Ada yang unik dari lomba dayung sampan tradisional di Jembrana, Bali. Setiap peserta yang mendaftar lomba tidak dipungut biaya, justru mendapat uang saku sebesar Rp 200 ribu. Artinya menang ataupun kalah para peserta tetap dapat duit.
Lomba dayung sampan tradisional di sungai dengan jarak kurang lebih sekitar 4 kilometer, dari sungai Desa Budeng menuju Sungai Samblong, Kelurahan Sangkar Agung, Kecamatan/Kabupaten Jembrana Bali, Selasa (16/8/2022) berlangsung meriah.
Dari pantauan detikBali, perlombaan yang memakai alur sungai ini sempat tertunda hingga satu jam lebih. Perlombaan yang dijadwalkan pukul 09.00 Wita, molor hingga pukul 10.40 Wita baru dimulai karena air sungai belum pasang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Antusias penonton sejak pagi sudah terlihat berdatangan di areal start perlombaan. Bahkan, terlihat rela berpanas-panasan di atas jembatan sungai Desa Budeng menunggu dimulainya perlombaan yang sudah sejak tiga tahun tidak digelar karena pandemi.
"Air sungai belum naik, biasanya jam 11 siang baru naik airnya," ucap Ni Kadek Sari (47) salah satu penonton asal Mendoyo ditemui di lokasi.
Lomba dayung sampan tradisional diikuti sekitar 50 sampan. Setiap sampan didayung oleh dua orang. Setiap peserta yang mendaftar mengikuti lomba tidak dipungut biaya, justru mendapat uang saku sebesar Rp 200 ribu dan kaos. Sebagian besar peserta merupakan nelayan tradisional dan sudah sering ikut lomba.
Pada lomba tersebut juara pertama diraih oleh I Komang Narta (54) yang berpasangan dengan kakaknya, Wayan Dela (66) asal Lingkungan Samblong, Kelurahan Sangkaragung dengan hadiah Rp 2,5 juta.
"Saya sudah sering mengikuti lomba sampan ini, hampir setiap tahun ketika ada lomba saya ikut," I Komang Narta pemenang lomba no urut 6 saat di wawancara detikBali di lokasi, Selasa (16/8/2022).
Menurutnya, lomba dayung sampan ini sudah menjadi tradisi tahunan saat memeriahkan HUT RI dan setiap perlombaan ia selalu berpasangan dengan kakak kandungnya I Wayan Dela. Pada saat lomba tahun 2019, berpasangan dengan anaknya hanya di posisi ke empat.
"Kita selalu masuk juara lomba. Kalau juara 1 sudah 18 kali kita dapat," ungkapnya.
Menurut Narta, hadiah bukan tujuan utama mengikuti lomba. Karena mengikuti sebagai bentuk partisipasi HUT Kemerdekaan dan HUT Kota Negara, hanya untuk memeriahkan. Namun, hadiah diharapkan naik agar jumlah peserta semakin banyak lagi.
"Kalau dulu waktu pak Winasa (mantan Bupati Jembrana I Gede Winasa) hadiah juara pertama sampai Rp 5 juta," terangnya.
Kemenangan yang diraih Narta ini tidak didapat dengan mudah. Sekitar sepuluh hari sebelum lomba berlatih mendayung. Minum jamu tradisional berupa madu dan telur setiap dua hari sekali. Bahkan dua kali cek tensi darah.
Narta menambahkan, karena sempat terjadi banjir saat hujan beberapa waktu lalu, kondisi sungai kotor dengan sampah batang pohon. Peserta sempat kesulitan mendayung karena kondisi sungai yang kotor ini, namun bisa melewati lintasan.
Narta juga berharap, pada perlombaan tahun mendatang lebih banyak lagi peserta.
"Sekarang ini memang lebih meriah, karena sudah dua tahun ditiadakan," ujarnya.
Perlombaan sampan memang ditiadakan pada tahun 2020 dan tahun 2021, karena saat itu pandemi COVID-19 sedang naik drastis. Tidak hanya lomba sampan, kegiatan yang menghadirkan kerumunan orang ditiadakan.
(nor/nor)