Menikmati Lukisan Ekspresionis Yaari Rom di Park23 Gallery Tuban

Menikmati Lukisan Ekspresionis Yaari Rom di Park23 Gallery Tuban

Triwidiyanti - detikBali
Selasa, 05 Jul 2022 00:05 WIB
Seniman asal Amerika Serikat Yaari Rom menggelar pameran lukisan bertajuk The Art of Mother Earth di Park23 Gallery & Creative Hub, Bali, 6-29 Juli 2022.
Seniman asal Amerika Serikat Yaari Rom menggelar pameran lukisan bertajuk "The Art of Mother Earth" di Park23 Gallery & Creative Hub, Bali, 6-29 Juli 2022. (Foto: Triwidiyanti/detikBali)
Badung -

Seniman asal Amerika Serikat Yaari Rom (62) memamerkan puluhan lukisan bergaya ekspresionis di Park23 Gallery & Creative Hub, Tuban, Kuta, Bali. Pameran bakal berlangsung dari 6-29 Juli 2022.

Kali ini, Yaari Rom memamerkan lukisan-lukisan karyanya bertajuk "The Art of Mother Earth". Menariknya, lukisan-lukisan tersebut seakan menampilkan proses perjalanan dan kesinambungan alam.

"Saya melukis terinspirasi dari mana saja bisa keluarga, nature, kehidupan alam, lingkungan semua bisa menjadi daya tarik tersendiri," ucapnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Yaari yang sejak kecil sudah memiliki bakat melukis bertekad untuk mengangkat kisah-kisah lingkungan lewat karya seni. Ia juga menjadikan seni lukis sebagai bentuk perlawanan. Yaari menuangkan kegelisahannya lewat lukisan.

Bagi Yaari, melukis menjadi semacam cara untuk bermeditasi. Ia mengaku tidak ada satupun orang yang dapat mengganggunya, termasuk keluarganya, saat sedang melukis.

ADVERTISEMENT

"Tidak ada handphone, tidak ada orang yang bisa mengganggu saya melukis, itu bisa 1-2 bulan saya di dalam studio," serunya.

Manajer Park23 Galery and Creative, Ni Made Toya, membenarkan cerita yang diungkapkan Yaari. Bahkan, menurut Toya, saat makan pun harus diantarkan makanan oleh stafnya ke studionya.

"Ya semua kebutuhannya kita penuhi, termasuk makan itu diantar di depan pintu. Paling nanti dia ambil terus melukis lagi begitu saja seterusnya, dia fokus dan tidak bisa diganggu," tuturnya.

Menurut Toya, lukisan-lukisan Yaari menunjukkan adanya proses transformasi. Garis-garis dalam kanvas itu, menurut Toya, menjadi semacam upaya menggugah kesadaran untuk menciptakan kisah perjalanan.

"Ini jiwa dari sebuah karya bertransformasi. Ada beragam ekspresi karya garis hitam dan putih formasi warna, monoton, buram dan pigmen fluoresen ke garis-garis. Karya ini merupakan gerakan untuk merayakan kesadaran kita, semua makhluk di muka bumi, untuk bersama-sama menciptakan perjalanan, tanggung jawab pada ibu pertiwi lewat inspirasi visual," tandasnya.




(iws/iws)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads