sejenis rotan," lanjutnya.
Akibat pembangunan tersebut, akhirnya banyak lahan persawahan yang diurug. Padahal, saat masih menjadi persawahan sudah dilanda banjir.
"Untung kemudian sungai Tukad Mati itu ditanggul, itu lebarnya sudah dua kali," jelas Pak Wan.
Dengan adanya kejadian banjir yang terjadi kali ini, ia hanya berharap saluran drainase dan sungai Tukad Mati dikeruk lagi (dibersihkan).
"Ya supaya lebih dalam, kan kalau banjir dapat kiriman lumpur," katanya.
Pantau detikBali pada Minggu (9/10/2022) air sungai Tukad Mati sudah kembali normal. Aktivitas masyarakat pun berjalan seperti biasa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan nampak sejumlah warga tengah memancing di pinggir sungai. Sisa - sisa sampah plastik terlihat masih berserakan di pinggir sungai.
Sebagai informasi, Sungai Tukad Mati dikutip dari laman sda.pu.go.id, memiliki daerah aliran sungai (DAS) keseluruhan/ sampai muara seluas 39,43 km2, dengan panjang sungai utama 22,49 km.
Secara administratif, DAS Tukad Mati sebagian besar termasuk wilayah Kabupaten Badung dan sebagian kecil di wilayah Kota Denpasar.
(nor/hsa)