Warga Banjar Adat Sumbermis, Desa Adat Pekutatan, berharap Gubernur Bali Wayan Koster yang datang mengecek lokasi peletakan batu pertama jalan tol Gilimanuk - Mengwi, agar menemui eks karyawan yang tinggal di mes unit perkebunan Perusda Bali Kerta Bali Saguna yang akan digusur.
Sayangnya, harapan warga bertemu Gubernur Bali tidak terwujud. Warga datang setelah beberapa menit Gubernur Bali beranjak dari lokasi peletakan batu pertama menuju tempat lain untuk mengikuti agenda selanjutnya.
Dari pantauan detikBali di lokasi, belasan warga Banjar adat Sumbermis masih duduk di pinggir jalan, tepat berada di depan lokasi peletakan batu pertama pembangunan jalan tol.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ditemui detikBali, I Gede Darma Antara (38) Wakil Kelian Banjar Adat Sumbermis menuturkan, keinginan pihaknya untuk bertemu langsung dengan Gubernur dan berharap ada perhatian serta kepastian dari pemerintah kepada warga, terutama eks karyawan yang tinggal di mes Perusda Bali sebelum dilakukan penggusuran.
"Keinginan saya sama dengan warga yang lain, biar ada sedikit perhatian dari pemerintah atau gubernur, dengan masalah tempat tinggal. Intinya kami di sini menginginkan tempat tinggal yang layak. Karena untuk membeli tempat tinggal di luar, kami masih berpikir karena tidak punya uang," ungkapnya, Minggu (4/9/2022).
Warga menginginkan bertemu dengan Gubernur Bali untuk mengungkapkan keluh kesah eks karyawan yang tinggal di mes. Karena sudah ada surat pemberitahuan dari Perusda Bali untuk mengosongkan mes sebelum 15 Oktober 2022.
"Keinginan kita biar bisa bertemu langsung dengan bapak Gubernur Bali. Biar mendapatkan jawaban titik terang, gimana nasib-nasib kami yang ada disini (Banjar adat Sumbermis)," I Kadek Suyasa (56) warga lain asal Banjar adat Sumbermis, ditemui detikBali di lokasi.
Menurutnya, warga meminta relokasi dari pemerintah dari mes yang sudah dialihfungsikan ini, karena tidak memiliki tempat tinggal lain di luar mes Perusda Bali.
Apalagi mes yang saat ini ditempati warga, sudah dianggap tanah kelahiran, karena sudah menempati sejak tiga generasi. Lahan Perusda yang sebelumnya hutan, dijadikan perkebunan oleh generasi pertama warga yang saat ini tinggal di mes.
Pada prinsipnya, warga tidak menolak jika harus pindah dan mendukung program pemerintah yang akan membangun jalan tol Gilimanuk - Mengwi. Akan tetapi, karena mes sudah beralih fungsi meminta perhatian pemerintah akan nasib mereka ke depan.
Warga meminta perhatian pemerintah bukan tanpa alasan. Karena awalnya, mes yang disediakan Perusda sudah banyak yang rusak dan diperbaiki secara mendiri agar lebih layak.
Bahkan, untuk memperbaiki mes dengan cara mencicil ke bank. Karena harus mengosongkan mes, warga bingung harus tinggal dimana. Karena tidak memiliki tanah dan tempat tinggal selain di mes.
Menurut Suyasa, sejak ada pemberitahuan agar mes dikosongkan, warga resah. Tetapi tidak bisa berbuat banyak. Dampaknya, warga ada yang jatuh sakit dan stres karena memikirkan nasib mereka dan anak cucunya. "Warga bingung harus tinggal dimana. Warga kebingungan," terangnya.
Sementara Gubernur Bali I Wayan Koster menyampaikan, relokasi warga eks karyawan yang tinggal di mes unit perkebunan Perusda Bali. Eks karyawan yang sudah membentuk tiga banjar adat itu, akan dipindah ke tempat lain yang tidak terdampak jalan tol Gilimanuk - Mengwi dan theme park.
Hal tersebut disampaikan Gubernur Bali Wayan Koster saat meninjau lokasi peletakan batu pertama jalan tol Gilimanuk - Mengwi dan theme park, di areal unit perkebunan Perusda Bali Kerta Bali Saguna, Minggu (4/9/2022).
(kws/kws)