Ratusan Perwakilan BEM se-Indonesia Kumpul di Bali Bahas Isu Kerakyatan

Ratusan Perwakilan BEM se-Indonesia Kumpul di Bali Bahas Isu Kerakyatan

Ni Made Lastri Karsiani Putri - detikBali
Senin, 19 Sep 2022 15:39 WIB
Perwakilan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) yang mengikuti Rakernas di Gedung Art Center, Denpasar Bali pada Senin (19/9/2022)
Foto: Perwakilan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) yang mengikuti Rakernas di Gedung Art Center, Denpasar Bali pada Senin (19/9/2022) (Ni Made Lastri Karsiani Putri/detikBali)
Denpasar -

Perwakilan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dari 130an kampus di Indonesia menggelar rapat kerja nasional (Rakernas) di Bali. Dalam Rakernas tersebut mereka akan membahas isu kerakyatan, seperti kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) hingga penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLT).

Koordinator Pusat BEM SI Bidang Kerakyatan, Abdul Kholiq menjelaskan, pihaknya sengaja berkumpul selama 4 hari mulai dari Senin (19/9/2022) hingga Kamis (22/9/2022) untuk membuat wacana gerakan baru hingga memberikan rekomendasi agar memastikan kebijakan pemerintah bisa tepat sasaran.

"Yang kita hasilkan adalah bentuk-bentuk pengkajian ulang kenaikan BBM dan pemastian subsidi yang benar-benar tepat. Lalu, pemastian BLT yang mana sebetulnya BLT itu harus dipastikan tepat sasaran," katanya di Art Center, Denpasar, Bali pada Senin (19/9/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, selain hal tersebut, dalam Rakernas tersebut, pihaknya juga mendorong energi terbarukan, terlebih harga BBM yang mengalami kenaikan sejak Sabtu (3/9/2022) lalu.

Sementara itu, Gubernur Bali Wayan Koster menyambut baik Bali dipilih sebagai lokasi penyelenggaraan Rakernas. Mengingat Bali sendiri terbilang jarang dijadikan sebagai lokasi diadakannya Rakernas, khususnya bagi mahasiswa.

ADVERTISEMENT

"Saya sangat semangat hadir pagi ini untuk memfasilitasi kegiatan ini karena memang saya pun juga lahir dari dunia kemahasiswaan. Ketika saya aktif di kegiatan kemahasiswaan saya betul-betul mencurahkan perhatian, pikiran, tenaga dan waktu mengurusi aktivitas kemahasiswaan," akunya.

Ia memandang kehidupan kampus haruslah diberi ruang yang cukup untuk berekspresi agar mahasiswanya bisa ikut mendorong suatu perubahan sekaligus mengkritisi apa yang berkembang di negaranya sendiri.

"Nomor satu yang harus dikembangkan adalah kritis yang sifatnya rasional, lalu logis dan bisa dipahami dengan mudah oleh publik dan bisa diterima. Dan juga bagaimana dilakoni dengan budaya kita, yang saya kira harus dilakukan tanpa mengurangi makna kontribusi," tambahnya.




(kws/kws)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads