Perajin Tahu Tempe di Jembrana Mengeluh Harga Kedelai Meroket

Perajin Tahu Tempe di Jembrana Mengeluh Harga Kedelai Meroket

I Ketut Suardika - detikBali
Jumat, 23 Sep 2022 18:17 WIB
Nuryasin (40), pengusaha pembuatan tempe dan tahu di Lingkungan Terusan, Kelurahan Lelateng, Kecamatan Negara, Jembrana, Bali, Jumat (23/9/2022).
Nuryasin (40), pengusaha pembuatan tempe dan tahu di Lingkungan Terusan, Kelurahan Lelateng, Kecamatan Negara, Jembrana, Bali, Jumat (23/9/2022). Foto: I Ketut Suardika/detikBali
Jembrana -

Nuryasin (40), perajin tempe dan tahu di Lingkungan Terusan, Kelurahan Lelateng, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Bali, mengeluhkan naiknya kedelai hingga Rp 15 ribu per kilogram. Menurutnya, kenaikan harga kedelai ini merupakan imbas harga BBM naik beberapa waktu lalu.

"Sebelum BBM naik, harga kedelai itu Rp 7 ribu, paling mentok Rp 9 ribu. Setelah BBM naik, sekarang ini merangkak jadi Rp 10 ribu, Rp 12 ribu, sampai Rp 15 ribu harga kedelai," kata Nuryasin, ditemui detikBali di rumahnya, Jumat (23/9/2022).

Kenaikan harga kedelai ini, membuat pengeluaran pembuat tahu dan tempe membengkak. Karena beberapa kebutuhan pendukung untuk produksi tempe dan tahu mengalami kenaikan, seperti kayu bakar, minyak, dan lainnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pendapatan yang awalnya Rp 200 ribu menjadi 100 ribu per hari, dengan hasil produksi tempe dan tahu rata-rata 60-70 kilogram per hari. Namun dari keuntungan tersebut, otomatis berkurang karena pengeluaran semakin besar.

"Contoh saja, sekarang kalau saya antar tempe tahu ke pelanggan, biasanya beli pertalite 50 ribu bisa keliling, sekarang harus beli 80 ribu per hari," ucapnya.

Sementara di satu sisi, harga tempe dan tahu di pelanggan masih belum naik. Kini Nuryasin mengaku pasrah menjalani usaha yang dia tekuni sejak 12 tahun lalu, selagi tidak sampai merugi.

Untuk harga tahu saat ini Rp 1.500 per potong, sedangkan harga tempe bervariasi, mulai dari Rp 1000 sampai Rp 5000. "Saya bingung juga kalau saya naikkan harga, yang lain belum mau menaikkan takut pelanggan hilang. Kalau keuntungan ada, cuma lebih sedikit dari sebelumnya," tuturnya.

Sehingga untuk menyiasati harga, kata Nuryasin, dirinya mengubah ukuran tempe dan tahu jadi lebih kecil. "Iya diperkecil sedikit, tahunya diperkecil. Tempenya biasanya lebar, diperkecil sedikit. Kalau enggak gitu, rugi nanti," ungkapnya.

Dengan kondisi harga kedelai yang semakin naik, Nuryasin berharap pemerintah bisa memperhatikan usaha-usaha kecil yang sangat terdampak imbas dari kenaikan BBM. Salah satunya dengan cara memberikan subsidi harga kedelai.




(irb/irb)

Hide Ads