Berstatus Sekolah Reguler, Alumni SMAN Bali Mandara Kecewa

Berstatus Sekolah Reguler, Alumni SMAN Bali Mandara Kecewa

Ni Made Lastri Karsiani Putri - detikBali
Rabu, 01 Jun 2022 17:57 WIB
Alumni SMA Bali Mandara angkatan kelima, I Gusti Made Andrian Sumantri yang juga Duta Bahasa Provinsi Bali 2021.
Alumni SMA Bali Mandara angkatan kelima, I Gusti Made Andrian Sumantri yang juga Duta Bahasa Provinsi Bali 2021. (Foto: Istimewa)
Denpasar -

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali memutuskan untuk mengubah pola layanan SMAN Bali Mandara dari sistem sekolah berasrama menjadi sekolah reguler per tahun ajaran 2022/2023. Keinginan Gubernur Bali Wayan Koster untuk mengubah pola layanan pendidikan SMAN Bali Mandara tersebut menuai berbagai respons, termasuk dari alumni sekolah.

Satu satu alumni SMAN Bali Mandara, I Gusti Made Andrian Sumantri, misalnya, menyayangkan adanya kebijakan tersebut mengingat Ia merupakan salah satu dari sekian siswa SMA Bali Mandara yang masuk melalui jalur siswa miskin. Padahal, selama ini SMAN Bali Mandara kerap menjadi salah satu contoh oleh sekolah-sekolah di luar Bali.

"Kalau saya pribadi sebenarnya sangat menyayangkan karena SMA Bali Mandara sendiri dijadikan acuan boarding school oleh sekolah-sekolah di provinsi lain. Sayang sekali kalau sekolah yang saat ini sedang dijadikan contoh oleh provinsi lain ini harus hilang," ujarnya ketika ditemui detikBali pada Rabu (1/6/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Duta Bahasa Provinsi Bali 2021 itu merupakan siswa angkatan kelima di SMAN Bali Mandara. Andrian masuk di tahun 2015 dan tamat pada tahun 2018. Ia menuturkan, di masa-masa awal bersekolah di SMAN Bali Mandara, dirinya hanyalah siswa yang biasa-biasa saja dan tidak terlalu menonjol.

Ia mengaku lebih banyak ditempa ketika menghabiskan waktu full day school-nya di asrama sekolah. Di sana, ia mengaku berinteraksi dengan orang-orang hebat, baik dalam akademik maupun non akademik. Hal itulah yang membuatnya terpacu untuk mengikuti jejak mereka.

ADVERTISEMENT

"Di mana pun saya berada, saya selalu mengatakan bahwa pondasi dasar saya bisa menjadi orang seperti sekarang ini dan mencapai prestasi yang saya raih baik di provinsi maupun nasional adalah karena SMA Bali Mandara. SMA Bali Mandara yang mengajarkan saya dalam mempersiapkan suatu hal dan memperjuangkan kualitas kita di depan khalayak," kata Andrian yang kini tercatat sebagai mahasiswa semester 6 di salah satu universitas swasta di Denpasar.

"Saya pribadi selalu memegang teguh prinsip tersebut. Jadi, dimana pun saya berproses baik ketika saya berkuliah dan berkompetisi, saya akan selalu menampilkan kualitas dari SMA Bali Mandara itu," ungkap pria kelahiran tahun 2000 ini.

Ia meminta agar Pemerintah Provinsi Bali dapat mempertimbangkan kembali kebijakan terkait perubahan pola layanan SMA Bali Mandara. Menurutnya, kajian Pemprov Bali untuk menghentikan sistem jalur miskin di sekolah tersebut masih terlalu dini.

"Bagi adik-adik yang akan masuk di SMAN Bali Mandara, manfaatkanlah sekolah ini untuk menjadikan kalian sebagai siswa paripurna. Saya dan alumni lain berharap semoga nantinya akan ada lulusan SMA Bali Mandara yang berprofesi di bidang pemerintahan sehingga akan ada orang-orang yang dapat melanjutkan program SMA Bali Mandara seperti sebelumnya," ungkapnya.

Alumni lainnya yang kecewa terkait perubahan status pola layanan SMAN Bali Mandara adalah I Made Gede Eris Dwi Wahyudi. Pria yang juga alumni ITS Surabaya jurusan Teknik Kimia itu menganggap bahwa pemangku kebijakan sangat tergesa-gesa dalam mengambil kebijakan.

"Sangat disayangkan sekali alasan atau latarbelakang di balik diambilnya kebijakan tersebut. Ini sangat-sangat tidak bisa dipertanggungjawabkan datanya, pengambilan kesimpulan dan ini sangat mengecewakan sekali," ujar alumni SMA Bali Mandara angkatan 2011 ini.

"Pemangku kebijakan kurang turun ke lapangan untuk melihat dan merasakan langsung impact positif dari SMA Bali Mandara ini. Untuk saya sendiri banyak impact yang saya terima karena dulu harapan saya untuk bersekolah sangat kecil karena mengingat kondisi dari orangtua dan keluarga yang tidak memungkinkan untuk saya bisa mengenyam pendidikan SMA ataupun yang sederajat," ungkapnya.




(iws/iws)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads