Keren, Made Suwanda Asal Desa Sawan Ciptakan Gong 'Tridatu'

Keren, Made Suwanda Asal Desa Sawan Ciptakan Gong 'Tridatu'

Tim detikBali - detikBali
Selasa, 21 Jun 2022 01:15 WIB
Made Suwanda pencipta gong Tridatu
Made Suwanda pencipta gong 'Tridatu'. Foto: Pemkab Buleleng
Buleleng -

Salah satu pengrajin pande gong di Desa Sawan, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng, Made Suwanda memiliki produk unggulan yang ia ciptakan. Gong yang bahan bakunya dinamai 'Tridatu' ini diakuinya hanya satu-satunya di Bali. Tridatu dalam konteks gong ini merupakan konsep yang memadukan tiga unsur logam yaitu timah, tembaga, dan besi.

Awal mula Suwanda mendapatkan ide untuk berinovasi bermula dari adanya pandemi Covid - 19. Dirinya merasakan omset yang turun drastis dikarenakan bahan gong yang pada umumnya perunggu dirasa mahal pada kondisi pandemi.

Maka dari itu, Suwanda menerapkan ide tersebut dengan membuat satu produknya selama 3 bulan serta hasilnya pun hampir sama mulai dari bentukan dan nada yang dikeluarkannya dengan gong yang berbahan perunggu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Gong tridatu ini saya ciptakan sebagai alternatif bagi para semeton Bali maupun luar Bali yang ingin memiliki gamelan barung dengan kualitas sama dengan perunggu namun dengan harga lebih murah. Dengan harga pada perunggu Rp 2,5 juta per buahnya sedangkan jika memilih gong berbahan tridatu ini dihargai Rp 1,8 juta per buahnya,"ucap Suwanda.

Lebih jauh, Suwanda menjelaskan terkait prosesnya dalam menciptakan hasil karya gong ini. Tahapan awalnya yaitu mulai dari peleburan bahan baku yang menurut pengungkapannya berasal dari Jawa dengan panas mencapai 800 derajat celcius. Selanjutnya dituang ke dalam cetakan gong dan ditempa atau dipukul terus menerus agar tidak sampai kehitaman.

ADVERTISEMENT

Kemudian langkah berikutnya, disepuh dengan air dan langsung ditempa untuk kedua kalinya. Hingga pada proses akhir finishing dengan amplas dan melakukan tes bunyi yang dilakukan oleh dirinya.

Ia menyebutkan dalam sehari hanya dapat mencetak 2 buah gong saja, dan jika dihitung secara keseluruhan untuk membuat 1 unit gong barung dibutuhkan waktu mencapai 6 bulan lamanya.

"Kalau gong ini dibuat berdasar permintaan karena terkendala permodalan. Bayangkan saja, untuk membuat satu set barung gong kebyar berbahan perunggu bisa mencapai 400 juta rupiah, sedangkan yang berbahan tridatu mencapai 230 juta rupiah itu pun harus dengan tanda jadi juga, jadi kita tidak bisa sama sekali membuat stok lebih,"tegas Suwanda.

Selain itu, ia menceritakan awal mula dirinya meneruskan usaha dari ayahnya. Pada tahun 1998, Suwanda yang memulai usaha tersebut dengan nama 'Surya Nada Gong' ini berjalan tidak semudah yang dibayangkan, banyak kendala yang dialaminya dalam mengembangkan usaha terusan milik ayahnya ini agar dapat dikenal lebih banyak lagi dan tidak hanya pada lingkup daerah Buleleng saja.

Dengan modal tekad kuat, Suwanda yang sama sekali tidak menekuni keahlian di bidang teknik sebelumnya ini membuktikan dengan jangka waktu 4 tahun tepatnya pada tahun 2002 usaha miliknya berkembang sampai mendapat pelanggan hampir mencakup wilayah seluruh Bali dengan mempekerjakan tenaga sejumlah enam orang.

"Usaha yang saya geluti ini membuat produk seluruh jenis gamelan bali seperti angklung, gong kebyar, baleganjur, serta souvenir. Dan kebanyakan pesanan yang saya terima juga dari luar daerah Buleleng membeli bahan yang sudah dibentuk menjadi gong, kemudian pembeli tersebut melanjutkan finishingnya," ujar Suwanda.

Dirinya berharap untuk Pemerintah Kabupaten Buleleng agar selalu mendukung UMKM dari segi permodalan, sarana prasarana, serta pemasarannya. Agar dikemudian hari pengerajin Buleleng ini dapat mampu bersaing di luar Bali bahkan mencapai luar negeri.




(nor/nor)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads