Pembunuhan massal pada 1965-1966 barangkali menjadi salah satu kisah paling gelap yang terjadi di Bali. Geoffrey Robinson dalam bukunya berjudul Sisi Gelap Pulau Dewata: Sejarah Kekerasan Politik menyebut 80.000 orang diperkirakan menjadi korban pembantaian di Bali antara Desember 1965 dan awal 1966. Mereka yang dieksekusi ketika itu dituding sebagai bagian dari Partai Komunis Indonesia (PKI).
Krama (warga) Banjar Masean, Desa Batu Agung, Kecamatan/Kabupaten Jembrana, sempat melakukan pembongkaran kuburan para korban pembantaian 1965. Para korban pembantaian yang tinggal kerangka dan tulang belulang itu kemudian diupacarai sebagaimana tradisi Hindu di Bali. Pembongkaran kuburan para korban pembantaian itu dilakukan pada 2015 silam.
Kepala kewilayahan Banjar Mesean Ida Bagus Kade Suwartama menuturkan, para korban 1965 dikubur di sejumlah tempat di Jembrana, termasuk di Banjar Masean, Desa Batu Agung. Sebelum kuburan para korban dibongkar dan diupacarai, banyak hal aneh yang sering dialami warga setempat. Termasuk fenomena warga Mesean yang meninggal gantung diri terjadi hampir setiap tahun.
"Ada warga kami yang melihat penampakan orang berjalan tanpa kepala, ada tengkorak menggelinding di jalan dan lain sebagainya," tutur Suwartama didampingi mantan Ketua Panitia pembongkaran korban G30S, Ida Bagus Ketut Mariana, saat ditemui detikBali di rumahnya, Rabu (27/9/2022).
Suwartama menambahkan, fenomena yang dirasa paling aneh adalah banyaknya warga setempat yang meninggal dengan tidak wajar yakni gantung diri. Fenomena ini sering terjadi sebelum korban pembunuhan massal 1965 diupacarai. Bahkan, setelah peristiwa itu, Suwartama menyebut ada sekitar 50-an warga Mesean yang mengakhiri hidupnya dengan gantung diri.
"Dasar kami (membongkar kuburan) hanya untuk mengupacarai, menyucikan beliau yang menjadi korban G30S supaya mendapat tempat yang layak. Itulah tujuan kami melaksanakan pembongkaran," ungkapnya.
Halaman selanjutnya: Bongkar Jalan Aspal...
Simak Video "Video: Olahan Jajanan Pakai Keju Rp 16 Juta di Kuliner Viral di Bali"
(iws/irb)