
Resesi Seks di Jepang Ancam Eksistensi Yakuza
Resesi seks membuat angka kelahiran bayi di Jepang anjlok selama 8 tahun berturut-turut. Banyak bidang yang terdampak, termasuk para Yakuza.
Resesi seks membuat angka kelahiran bayi di Jepang anjlok selama 8 tahun berturut-turut. Banyak bidang yang terdampak, termasuk para Yakuza.
Semakin banyak orang muda Jepang yang tolak menikah dan punya anak. Akibatnya, sebuah perusahaan stop produksi popok bayi karena angka kelahiran rendah.
Sejumlah negara mengalami penurunan populasi imbas 'resesi seks'. Sebut saja seperti yang terjadi di China, Jepang, dan Korea Selatan hingga Italia.
Jepang krisis populasi. Meski sudah mengeluarkan kebijakan agar warganya menikah dan punya anak, tingkat kelahiran jeblok di level terendah sepanjang masa.
Resesi seks yang dialami Jepang berdampak pada segala aspek, termasuk upacara turun-temurun yang sudah berlangsung selama ribuan tahun, Festival Sominsai.
Festival Sominssai atau festival pria telanjang di Jepang kembali digelar setelah pandemi. Namun, peserta pria muda berkurang.
Sebuah kawasan resor ski di Jepang merasakan 'kelumpuhan' akibat berkurangnya populasi warga. Padahal, dulunya mereka hidup dari pariwisata.
Jepang berada di jurang 'resesi seks'. Hal itu dikarenakan lebih dari 68% pasutri di negeri Samurai tersebut ogah melakukan kontak seksual.
Survei di Jepang menemukan bahwa lebih dari 68 persen pasutri di negara tersebut tidak melakukan kontak seksual. Kenapa pasutri Jepang ogah berhubungan seks?
Istilah resesi seks mengacu pada penurunan minat untuk bercinta. Peneliti menemukan pandemi COVID-19 menjadi salah satu biang kerok 'krisis libido'.