
Muralku Sayang, Muralku Dilarang
Sejumlah mural bernada kritik dihapus aparat di bulan kemerdekaan, Padahal seniman mural turut berjuang mempertahankan kemerdekaan RI dengan cat dan kuasnya.
Sejumlah mural bernada kritik dihapus aparat di bulan kemerdekaan, Padahal seniman mural turut berjuang mempertahankan kemerdekaan RI dengan cat dan kuasnya.
Pembuat mural kritik terhadap pemerintah mengaku membuat mural karena takut terkena UU ITE. Karena itu mereka memindahkan kritik dari dunia maya ke tembok.
PKS siap mengadvokasi jika seniman mural merasa terancam karena mengekspresikan gagasan, meskipun tetap ada standarnya, yaitu tempatnya tidak mengganggu publik.
Mural yang kritis dinilai sebagai alarm peringatan bagi pemerintah, mural atau grafiti muncul sebagai cetusan dari hati nurani rakyat.
Kehadiran mural di republik ini tidak lepas dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia, khususnya pasca proklamasi.
Sejumlah mural dihapus oleh aparat, anehnya, mural yang menjadi perhatian aparat adalah mural-mural yang bernada kritik terhadap pemerintah.
Mural adalah ekspresi masyarakat yang karena muatannya menjadikannya oposisi publik. Lalu, bagaimana pemerintah sebaiknya menyikapinya?
Seharusnya pandemi Covid-19 mampu menyadarkan para elite akan arti penting demokrasi.
Penghapusan mural kritik barangkali hanyalah fenomena gunung es dari tindakan represif negara dalam membungkam kebebasan sipil warganya.