
Harga Kedelai Melonjak, Perajin Tahu Kurangi Produksi
Sejumlah pengrajin tahu saat ini mengurangi jumlah produksi per harinya. Hal ini menyusul naiknya harga bahan baku yaitu kedelai impor.
Sejumlah pengrajin tahu saat ini mengurangi jumlah produksi per harinya. Hal ini menyusul naiknya harga bahan baku yaitu kedelai impor.
Penyebab mahalnya harga kedelai impor, karena pasokan dari Amerika Serikat (AS) menipis dampak pandemi COVID-19. Selain itu ada faktor rupiah melemah dan alam.
Meski harga kedelai naik, produsen tahu di Kabupaten Sumedang masih tetap beroperasi. Hal itu dilakukan karena perajin takut kehilangan pelanggan.
Pengrajin tahu di wilayah Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) mengeluhkan kenaikan harga kacang kedelai impor sehingga berdampak pada proses produksi.
"Sekarang harga kedelai Rp 9.400, kalau normalnya itu Rp 7.000 perkilo. Kenaikan sudah hampir seminggu ini, naiknya pelan-pelan, tapi terus naik," kata Dodo.
DLH Jatim mendesak para pemilik pabrik yang ada di Jatim untuk membantu pabrik tahu di Sidoarjo. Caranya adalah dengan memberikan kayu bekasnya.
Sebagian pengusaha tahu di Sidoarjo mulai beralih menggunakan kayu sebagai bahan bakar membuat tahu. Mereka menganggap kayu lebih ramah lingkungan.
Meski berjanji tak akan menggunakan sampah plastik impor lagi, namun pengusaha tahu keberatan dengan bahan bakar alternatif yang diajukan. Ini alasannya.
Sebanyak 47 perajin tahu di Sidoarjo berjanji tak akan menggunakan lagi sampah plastik impor sebagai bahan bakar membuat tahu. Mereka berjanji dengan deklarasi.
Produksi tahu di Sidoarjo yang menggunakan sampah plastik impor menimbulkan pencemaran lingkungan. Indikasi nyatanya adalah banyaknya warga yang terpapar ISPA.