Seluruh lahan sawah di Bali ditargetkan sudah menerapkan sistem pertanian organik pada 2024 mendatang. Hal yang sama juga dilakukan pada lahan kering berupa tegalan atau perkebunan.
"Nanti di tahun 2024 itu sudah pure organik semuanya, baik itu lahan sawah lahan kebun itu sudah kita organikkan," kata Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali I Wayan Sunada dalam sambungan telepon kepada detikBali, Sabtu (24/9/2022).
Pengembangan sistem pertanian organik menjadi salah satu program yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Bali saat ini. Program sistem organik tersebut dilaksanakan agar pertanian di Pulau Dewata menjadi berkelanjutan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama ini, pertanian di Bali menerapkan sistem konvensional yang menggunakan pupuk dan pestisida kimia. Menurut Sunada, cara konvensional yang dilakukan selama ini telah merusak kesuburan tanah.
"Kasihan ibu pertiwi, kasihan lahan kita yang terus kita sakiti. Kita sudah kembali lagi ke pertanian organik," jelas Sunada.
Untuk diketahui, luas lahan sawah di Bali saat ini hanya 70.996 hektare. Sementara lahan kering berupa tegalan/perkebunan kurang lebih mencapai 201 ribu hektare yang ditanami holtikultura dan buah-buahan.
Sebelumnya, Gubernur Bali Wayan Koster mengklaim bahwa pertanian organik telah diterapkan di Pulau Dewata. Ia menyebut, hingga saat ini sudah ada 35 ribu hektare (Ha) sawah dan 154 ribu Ha perkebunan di Bali yang telah menerapkan sistem pertanian organik.
Koster pun membeberkan target ke depan dalam program pertanian organik tersebut. Ia menyebut bahwa hingga akhir tahun 2022 akan ada 40 ribu Ha sawah yang menerapkan sistem pertanian organik.
"Akhir tahun akan mencapai 40 ribu hektare. 2023 itu akan dituntaskan 70 ribu hektar semuanya harus organik. Dan akan dikeluarkan dengan sertifikat organik," kata Koster saat peresmian pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di Jalan Tol Bali Mandara, Rabu (21/9/2022).
Tak hanya sawah, perkebunan di Bali juga turut menerapkan sistem pertanian organik. Menurut Koster, di Bali ada sekitar 200 ribu hektar kebun dan 154 ribu hektar di antaranya sudah menerapkan sistem pertanian organik.
"Tinggal lagi 50 ribu hektar yang belum organik. Nanti 2023, paling lambat 2024 semua sudah organik. Jadi pisangnya organik, salaknya organik, sayur-sayuran organik dan sebagainya. Semuanya organik. Berasnya beras organik, jadi bagus sekali, sehat," imbuhnya.
(iws/iws)