Kenaikan harga BBM membuat para pengecer botolan kaget. Terutama mereka yang berdagang di warung-warung kecil dan jauh dari SPBU atau Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum. Mereka mengaku, dulu dengan modal Rp 470 ribu bisa mendapat satu jeriken. Sekarang tentu harus menambah modal.
Nyoman Milir (57), pedagang warung kelontong di Banjar Batusesa, Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti misalnya.
"Saya sampai kasih tahu pembeli dulu kalau harga Pertamax sudah naik. Tidak langsung tuangin begitu. Takutnya tidak mau bayar," kata Milir, Minggu (4/9/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia sendiri kaget dengan kenaikan harga BBM yang lonjakannya drastis itu. Dulu dengan modal Rp 470 ribu ia bisa memperoleh sekitar satu jerigen Pertamax dengan takaran kurang lebih 30 liter dengan harga Rp 12.500 perliter.
"Sekarang modal segitu nggak cukup. Dapatnya kurang," imbuhnya.
Kepada pembelinya, ia melepas satu liter Pertamax seharga Rp 15.500. Karena di SPBU ia mendapatkan harga Rp 14.500. "Saya cuma jual Pertamax karena untuk diecer lagi," imbuhnya.
Milir sendiri mengaku sudah lama mendengar rencana kenaikan BBM per 1 September 2022. Tapi itupun ia hanya mengira jenis Pertalite saja yang akan naik.
"Pas tanggal 1 kemarin kan tidak jadi naik. Saya pikir benar tidak jadi. Tahu-tahu tadi pagi saya beli, ternyata Pertamax juga ikut naik. Tapi mau bagaimana lagi, saya juga akhirnya harus naikkan harga," pungkasnya.
(hsa/hsa)