Mendung menyelimuti dunia seni rupa Buleleng. Salah satu seniman topeng Buleleng I Nyoman Suma Argawa meninggal dunia di usia ke-65 tahun.
Kabar kepergiannya pun dibenarkan oleh Made Sumariadi (36), yang merupakan anak kandung dari sang seniman.
Ia mengatakan, sang ayah meninggal dunia pada hari Sabtu (21/5) setelah sempat dirawat di Rumah Sakit Balimed Buleleng akibat penyakit komplikasi yang diderita.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kemarin bapak meninggal, sempat dirawat di rumah sakit karena penyakit komplikasi jantung, diabetes, dan asam urat," kata Sumariadi kepada detikBali, saat ditemui di rumah duka, Minggu (22/5).
Pihak keluarga pun mengaku telah mengikhlaskan kepergian sang seniman seni topeng tersebut.
"Mungkin itu sudah jalannya bapak, dan kami sudah ikhlas, biar bapak itu pemarginya lapang serta bisa beristirahat dengan tenang di alam sana," imbuhnya.
Lanjut sumariadi menceritakan, semasa hidup I Nyoman Suma Argawa merupakan seniman serba bisa.
Bukan hanya berbakat dalam membuat topeng, akan tetapi dia juga piawai dalam melukis dan menari, khususnya tari topeng.
Banyak karya yang sudah dihasilkan olehnya, seperti topeng barong singa khas Buleleng dan topeng garuda yang sempat dipamerkan di ajang Pesta Kesenian Bali (PKB).
Lukisannya pun sangat diminati hingga ke mancanegara. Bahkan salah satu lukisannya ada yang terjual dengan harga Rp70 juta.
"Bapak memang sangat suka membuat karya yang ikonik khas Buleleng, seperti barong singa yang menjadi ciri khas Buleleng," terangnya.
Bakat berkeseniannya ternyata sudah diturunkan dari generasi ke generasi. Sang ayah dari I Nyoman Suma Argawa juga merupakan seorang seniman.
Kini bakatnya tersebut diturunkan kembali kepada anak-anaknya, termasuk Sumariadi.
"Memang dari kecil bapak suka sama seni, awalnya menari, sampai akhirnya menjadi seorang seniman yang serba bisa," jelasnya.
Banyak penghargaan yang sudah diraih, mulai dari penghargaan Wijaya Kusuma sampai dengan Dharma Kusuma.
"Banyak sekali penghargaan yang diperoleh bapak, yang terbaru itu penghargaan Dharma Kusuma di tahun 2018," ungkapnya.
Kata Sumariadi, mendiang akan segera diupacarai pengabenan pada tanggal 31 mei 2022.
"Ada pesan dari bapak sewaktu masih hidup, untuk tidak dikremasi, bapak maunya diabenkan saja. Karena intinya sebagai orang Bali jangan sampai melupakan budaya sendiri, karena itu jati diri kita," tukasnya.
(irb/irb)