Satu per satu kader Partai NasDem di Bali mengundurkan diri. Setelah Niluh Djelantik, kali ini giliran Anak Agung Ngurah Panji Astika yang memutuskan hengkang dari partai besutan Surya Paloh tersebut.
Panji Astika yang dikenal sebagai tokoh Puri Anom, Tabanan, itu mundur sehari setelah Anies Baswedan dideklarasikan sebagai calon presiden 2024, Selasa (4/10/2022). "Ya, sudah resmi. Saya sudah kirim surat (pengunduran diri) ke DPW," ujar Panji Astika, Rabu (5/10/2022).
Untuk diketahui, Panji Astika tadinya menduduki posisi Wakil Ketua Bidang Hubungan Eksekutif di DPW NasDem Bali. Panji Astika mengakui perbedaan pilihan politik pasca deklarasi Anies Baswedan sebagai capres menjadi alasan pengunduran dirinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sudah tidak cocok. Daripada nanti di dalam tidak cocok, lebih baik saya keluar," imbuh pria yang juga mantan calon bupati Tabanan ini.
Menurutnya, pilihannya untuk mundur telah dipahami koleganya di kepengurusan NasDem Bali.
"Mereka memahami pilihan saya itu dan menghormatinya. Saya bilang, karena kemarin saya masuknya baik-baik, ya saya keluarnya juga baik-baik," sambung Panji Astika.
Soal kemungkinan terjun lagi ke partai politik, ia mengaku masih melihat perkembangan dan situasi.
"Tujuan saya berpolitik kan untuk mengabdi ke masyarakat. Kalau di politik belum ada yang partai pas, saya bisa mengabdi di bidang sosial, budaya, dan kemasyarakatan," ujarnya.
Terpisah, Sekretaris DPW Partai NasDem Bali, I Nyoman Winatha, membenarkan pengunduran diri Panji Astika tersebut.
"Mungkin karena perbedaan itulah, karena keputusan DPP dukung Anies Baswedan (sebagai capres), beliau (Panji Astika) mundur," ujarnya.
Terlepas dari itu, Winatha mengingatkan kembali instruksi yang telah disampaikan Ketua DPW NasDem Bali, Julie Sutrisno Laiskodat, kepada seluruh kader untuk menghormati dan mengamankan keputusan DPP yang telah mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai capres. Menurutnya, hal tersebut sekaligus sebagai tindak lanjut dari hasil rapat kerja nasional (rakernas) pada Juni 2022 lalu.
"Kami sudah informasikan kepada seluruh kader. Yang tidak sejalan dengan keputusan itu, kami hormati juga sebagai sebuah keputusan politik (pribadi). Dalam politik perbedaan itu pasti ada," tukasnya.
(iws/irb)